Mohon tunggu...
Risman Aceh
Risman Aceh Mohon Tunggu... profesional -

Anak Pantai Barat Selatan Aceh. @atjeh01

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Teumamong (Kerasukan Raja Aceh)

16 Januari 2011   13:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:31 370
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sontak semua aktifitas upacara terhenti. Anehnya, ketegangan awal itu langsung memicu terjadinya histeria massal dari kalangan siswi. Suasana yang tadinya begitu khidmat berubah menjadi gaduh akibat teriakan yang diikuti suara tangis.

Beberapa guru langsung melakukan tindakan yang bisa mereka lakukan. Ada pula yang secara reflek membaca ayat-ayat kitab suci. Ada juga yang berinisiatif melakukan adzan. Para ibu guru juga tidak tinggal diam. Dengan minyak angin dan air botol mencoba menenangkan siswi-siswi yang oleh mereka disebut sedang mengalami kerasukan makhluk halus.

Isu dan spekulasipun mulai bermunculan. Ada yang menyebut ini akibat pemotongan satu pohon tua dipinggir jalan yang katanya untuk kepentingan pembuatan parit pencegah banjir. Ada juga yang mulai berpikir ini ulah para dukun yang sedang menguji ilmu hitamnya.

Meski begitu, ada pula beberapa guru yang mengatakan ini hanya sekedar histeria massa akibat beratya beban yang dialami oleh para murid selama Aceh damai. Soalnya, banyak mata pelajaran tambahan yang diminta untuk diajarkan di sekolah. Guru lain juga ada yang mengatakan ini akibat beban UN yang terlalu dipikirkan oleh siswa.

***

Akibat suasana belum juga pulih salah seorang anggota DPRA rupanya berinisiatif mengundang seorang Teungku yang kebetulan tinggal tidak jauh dari sekolah. Menurut informasi yang diterima, Teungku yang berasal dari Meulaboh itu punya kemampuan "lebih."

Dengan sigap Teungku Meulaboh itupun melakukan pendeteksian cepat. Hanya dengan memegang kepala beberapa siswi yang sedang kesurupan langsung mengetahui jenis kesurupan yang sedang dialami.

Dalam bahasa Aceh Teungku Meulaboh mulai bertanya. Ia berharap dapat segera mengetahui motif makhluk halus merasuki para siswi. "Siapa kamu? Untuk apa kemari? Katakan apa maksud kedatangan? Kalau anda jin silahkan pergi. Jika tidak, saya terpaksa menggunakan cara saya."

"Saya bukan jin. Saya Raja Aceh. Saya mau berkunjung saja. Tidak ada niat sama sekali untuk mengganggu. Saya hanya mau lihat sudah sampai dimana kemajuan Aceh? Apa sudah bisa mencapai apa yang pernah kami capai dulu?" jawab salah satu siswi dengan suara yang agak parau.

Sementara pada siswi yang lain Teungku Meulaboh menemukan jawaban yang kira-kira berbunyi sebagai berikut: "Saya Sultanah Aceh. Bukan jin. Saya kemari karena sedih. Tidak ada lagi perempuan Aceh yang tampil sebagai pemimpin tertinggi di Aceh. Mereka justru lebih banyak menjadi pengikut suami yang kerap pula diancam oleh suaminya karena beraktifitas."

"Saya Teungku Mamplam. Saya ini ulama. Masak kamu bilang jin. Tuh, disana yang lagi banyak bohongnya kamu bilang jin. Saya bukan jin. Saya ini yang dulu melawan Kafir Belanda hingga Jepang meski hanya dengan sebilah rencong. Bukan seperti kalian, peralatan tempur sudah lengkap tapi masih saja banyak pulau-pulau yang dicuri. Diantara kalian cuma bisa teriak Belanda masih jauh. Padahal Belanda sudah masuk ke istana. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun