Mohon tunggu...
Risman Aceh
Risman Aceh Mohon Tunggu... profesional -

Anak Pantai Barat Selatan Aceh. @atjeh01

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kisah-kisah Dasyat dan Indah Itu

22 April 2010   12:32 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:38 700
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hari ini kerja membuat tubuh sedikit lelah. Akibatnya badan jadi sedikit sakit dan efeknya ya jadi malas untuk melakukan suatu aktivitas terkait otot.

Sambil menjulurkan kaki saya coba beralih dari kerja otot menjadi kerja otak. Harapannya sederhana agar memberi efek sejuk dihati. Dari kesejukan hati ini diharapkan dapat memberi efek pula pada pikiran. Semoga saja rencana kerja yang melibatkan otot bisa kembali lancar.

Maka saya memilih untuk membaca. Awalnya dengan mencoba mengingat-ingat hal-hal yang membawa kekaguman pikiran, hati, dan jiwa. Akhirnya saya teringat kisah-kisah lama yang pernah dikisahkan oleh guru, ibu, dan juga ayahku tentang Sikap Rasul Muhammad dalam menghadapi fitnah atas diri dan agama.

Terus terang kisah itu membuat saya kagum pada Nabi yang saya pahami sebagai suritauladan,  yang diutus dalam rangka memperbaiki akhlak manusia.

Awalnya saya sempat berpikir mengapa tekanannya pada akhlak dan bukan pada tauhit? Walau tidak sempat mendalami seperti teman-teman lainnya saya bisa merasakan bahwa sebagai Utusan Allah terakhir secara kenabian dan kerasulan memang yang menjadi persoalan utama pasca nabi-nabi Allah adalah soal adab, akhlak, atau tindakan. Barangkali itu lah mengapa Baginda Nabi Muhammad dikenal sebagai nabi dengan misi memperbaiki akhlak manusia.

Terus terang banyak kisah-kisah mengagumkan tentang Nabi Muhammad SAW sudah saya pahami lewat pendengaran dari mereka yang berkisah. Tapi untuk menshare kembali kepada teman-teman saya tidak berani karena takut apa yang saya dengar dimasa lalu tidak cukup bagus terangkai dalam bahasa tutur saya.

Apalagi saya bukan ahli sejarah dan bukan juga ahli agama walau sempat singgah di pasantren dan sekolah tinggi agama.

Konon lagi saat ini sudah banyak yang berilmu tinggi dalam hal agama dan sejarah dan saya takut apa yang pernah saya dengar salah pula. Apalagi karena kisah-kisah ini tidak lagi bersumber dikepala saya dan apabila saya share bisa-bisa disebut pula plagiat.

Karena itu saya coba minta bantuan “mbah google” saja dan dengan mengetik beberapa kata kunci saya menemukan satu tulisan yang banyak mengandung kisah yang pada masa remaja pernah saya dengar. Berikut cuplikan tulisan yang menurut ingatan saya kerap saya dengar dulu. Saya berharap kisah ini benar adanya dan jika kisah ini salah mohon untuk dibetulkan. Jika ada yang tahu sumber utama dari kisah ini mohon juga diberitahu agar pengetahuan sejarah saya bertambah.

Suatu hari di tengah teriknya matahari, Nabi Muhammad saw. mendatangi Kota Thoif untuk mengabarkan bahwa tiada Tuhan selain Allah. Namun, belum lagi ia selesai menyampaikan risalahnya, para penduduk Thoif melempari beliau dengan batu. Nabi Muhammad pun berlari dengan menderita luka cukup parah. Giginya patah dan berdarah terkena lemparan batu.

Malaikat Jibril segera turun dan menawarkan bantuan kepada Nabi Muhammad. “Wahai kekasih Allah, apa yang kau ingin aku lakukan terhadap mereka. Jika kau mau aku akan membalikkan tanah yang menopang mereka sehingga mereka hilang tertelan bumi.”

Bukan hanya kita yang sedih mendengar kisah ini, Jibril pun harus turun tangan melihat Nabi Muhammad dihina dan dianiaya begitu rupa. Namun, apa kata Nabi Muhammad.

“Jangan wahai Jibril. Mereka melakukan itu karena mereka belum tahu. Mungkin hari ini mereka menolak ajaranku, tapi aku berharap anak cucu mereka di kemudian hari akan menjadi pengemban risalahku.” Dan doa beliau pun terkabul. Banyak di antara penduduk Thoif di kemudian hari yang menjadi ulama penerus risalah Nabi Muhammad. Begitu mulianya akhlak Rasulullah terhadap orang-orang yang menghina dan menganiayanya. Dan beliau pun ingin umatnya mewarisi akhlak mulia tersebut.

Suatu ketika di dalam Kota Mekah ada seseorang yang sangat membenci Nabi Muhammad. Jika Nabi Muhammad lewat di depan rumahnya, ia melempari beliau dengan batu, tidak jarang pula ia meludahi beliau dari atas rumahnya. Tidak cukup dengan itu, ia pun melempari Nabi dengan kotoran manusia.

Suatu hari orang tersebut jatuh sakit. Ketika Nabi Muhammad melewati rumah itu, ia heran dan bertanya-tanya ke mana orang yang biasanya melemparinya. Setelah diketahuinya orang tersebut sedang sakit, Nabi Muhammad pun mengunjunginya.

Orang tadi seakan tidak percaya jika Muhammad yang selama ini ia caci maki dan ia lempari dengan batu dan kotoran masih mau menengoknya di kala sakit, saat orang lain tidak memedulikannya. Ia pun menangis di hadapan Nabi Muhammad dan saat itu pula ia mengakui kemuliaan Nabi Muhammad dan mengucapkan syahadat.

Nabi Muhammad dengan baik sekali mencontohkan apa yang tertera dalam Alquran, Surat Fushshilat Ayat (34): Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

Ada suatu kisah yang diabadikan di dalam Alquran. Kisah ini berkaitan dengan Abdullah bin Ubay bin Salul yang dalam sejarah Islam dikenal sebagai rajanya munafik.

Suatu ketika selepas pulang dari Perang Musthalik, Abdullah bin Ubay menyatakan di hadapan orang banyak bahwa begitu tiba kembali di Madinah, orang-orang yang kuat akan mengusir orang-orang Madinah yang paling lemah (Qs. Al-Munafiquun: 8). Semua orang pada waktu itu memahami cemoohan tersembunyi tersebut diarahkan kepada Rasulullah saw. Para sahabat mendidih darahnya mendengar fitnah ini sehingga jika diizinkan pastilah mereka merajam Abdullah bin Ubay dengan pedang.

Saat itu amarah orang sedemikian tingginya sehingga putra Abdullah bin Ubay sendiri menghadap Rasulullah saw., meminta izin guna membunuh bapaknya dengan tangannya. Putranya itu mengemukakan alasan bahwa jika orang lain yang membunuh bapaknya, ia tidak rela, malah mungkin akan membalas dendam terhadap pelaku tersebut. Sepanjang sejarahnya, bangsa Arab terbiasa melakukan balas dendam atas ejekan yang dilontarkan pada mereka atau keluarganya tanpa melihat besar kecilnya cemoohan itu.

Tradisi itulah yang dimaksudkan putra Abdullah bin Ubay tersebut. Namun, Rasulullah saw., tidak mengabulkan permintaannya dan juga tidak memperkenankan yang lain menghukum si munafik Abdullah bin Ubay tersebut dengan cara apa pun. Sekembalinya Abdullah bin Ubay ke Madinah, ia tetap dibiarkan hidup sampai akhir hayatnya. Ketika ia kemudian meninggal secara wajar, betapa terkejutnya orang-orang ketika Rasulullah saw., memberikan baju beliau sendiri kepada putra Abdullah untuk mengafani jenazah ayahnya yang dahulu pernah memfitnahnya. Apa yang dilakukan Rasulullah merupakan suatu pelajaran bagi kita bagaimana menghadapi orang yang menghujat kita dan beliau. Alquran pun memberikan pelajaran, Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan (Qs.Al Mukminuun (23): 96).

Meskipun penghinaan adalah perbuatan yang tercela, Alquran tidak pernah memuat hukuman bagi pelaku penghinaan atau memberikan wewenang kepada siapa pun untuk melakukan penghakiman. Yang ada adalah seruan untuk meninggalkan orang-orang yang menghina agar penghinaan itu tidak terus berlanjut. Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, Maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), Maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (Qs. Al An’am [6]: 68). Dalam Qs. Annisaa (4): 140 juga menerangkan hal yang sama. Ayat tersebut bisa menjadi pegangan dalam menyikapi orang-orang yang memfitnah dan memutarbalikkan ayat-ayat Alquran.

Suatu ketika Abu Bakar yang terkenal dengan perangainya yang lemah lembut dan sabar berbicara mendakwahkan Alquran kepada seorang Yahudi yang bernama Finhash. Tetapi, Finhash menjawab: “Abu Bakar, bukan kita yang membutuhkan Tuhan, tapi Dia yang butuh kepada kita. Bukan kita yang meminta-minta kepada-Nya, tapi Dia yang meminta-minta kepada kita. Kita tidak memerlukannya, tapi Dia yang memerlukan kita. Kalau Dia kaya, tentu Ia tidak akan minta dipinjami harta kita, seperti yang didakwahkan pemimpinmu itu. Kalau Ia kaya, tentu Ia tidak akan mengatakan ini. Yang dimaksudkan Finhash adalah Firman Allah, “Jika kamu meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya Allah melipatgandakan balasannya kepadamu dan mengampuni kamu. dan Allah Maha Pembalas jasa lagi Maha Penyantun. (Qs. At Taghaabuun [64]:145).

Abu Bakar pun tidak tahan mendengar jawaban itu. Ia marah. Ditamparnya muka Finhash itu keras-keras. “Demi Allah,” kata Abu Bakar, “kalau tidak karena janji yang telah diikrarkan Rasulullah untuk melindungi kalian, pasti aku pukul kepalamu.” Kemudian Finhash mengadukan perlakuan Abu Bakar ini kepada Nabi Muhammad saw., tanpa menceritakan penghinaan yang telah ia lakukan terhadap Allah. Kemudian turunlah firman Allah atas kejadian ini. “Sesungguhnya Allah telah mendengar perkatan orang-orang yang mengatakan, ‘Sesunguhnya Allah miskin dan Kami kaya’. Kami akan mencatat perkataan mereka itu dan perbuatan mereka membunuh nabi-nabi tanpa alasan yang benar, dan Kami akan mengatakan (kepada mereka), ‘Rasakanlah olehmu azab yang membakar’.” (Qs. Al Imran: 181).

Di sudut pasar di Kota Madinah ada seorang buta yang setiap harinya selalu meneriakkan Muhammad orang gila. Setiap hari ada orang yang menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Suatu hari orang buta tersebut merasakan jika orang yang menyuapinya kali ini bukanlah orang yang biasa menyuapinya. Berkatalah orang buta dan tua itu, “Kau bukanlah orang yang biasanya menyuapiku, ke manakah gerangan orang yang biasa menyuapiku.”

Orang yang ada di hadapannya bertanya, “Bagaimana kau tahu aku bukanlah orang yang biasa menyuapimu sedangkan engkau adalah orang yang tidak bisa melihat?”

Orang tua itu pun menerangkan, “Orang yang setiap harinya menyuapiku akan mengunyah makanan itu lebih dahulu sebelum memasukkan ke mulutku karena ia tahu gigiku sudah tidak kuat lagi mengunyah makanan.”

Orang yang ada di hadapannya yang ternyata adalah Abu Bakar menahan tangis dan bertanya kembali, “Tahukah engkau siapa yang biasa menyuapimu setiap hari?”

Orang tua dan buta itu pun menggelengkan kepala. Abu Bakar barkata, “Orang yang menyuapimu setiap hari adalah Muhammad yang biasa engkau caci maki dan sekarang ia telah tiada.”

Betapa terkejutnya orang tua itu mengetahui akan hal itu. Ia pun tersungkur menangis dan seketika itu juga mengucapkan kalimat syahadat sebagai sebuah pengakuan atas ke-Esa-an Tuhan dan kemulian.Tulisan seutuhnya bisa diklik disini.

Tadinya pingin menafsir kisah-kisah itu dalam konteks kekinian. Namun karena maksud dihati hanya ingin menyerap sari pembelajaran agar pikiran, hati, dan jiwa lebih tenang maka saya memutuskan untuk menikmatinya saja dan dengan menukilkannya kembali disini berharap ada juga teman yang menjalani hal yang sama. Tapi sungguh ini bukan tulisan saya dan mohon dikoreksi jika kisah-kisah di atas adalah kisah nihil belaka. Tentu saya berharap itu kisah yang benar dan begitulah adanya akhlak nabi yang juga menjadi tauladan bagi yang mau mengikutinya.

Saleum Kompasiana

RismanAceh

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun