Mohon tunggu...
Risma Klaudia
Risma Klaudia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa UNDIKSHA

Saya memiliki hobi menyanyi dan berenang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asumsi Implementasi Punia dalam Dua Arah Yadnya

9 Juli 2023   15:23 Diperbarui: 9 Juli 2023   15:45 444
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 2. Berdana Punia https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/03/dana-punia.html

ASUMSI IMPLEMENTASI PUNIA DALAM DUA ARAH YADNYA

"Dewa Yadnya Dahulu atau Manusa Yadnya?"

(Risma Klaudia)

Om Swastyastu

Om Awighnam Astu Namo Siddham

Om Anobadrah Krta Vyantu Visvatah

"Semoga Pikiran Baik Datang Dari Segala Penjuru"

Salam Harmoni

KONSEP DASAR YADNYA

Umat Hindu merupakan salah satu umat terbesar di Indonesia. Dengan ajaran dan budayanya, Hindu memiliki konsep kehidupan yang unik dianut oleh setiap pemeluknya. Konsep yang tidak asing didengar oleh kalangan masyarakat adalah "Beryadnya". Yadnya ialah suatu tradisi atas kepercayaan Hindu terhadap pengimplementasian ketulusikhlasan yang diberikan sebagai suatu pengorbanan suci. Kata Yadnya berasal dari Bahasa Sansekerta yaitu "Yaj" artinya Pengorbanan. Sehingga, Yadnya diidentikkan dengan segala pengorbanan suci dan hati yang ikhlas untuk mencapai keselarasan hidup. Terdapat 5 jenis Yadnya diantaranya:

  • Dewa Yadnya adalah pengorbanan suci yang kita berikan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa sebagai pnghormatan dan rasa terima kasih.
  • Rsi Yadnya adalah yadnya yang diberikan kepada para Rsi atau Pandita atau Pinandita atas bimbingan keagamaan dan sebagai pemimpin suci di setiap upacara yang dilaksanakan.
  • Pitra Yadnya adalah yadnya yang diperuntukkan kepada leluhur, orang tua, dan keluarga kita.
  • Manusa Yadnya adalah yadnya yang diberikan kepada sesame manusia seperti upacara metatah, pawiwahan, acara 3 bulanan, dan sebagainya.
  • Bhuta Yadnya adalah yadnya yang dipersembahkan kepada para-Bhuta Kala sebagai wujud keseimbangan kehidupan antara alam manusia dengan alam roh atau ghaib karena telah penjaga alam semesta bersama-sama.

Perlu diketahui, bahwa Panca Yadnya timbul akibat adanya Tri Rna. Tri Rna merupakan 3 (tiga) utang manusia sejak lahir di bhumi. Dalam Tri Rna terdapat Panca Yadnya diantaranya:

  • Dewa Rna merupakan utang manusia terhadap Tuhan dan Semesta yang dibayar dengan Dewa Yadnya dan Bhuta Yadnya.
  • Rsi Rna merupakan utang manusia kepada para Rsi yang dibayar dengan Rsi Yadnya,
  • Pitra Rna merupakan utang manusia dengan sesama manusia atau leluhur yang dibayar dengan Pitra Yadnya dan Manusa Yadnya.

Dalam pengimplementasiannya, Yadnya bersifat tidak memaksa. Dapat diberikan pada siapapun dan kapanpun sesuai dengan ketulusiklahasan hati. Selain itu, Sloka tetang Yadnya tercantum dalam Kitab Suci Manawadharmasastra Bab IV, Sloka 21 yang berbunyi:

"Rsi Ajnam Dewa Yajnam,

Bhuta Yajnam Ca Sarwada,

Nryajnam Pitra Yajnam Ca,

Yatha Sakti Na Hapeyet"

Artinya:

Hendaknya jangan sampai lupa, jika mampu laksanakanlah Rsi Yadnya, Dewa Yadnya, Bhuta Yadnya, Manusia Yadnya, dan Pitra Yadnya. Kewajiban umat untuk beryadnya tertuju pada seluruh aspek kehidupan di dunia ini.

MENGENAL PUNIA

Pada kehidupan beragama Hindu, Punia adalah hal yang lazim dilakukan sebagai bentuk Yadnya. Punia atau pemberian dana untuk disumbangkan biasanya digunakan pada kebutuhan sendiri seperti penggunaan upacara agama dan untuk orang lain pada kegiatan beramal atau berbagi kepada yang membutuhkan. Kedua jenis Punia tersebut sama-sama memiliki tujuan untuk mencapai ketentraman dan kesejahteraan hidup manusia. Adapun sloka yang menerakan terkait Punia sebagai bentuk Dharma pada Kitab Suci Sarasamuscaya, Sloka 169, dan berbunyi:

"Na Mata Na Pita Kincit Kasyacit Pratipadyate,

Danapathyodano Jantuh Svakar-Maphalamacnute"

Artinya:

Kepada siapapun yang yang melakukan atau memberikan dana punia, maka ia akan menikmati hasil dari kebajikannya itu sendiri sesuai dengan keikhlasannya.

Gambar 2. Berdana Punia https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/03/dana-punia.html
Gambar 2. Berdana Punia https://sejarahharirayahindu.blogspot.com/2012/03/dana-punia.html

Punia dalam bentuk yadnya, tidak hanya berupa uang. Tetapi, dapat diberikan berupa benda-benda yang berguna untuk sesama dan pengalaman atau berbagi cerita. Dengan adanya Punia, akan membantu kehidupan kita sebagai wujud Dharma dalam mencapai Mokshartam Ya Ca Iti Dharma. Setelah pembahasan Yadnya dan Punia, dikaitkan terhadap ajaran Dharma dalam prinsip umat Hindu "Tat Twam Asi". Dengan filosofi kata "Tat" berarti itu atau dia, "Twam" berarti kamu atau diri kita sendiri, dan "Asi" artinya: adalah. Dari penjelasan terkait Yadnya di atas, juga mengingatkan kita sebagai makhluk sosial terhadap Tat Twam Asi bahwa kita adalah sama dan kembali kepada masing-masing persepsi setiap individu.

 

ASUMSI OPSI DEWA YADNYA ATAU MANUSA YADNYA?

Pembahasan selanjutnya adalah terkait contoh implementasi dari Yadnya. Saat ini, tidak sedikit umat Hindu lebih memilih untuk menghamburkan uang dalam melakukan upacara-upacara keagamaan baik itu berupa Ngaben, Ngenteg Linggih, dan sebagainya, daripada bersedekah ke anak-anak yang kurang mampu. Istilahnya seperti masyarakat masih acuh untuk memberikan sedekah kepada yang membutuhkan. Secara realita, kedua hal ini adalah sama, yaitu bentuk dari pelaksanaan Yadnya.

Yadnya pada dasarnya bersifat tidak memaksa, namun Yadnya juga dilakukan untuk hal-hal yang seharusnya dipertimbangkan berdasarkan penggunaan dan manfaatnya. Dalam pelaksanaan Dewa Yadnya, umat Hind akan memberikan upacara tertentu kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Berdasarkan ketulusan hati, setiap keluarga atau ddaerah setempat akan membuat upacara berdasarkan punia yang dimiliki atau hail sumbangan bersama. Permasalahan yang terjadi, tidak sedikit daerah ataupun masyarakat yang melaksanakan upacara secara besar-besaran.

Masyaraka biasanya berbondong-bondong untuk membeli buah, bunga, dan sarana pembuatan banten lainnya dengan nominal yang cukup besar. Dengan banyaknya nominal dan kuantitas tersebut, menyebabkan sisa pada buah dan sarana banten yang telah diperoleh. Hal ini menyebabkan terjadinya pemborosan dana, dan sering ibu-ibu rumah tangga mengeluh terkait pengeluaran pada pembuatan banten. Padahal, pembuatan banten bukanlah hal yang bersufat memaksa dan tidak seharusnya untuk dikeluhkan.

Banten merupakan wujud persemabahan suci yang harus didasarkan pada ketulusikhlasan seseorang sebarai tanda terima kasih atas Anugerah yang diberikan oleh Hyang Widhi Wasa. Disamping penggunaan Dana Punia untuk keperluan banten, terdapat pemanfaatan Punia yang dilakukan pada kegiatan kecil seperti membeli arak untuk para lelaki yang menjaga banten hingga dini hari. Biasanya di beberapa kegiatan upacara keagamaan Hindu di Bali terdapat permainan seperti Mong-Mongan atau permainan memasangkan uang pada gambar yang kemungkinan akan muncul pada dadu kocok. Kegiatan tersebut tentunya menghibur masyarakat setempat. 

Namun tanpa disadari, kegiatan tersebut membuat pemborosan pada setiap individu, menjauh dari hal sakral, dan aura suci dari akitivitas keagamaan.

Berbanding terbalik pada pemberian sumbangan oleh anak-anak kurang mampu. Banyak orang berasumsi bahwa "Setiap aktivitas menolong dan pemberian yang dilakukan kepada anak-anak kurang mampu maupun orang lain, akan membawa rezeki dua kali lipat daripada bersembahyang dengan tangan kosong." Mereka berasumsi bahwa jika kita memberikan hal baik kepada orang lain, akan termasuk dalam Manusa Yadnya dan Dewa Yadnya. Mengapa Dewa Yadnya juga termasuk di dalamnya? Karena, manusia dan makhluk lainnya sama-sama merupakan ciptaan Tuhan. 

Sebagai makhluk sosial yang dikaruniai Idep atau Pikiran, sudah sepantasnya memiliki jiwa sosialis dan peduli terhadap sesama. Hal serupa juga tertera pada Pancasila, Sila ke-3 "Persatuan Indonesia", dan ke-5 "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia". Berbagi terhadap sesama, tidak hanya berupa Dana atau Uang, tetapi dapat berupa pemberian makanan, pakaian, benda-benda berguna lainnya, dan pengalaman atau ilmu yang bermanfaat.

Dalam pembahasan di atas, dapat diberikan sebuah kasus berupa pesan moral. Jika Anda sebagai umat beragama dan umat sosialis, dan Anda hanya memiliki satu buah koin. Koin tersebut bisa Anda berikan kepada orang lain yang lebih membuthkan sebagai bentuk Manusa Yadnya. 

Anda dapat pula menghaturkan koin tersebut, sebagai wujud terima kasih kepada Tuhan pada pelaksanaan Upacara Agama dalam bentuk Dewa Yadnya. Di hari pelaksanaan upacara agama, Anda ingin melakukan Punia dan membantu keluarga dalam menopang pengeluaran pembuatan banten. Ternyata terdapat anak kecil yang membutuhkan koin untuk membeli makanan. Manakah hal yang akan Anda lakukan? Menggunakan koin untuk melakukan Punia pada Upacara Agama, atau Punia untuk anak yang membutuhkan?

(Jika Anda memiliki pandangan ataupun Jawaban, dapat dicantumkan pada kolom komentar!)

 Tentunya kita sebagai umat beragama akan bijak memilih jalan baik yang harus diutamakan. Sesuai dengan penggunaannya, Punia dapat menjadi jalan mulia dalam pelaksanaan Upacara Agama dan Punia juga alternatif berbagi yang relevan kepada sesama yang masih membutuhkan.

 Apabila punia dilakukan secara seimbang atau dilakukan berdasarkan perhitungan Dewa Yadnya dan Manusa Yadnya, maka seharusnya pemikiran "Lebih Penting Mana?" atau hal yang utama diantara keduanya tidak seharusnya ada. Karena, kedua hal tersebut bersifat objektif dan disesuaikan dengan keadaan. Tak ada yang tahu masa depan seperti apa. Layaknya kita sebagai umat beragama, memilih suatu Agama untuk menjalani kehidupan dan takdir. "Takdir memang tidak dapat diubah, Namun kita akan memilih jalan sebagai jembatan takdir yang akan ditempuh." -Risma Klaudia

Sekian Artikel yang dapat saya sampaikan terkait Asumsi Implementasi Punia dalam Bentuk Dua Arah Yadnya yakni Dewa Yadnya dan Manusa Yadnya. Jika terdapat kesalahan kata maupun kekurangan lainnya, mohon dimaafkan. Terima Kasih telah mengunjungi artikel ini sebagai media pembelajaran saya (penulis). Komentar yang membangun akan membantu dalam penyempurnaan artikel ini.

Om Santih, Santih, Santih Om

Salam Harmoni

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun