Bukan persoalan nasib, bukan persoalan tubuh, dan bukan pula persoalan kesalahan perspektif, akan tetapi sangat tidak mungkin untuk mnedobrak kenyataan-kenyataan sekarang yang selalu menghakimi kehidupan perempuan. Banyak juga sekarang, di dalam realita kehidupan sekarang, sesama perempuan saling menindas dengan adanya kelas dari kaum perempuan itu sendiri. Tapi dalam puisi yang ditulis oleh Farra Yanuar kental akan kehidupan antara perempuan dan lingkar kehidupan dalam urusan rumah.
Begitulah kira-kira penggambaran tubuh perempuan yang dibungkus ke dalam bahasa puitis yang mengandung makna-makna yang lahir dari berbagai warna tragedi yang menimpa perempuan sekarang ini yang berada di tengah-tengah budaya patriarki. Buku ini sangat menarik untuk melihat dari berbagai jendela-jendela kehidupan perempuan yang selalu dirundung oleh kenyataan, kehendak, kesedihan, lara dan masih banyak persoalan lainnya. Dengan demikian, saya sebagai pembaca perempuan menyayangkan jika hari ini belum ada yang menguak nasib perempuan melalui karya sastra. Dan saya sangat berterima kasih kepada penyair telah menguak nasib perempuan melalui karyanya, walaupun itu mustahil menyadarkan orang-orang secara keseluruhan yang terlibat dalam perspektif keliru terhadap tubuh perempuan, setidaknya ada yang mewakili dengan apa yang sama dialami dituangkan dalam sajaknya atas nasib-nasib perempuan sekarang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H