Mohon tunggu...
Risma Budiyani
Risma Budiyani Mohon Tunggu... karyawan swasta -

A passionate writer www.anginrindu.com IG: @angin_rinduku Twitter: @angin_rinduku

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Catatan Harian Seorang 'Mistress'

26 Juni 2014   06:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:51 1906
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14037132221921013802

"Aku istri kedua..." Zahra mengawali ceritanya, sekaligus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang selama ini berloncatan dari benak saya perihal, 'dimana suaminya?' Sepanjang pertemanan saya yang sangat dekat saya tidak pernah melihat sosok lelaki yang selama ini hanya saya lihat di pigura dan album foto di rumahnya.

Zahra mengaku dirinya menikah resmi dengan sang suami. Seluruh keluarga suami mengetahui dan 'sayang' kepadanya, walau sang suami sudah beristri dan beranak dua di daerah yang berbeda.

Masih menurut pengakuan Zahra, sang istri pertama tipe perempuan kaya yang tidak tahu bagaimana cara mengurus suami, anak atau rumah. Perempuan sosialita yang tahunya hanya belanja dan pelesiran. Bahkan sekalipun tidak pernah 'menceboki' anak-anaknya dengan alasan geli dan jijik. Sang suami tidak pernah sekalipun mencicipi masakan sang istri yang cantik dan bahenol luar biasa yang kemana-mana selalu pakai baju seksi dengan seabrek barang bermerek mahal.

Sang suami juga bukan lelaki miskin. Sang suami pemilik perusahaan yang kebetulan keluarganya juga kaya raya. Pernikahan sang suami dan istri pertama awalnya didasari dari kesepakatan keluarga dari kedua-belah pihak yang sama-sama kaya. Mmmhhh, saya berpikir mungkin ada hubungannya dengan bisnis.

Namun, seiring dengan waktu sang suami merasa terlalu memaksakan pernikahan. Sang istri sama sekali tidak bisa bersikap seperti istri ataupun ibu dari kedua anaknya. Matre luar biasa dan bikin makan hati! Lama-lama sang suami muak, dan takdir mempertemukannya dengan Zahra.

Zahra yang lugu, akhirnya mau menerima lelaki yang sudah menjadi suami orang dengan dua orang anak itu menjadi suaminya. Akad nikah di depan penghulu dan pesta pun digelar, tentu saja tanpa sepengetahuan sang istri pertama.

Zahra merasa menjadi perempuan yang paling bahagia karena memiliki suami yang teramat perhatian. Begitupun sang suami yang akhirnya merasa benar-benar beristri. Tahun pertama pernikahan hingga anak Zahra berusia 6 bulan. Zahra masih rutin mendapat kunjungan sang suami. Paling sedikit tiga hari dalam seminggu jadi jatah Zahra. Hingga akhirnya sang suami, 'menghilang' dari kehidupan Zahra.

Sang suami sempat bercerita kalau istri pertamanya menderita penyakit parah, hal ini dibenarkan oleh keluarga suami. Sang istri pertama mulai curiga akan hubungan suaminya dengan perempuan lain.Di sisi lain, dokter sudah mewanti-wanti kalau usia sang istri tidak akan lama. Berita buruk yang membuat sang istri shock hanya akan memperpendek usianya. Darr!!! Sang suami mengalah, merawat istri pertama dan mengabaikan Zahra. Walau setiap bulan, masih selalu mengirim uang nafkah yang tidak sedikit.

Zahra yang tabah, berusaha tetap ceria demi buah hatinya yang belum genap dua tahun. Walau saya yakin, tidak mudah menjadi Zahra. Ditinggal berbulan-bulan tanpa kepastian, karena menurut pengakuannya Zahra dan suaminya hampir tidak pernah berkomunikasi. Biasanya sang suami yang menghubungi. Zahra juga menyadari posisinya. Terbayang rasanya oleh saya, yang terkadang masih suka LDR-an dengan suami. Tetapi, keberadaan suami saya masih lebih pasti dibandingkan dia.

Anak Zahra yang seusia dengan anak saya, hampir tidak mengenali ayahnya. Karena hampir tidak pernah berkomunikasi. Berbeda dengan anak saya, yang bisa dengan akrabnya bercanda walau kadang berjauhan. Arrggghhh....

Ketika saya tanya, apakah Zahra menyesal dengan keputusannya. Matanya berkaca-kaca. Zahra tersenyum getir, "kalau aku boleh memilih takdir, aku ingin punya suami yang selalu ada di rumah dan hanya pergi saat ngantor".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun