Kesempatan itu saya gunakan untuk menggiring suami dan rombongan kami ke tempat parkir. Kami bersiap untuk pulang.Â
Saya sudah malas tahu untuk memikirkan bagaimana situasi gedung itu nantinya. Yang penting kami dan rombongan bisa  pulang
Sesampainya di  rumah.  Suami dan para pemuda masih ingin duduk di teras. Saya urung berangkat tidur. Was-was karena paham mereka sudah kebanyakan minum moke.Â
Benar saja tiba-tiba seorang berkata, "Ayo sudah.  Kita tidak enak dengan Berto karena sudah buat pesta jadi kacau. Kalau begitu ayo sekarang kita pergi ke kontrakan Berto untuk minta maaf"
Saya sontak membentak setengah berteriak, "Hei! Kalian tau tidak ini jam 2 pagi! Berto dan istrinya mau istirahat. Â Kalian tidak lihat tadi istrinya pingsan?!"Â
"Sudah sekarang duduk diam-diam di sini. Tidak usah kemana-mana lagi. Mau sampai pagi silakan. Asal jangan jalan sana sini!" bentak saya sambil memandang mereka.Â
Pikir saya, sudah setengah mabuk mau jalan kemana lagi? Malah tambah kacau disana sini.
Haduh...itu sepertinya acara resepsi pernikahan paling kacau yang pernah saya datangi. Menjadi tamu undangan jangan harap hanya setor muka, mau pulang pun jadi susah.Â
Kedua mempelai inginnya praktis. Sewa restoran, waktu terbatas, setelah itu cepat istirahat. Eh....malah tamu undangan yang tidak mau pulang.Â
Dengar-dengar pihak resto meminta tambahan biaya 1 juta per jam untuk tambahan waktu. Walah....mau hemat malah jadi bangkrut. Â
Kalau sudah musik, menari, apalagi tambah moke...jangan harap cepat pulang. "Kita cungkil matahari!! Tarik sampai pagi maaaangggg......!"