Mohon tunggu...
Risma Indah L
Risma Indah L Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan penikmat hobi

Menulis mencoba menginspirasi Mendidik mencoba memberdayakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perlu Servis Pola Pikir jika Sedikit-sedikit Bilang "Radikal"

8 November 2019   14:29 Diperbarui: 8 November 2019   15:28 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau pemakaian cadar dianggap menutup identitas, sampaikanlah itu dengan obyektif dengan kemasan yang dapat diterima, juga melihat situasi kondisinya.  

Perlu disadari bahwa segala hal  berkaitan dengan  keyakinan agama tertentu mestinya isu yang sangat sensitif.  Saya kok ingin bertanya  memangnya celana cingkrang,  janggut panjang,  serta cadar akan mempengaruhi kinerja mereka? Pengalaman pribadi membuktikan bahwa hal itu samasekali tidak terjadi pada diri Pak Metmet kenalan saya. 

Baiklah jika ingin mengikis fanatisme dan mencegah radikalisme yang merusak. Tetapi tentu dengan cara-cara persuasif.  Apalagi kaitannya  dengan bidang agama dan pendidikan.  Saya pikir porsinya bukan sibuk mengurusi bagaimana berpakaian para pegawai. 

Ada fungsi yang lebih vital. Agama dan pendidikan memegang  fungsi yang paling lembut tetapi juga sangat penting, karena menyentuh nurani dan pola pikir. 

Semestinya yang dipakai cara-cara edukatif dengan mengutamakan dialog, menperbanyak forum yang melibatkan banyak pemuka agama, edukasi bagi para pemuka  agama, atau edukasi di komunitas-komunitas agama.  

Kalau boleh menyimpulkan tanggapan Bapak Madani Ali Sera, mestinya kementrian agama hadir dengan sikap menyejukkan dan merangkul lebih dahulu semua golongan. 

Mengenai fungsi pemberantasan terorisme yang keras dan tegas, serahkanlah kepada bidang keamanan dengan  menajamkan fungsi inteljen, Densus 88 anti teror, serta penegakan hukum yang transparan. Pemerintah juga harus  peka dengan  akar-akar permasalahan lainnya yang memang nyata ada.  Sebut saja soal penegakan  hukum, penyelesaian kasus HAM, dan masalah  kesejahteraan. 

Tentu saja bukan hanya satu pihak. Para pemuka agama dan organisasi keagamaan tidak lepas dari tanggung jawab. Harapannya  pemuka agama hadir untuk memberi kesejukan dalam diri umatnya. 

Bukan berfokus pada mencari-cari perbedaan  melainkan pada penghayatan niai spiritual dan religius. Serta bagaimana nilai-nilai itu dapat dirasakan memberi ketenangan dalam diri umat  dan dalam relasi sosial mereka. 

Ketika saya berpendapat seperti ini, rasanya naif jika  ada yang langsung mengatakan bahwa saya pro radikalisme.

 Jika sedikit-sedikit bilang radikal, jangan -jangan pola pikir anda perlu di upgrade. Tetapi upgrade lah jika memang itu perlu. Karena jika pola pikir sudah tertata, harapannya kita semakin bijak, kritis tetapi juga obyektif mensikapi permasalahan, jangan pukul rata dalam menanggapi semua situasi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun