Mohon tunggu...
Risma Indah L
Risma Indah L Mohon Tunggu... Guru - Pendidik dan penikmat hobi

Menulis mencoba menginspirasi Mendidik mencoba memberdayakan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perlu Servis Pola Pikir jika Sedikit-sedikit Bilang "Radikal"

8 November 2019   14:29 Diperbarui: 8 November 2019   15:28 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tetapi publik seolah  sudah dapat menebak  kemana arah bola Fachrul Razi hendak dilemparkan. Sangat masif tanggapan publik dan syukurlah beliau sudah melakukan klarifikasi atas pernyataannya sendiri yang setidaknya mencoba meredam tanggapan miring dari berbagai kalangan.  

Maaf kalau saya ini buta politik. Tetapi karena lumayan suka membaca, saya beberapakali tertarik dengan  ulasan yang mengatakan atau menilai bahwa kabinet pemerintahan baru saat ini adalah Kabinet Anti radikalisme. Beberapa menteri dipilih dari latar belakang tertentu sehingga nampak sepertinya negara kita ini sedang darurat radikalisme. 

Apakah radikalisme perlu diluruskan atau bahkan dibasmi?

Sejauh membaca dari berbagai sumber istilah  radikal dan radikalisme sebernarnya tidaklah perlu harus menimbulkan konotasi negatif dan bikin spaneng.  Karena pengertian radikal sebenarnya adalah sikap yang prinsip dan mendasar, malah boleh dikatakan sebuah pemikiran positif dan maju (kalau melihat sejarah timbulnya istilah ini).  

Sehingga radikalisme adalah sebuah paham yang didasari sebuah pemikiran yang prinsip, untuk memperjuangkan atau mempertahankan suatu keyakinan (dalam bidang apapun itu)   dengan nyaris tanpa tawar menawar. 

Sehingga orang-orang dengan pemahaman seperti ini  memang dinilai cukup keras dan ekstrem dalam mempertahankan atau memperjuangkan  apa yang mereka yakini. Sementara tindakan radikal mengandung pengertian  segala perilaku yang didasari akan paham radikalisme. 

Radikal boleh jadi terwujud dalam hal apapun. Sejauh keyakinan dan apa yang diperjuangkan adalah baik dan bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat bahkan dunia, serta dilakukan dengan cara dan prinsip  kemanusiaan , tentunya sikap radikal ini menjadi positif.  Saya beranggapan bahwa saya boleh menyebut Mahatma Gandhi adalah orang yang radikal. 

Karena perjuangannya mempertahankan  sikap anti kekerasan (Ahimsa) sungguh didasari akan sesuatu yang prinsip. Bagaimana seorang Gandhi bertahan dengan keyakinannya,  menentang penjajahan Inggris bukan dengan peperangan adu senjata melainkan dengan cara berpuasa. 

Radikal menurut saya, karena konsisten dan bepegang teguh pada keyakinannya yang pastinya melawan arus tetapi mencoba mengangkat nilai  dan hakikat kemanusiaan sebagai cara mengatasi penindasan. Gandhi sangat yakin bahwa penindasan, diskriminasi, dan penjajahan, dapat dihapuskan tanpa harus ada pertumpahan darah. 

Opsi yang kedua adalah ketika sikap radikal menjadi negatif. Dasar pemikirannya adalah sama. Tetapi jika paham itu berwujud dalam perilaku menggunakan tindak kekerasan, mencederai nilai-nilai kemanusiaan dan HAM, apalagi  menimbulkan korban jiwa Itulah yang menjadi  masalah. Saya setuju bahwa jika demikian yang terjadi, tindakan atau gerakan ini perlu diluruskan bahkan dibasmi. 

Servis pola pikir : Tempatkan pada porsinya dan cerdaskan masyarakat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun