Umumnya, sepasang kekasih yang tengah menjalin hubungan, secara terang-terangan menyingkap keseluruhan tentang dirinya satu sama lain. Keduanya memutuskan untuk saling terbuka. Hal tersebut tentu berangkat dari satu keyakinan akan tulus dan kesetiaan. Sejak dini memutuskan mengunci perasaan tidak beralih mencari yang lain.
Perlu dipahami bahwa berpacaran merupakan tahap awal yang berfungsi untuk sekadar saling mengetahui. Berpacaran dilakukan sebagai proses membaca satu objek secara fokus dan akrab. Dalam hal ini, semua orang tentu mendambakan kekasih yang sesuai dengan kriteria dan kebutuhannya masing-masing.
Selayaknya membaca buku, berupaya memahami isi pembahasan dengan tujuan menghasilkan pemahaman baru atau satu kesimpulan yang pasti. Sama halnya dengan membaca watak dan karakter pasangan agar saling mengenal secara lebih mendalam.
Konsepsi berpacaran ini ialah membangun relasi percintaan dengan memberikan penilaian yang tepat. Mengapa demikian, sebab cinta kerap kali membuat seseorang lebih cenderung pada hasrat hatinya, memangku akalnya dengan perasaan. Hal ini dapat menyebabkan redupnya objektivitas dalam melayangkan penafsiran terhadap pasangan.
Karena itulah, pentingnya peran akal sebagai pengawas hati atau filter pada perasaan. Artinya, dalam menjalani suatu hubungan sepatutnya tidak hanya mengaktifkan perasaan, tetapi perlu mengedepankan kejernihan pikiran. Sehingga, kelebihan dan kekurangan pada pasangan ternilai secara seimbang, tanpa terpengaruh oleh perasaan suka atau tidak suka yang berlebihan. Dengan penilaian semacam ini dapat membangun hubungan yang lebih bermakna dan berkepanjangan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H