Pertengahan abad 16 Francis Xavier telah mengatakan bahwa Maluku berarti " Kepala Seekor Banteng", Â Ada tiga mitologi dalam Tradisi Kesatuan Maluku yaitu, sebuah pulau, sebuah wilayah, dan Maluku sebagai Keseluruhannya. Leonard D. Andaya juga menulis dalam "Memory van Overgave ( Laporan serah terima Jabatan )" Secara Umum Pembagian antara Orang Maluku: Loloda, Ngara Ma-Beno ( Loloda, Dinding Gerbang ), Jailolo, Jiko Ma-kolano ( Jailolo, Penguasa Pantai), Tidore, Kie Ma Kolano ( Tidore, Penguasa gunung ), Ternate, Kolano Ma-Luku ( Ternate, Penguasa Maluku ), Bacan, Kolano Ma-dehe ( Bacan, Penguasa Unjung ). Bukunya The Word Of Maluku. Namun, abad ke 17 Belanda Mencatat bahwa, meskipun penguasa Tidore Merupakan Kie Ma-kolano ( Penguasa Gunung ), Gelar lebih umum ialah Kaicili ( Penguasa ) Maluku.
Selama 859 Tahun ( 1108 -- 1967 M ) Jazirah Al -- Mulk ( Kesultanan Tidore ) mampu Menyatukan keragaman Suku, Ras, Agama dan Budaya Melalui Peraturan "Kie Se Kolano" ( 1868 M ) dalam bukunya Ilham Rosyidi, S.H., MH tentang Sejarah Hukum, Beliau juga menjelaskan bahwa dalam Catatan sejarah bahwa Selain Kerajaan Sriwijaya Sebagai kekuasaan Tertua di nusantara, kerajaan Tidore dan Ternate juga merupakan kerajaan Tertua kedua Setelah Sriwijaya ( tatanegara Majapahit, 1962 dan Cakrawala Indonesia, 2005 ).
Jauh sebelum Peraturan "Kie Se kolano" ada, di tahun 1322 silam di tanah ini Ada satu peristiwa besar yang itu sebagai dasar dalam Bahasa Modern Sebagai Kontsitusi awal Para Raja / Sultan Melakukan Persekutuan dan Negosiasi, peristiwa itu adalah Moti Verbond         (1322), Adnan Menuliskan Sejak persekutuan dibuat Warga Moloku kie raha ( Empat kerajaan di maluku ) mengalami masa aman dan damai dari berbagai intrik politik dan permusuhan selama 20 Tahun.
Salah satu idenya yaitu beliau sangat percaya adanya perlu memeliki empat kerajaan di maluku: Ternate, Tidore, Jailolo dan Bacan. Bahkan dalam sebuah surat dengan padtbrugge Gubernur Belanda, saifuddin menyampaiakn bahwa di maluku selalu ada empat kerajaan, untuk itu harus kembalikan sesuai dengan konsep masa lalu, mendesak belanda untuk mengemalikan kaicil Alam ke posisi yang sah sebagai sultan Jailolo ( Leonard Y. Andaya ).
Dalam bukunya sejarah hukum yang ditulis oleh ilham rosyidi menyebutkan bahwa saifudin meletakan Asas Pemerintahan, asas ekonomi dan asas hubungan sosial yaitu, Jaga Loa Se Banari, Kie Sekolano, Adat Se Nakodi, Atur Se Aturan, Fara Se Filang, Syah Se Fakaat, dan pemilahan lainya.
Sekitar 32 tahun semasa pemerintannya, saifuddin tidak pernah mengangkat pedang untuk menyelesaikan suatu masalah, Bahkan di kenal bijak, dan cerdas ( Andan Amal ).
Awal Pergolakan Ketika dimulainya perselisihan Pulau Seram ketika Traktat yang di buat sultan Tidore ( Jamaludin) dan Pemerintah V.O.C di ternate , dalam Catatan Muridan. Akibatnya Terjadi penangkapan dan Pengasingan Sultan Jamaludin, Pangeran Garamahongi, Pangeran Zainal Abidin dan Sultan Bacan. Dan setelah itu di angkatlah pangeran Gaijira kemudian Patra Alam, sebab Intervensi V.O.C terhadap kesultanan sangat kuat. Dan Akhirnya Malukukan Pemberontakan Di Tidore.
Diketahui Oleh Gubernur belanda, akhirnya penyerangan pun di lakukan Ketika Nuku Melakukan Pertemuan Di Negeri Toloa. Berangkat dari sini lah nuku Mulai Melakukan Pelayaran. Tahun 1780 Menjadi Kisah Dalam catata sejarah Traktat Hilangnya Kemerdekaan yang dilakukan oleh Patra Alam. Traktat itu dapat dilihat Sebagai Akhir Dari Tidore dan Maluku Sebagai Negara Berdaulat dan Merdeka.
Nuku Mulai Membangun kembali Tradisi Perstauan "Marimoi ngone Futuru" tidak memerlukan waktu yang cukup lama, berhasil mengumpulkan Pasukan di Wilayah -- Wilayah pinggiran Tidore. Orang Papua, Raja Ampat, Orang Gamrange, Gebe dan Seram. Bahkan nuku dan pasukannya berhasil menyerang Nusatelu ( Drie Gebroeders ) dan Menagkap Orang Eropa. Nuku Kemudian Diangkat Menjadi Sultan Di Seram.