Lempong (015/08/2021)- Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T)  ini Dilaksanakan Risky Berliana Kurniasari dari Kelompok 4 Mahasiswa Universitas Slamet Riyadi Surakarta, Fakultas Pertanian, Program Studi Teknologi Hasil Pertanian yang  sedang melaksanakan KKN-T dengan DPL Nur Endah Fajar Hidayah,SE, M.Ak yang dilakukan di Desa Lempong, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar.  Kegiatan ini diikuti oleh beberapa ibu-ibu Desa Lempong.
Gizi merupakan faktor penting bagi kesehatan dan kecerdasan anak. Jika pada usia balita tidak dikelola dengan baik maka kemungkinan akan terjadi gangguan status gizi dan selanjutnya akan sulit terwujudnya perbaikan kualitas sumber daya manusia yang akan datang (Widodo, 2009).Â
Bayi (usia 0-11 bulan) merupakan periode emas sekaligus periode kritis karena pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat yang mencapai puncaknya pada usia 24 bulan.Â
Apabila janin dalam kandungan mendapatkan gizi yang cukup, maka ketika lahir berat dan panjang badannya akan normal dan untuk mempertahankan hal tersebut, maka cara yang efektif adalah dengan pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) sejak usia 6 bulan dan dilanjutkan ASI sampai usia 2 tahun.
Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan guna memenuhi kebutuhan gizi selain ASI. MP-ASI merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga.Â
Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi.Â
Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini. Di lingkungan pedesaan bayi sejak lahir sudah diberikan makanan pendamping ASI.Â
Umumnya mereka diberikan pisang yang dihaluskan bahkan adapula yang memberikan nasi dan bubur instan. Hal ini dikarenakan para orang tua masih meyakini jika MP-ASI bisa diberikan kapan saja tanpa menunggu usia 180 hari.Â
Mereka juga masih khawatir memberikan bahan makanan yang bervariasi meskipun kandungan gizinya sangat dibutuhkan serta kurangnya edukasi jika makanan MP-ASI yang diolah sendiri tidak rumit dan lebih sehat dari pada bubur instan.Â
Dari hasil pelatihan menunjukkan para ibu yang memiliki bayi mulai memahami bagaimana pentingnnya memberikan MP-ASI dengan memperhatikan unsur AFATVAH (Age, Frequency, Amount, Texture, Variety, Active Responsive, Hygine).Â
Mereka senang karena ada tambahan edukasi mengenai MP-ASI yang kaya energi, protein, mikronutrien, mudah dimakan anak, disukai anak, berasal dari bahan makanan lokal dan terjangkau, serta mudah disiapkan. MP-ASI ini berbahan dasar dari sayur bayam karena dapat meningkatkan daya tahan tubuh, Melancarkan kinerja sistem pencernaan bayi, memperkuat tulang, dan melancarkan sistem pencernaan.
Adanya pelatihan pemanfaatan sayur bayam dijadikan MP-ASI bertujuan untuk memberikan informasi tentang pemberian MP-ASI yang benar dan tepat serta agar masyarakat mengetahui inovasi produk baru dari tanaman bayam guna untuk memenuhi kebutuhan status gizi bayi.Â
Pelatihan ini dilakukan setelah mengamati kegiatan posyandu dusun lempong, kebanyakan makanan gizi yang dibagikan yaitu berupa bubur kacang hijau, pisang, dan makanan ringan, sedangkan untuk bayi berusia di atas 6 bulan belum bisa mengonsumsi makanan tersebut.Â
Oleh karena itu, dilakukan pembuatan produk MP-ASI dari bayam supaya bayi dapat mengonsumsi makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuhnya seiring dengan pertambahan usianya.
Adanya pelatihan ini diharapkan dapat menciptakan produk MP-ASI untuk bayi usia diatas 6 bulan yang dilakukan secara berkelanjutan di Desa Lempong.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H