Tahap berikutnya acara bersaji dengan menyajikan makanan seperti dayok nabinatur (ayam yang diatur) da nitak siang-siang (tepun beras yang dicampur dengan gula dan kelapa).Â
Persembahan makanan ini bertujuan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa. Setelah itu baru dilanjutkan dengan acara menari menortor) yang diiringi musik tradisional Siaungin seperti gondang (gondrang Simalungun).
Pesta Rondang Bittang biasanya akan dilaksanakan pada alam hari saat terang bulan dan bintang sehingga masyarakat suatu desa akan berkumpul Bersama-sama dan bersukacita dengan menyanyi, menari, dan bermain permainan tradisional simalungun. Pesta Rondang Bittang sering kali diadakan sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan sebagai rasa Syukur atas hasil panen yang melimpah.Â
Pesta tersebut diiringi dengan tarian tradisional Khas Simalungun dan diiringi dengan musik khasnya yang biasanya diadakan pada malam purnama ketika bulan purnama muncul dan Bintang-bintang bersinar.Â
Tradisi ini juga melibatkan pembersihan diri dengan air mata dan jeruk purut sebagai simbol pembersihan fisik dan panen. Selain sebagai perayaan hasil panen, Rondang Bintang juga digunakan untuk mencari jodoh bagi generasi muda atau sebagai momen perpisahan sebelum menikah (Rahyuni, 2024).Â
Salah satu aspek yang menarik dari Pesta Budaya Rondang Bittang adalah bagaimana masyarakat Simalungun menggabungkan ritual adat dengan elemen-elemen modern untuk menarik generasi muda, tanpa mengurangi esensi tradisionalnya (Harahap, 2019:54).
Pesta Rondang Bittang berfungsi sebagai sarana untuk menimbulkan kemblai semangat kehidupan sosial pada masyarakat Simalungun terutama yang bekerja menjadi petani.Â
Dengan dilaksanakan pesta budaya tersebu, maka masyaraat Simalungun khususnya di Kabupaten Simalungun dan Kota Pematang Siantar akan berkumpul Bersama dan mengadakan upacara Bersama yang tentunya menimbulkan semangat sosial maupun ikatan-ikatan sosial dalam masyarakat petani akan semakin kuat.
 Pesta Rondang Bittang memiliki semangat nilai-nilai pembinaan kegotng royongan para penduduk sehingga terlihat bahwa dalam acara tersebut nilai gotong rotongnya sangat erat dan kental (Liyansyah, 2011: 13-15).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H