Sempat hibernasi usai wamil di tahun 2017, Kim Soo-hyun kembali memukau penonton dengan kemampuan actingnya dalam serial drama It's Okay to Not Be Okay. Berpasangan dengan Seo Yea-ji, drama ini  berhasil membuat chemistry keduanya terlihat nyata, bahkan sempat menggiring opini pemirsa jika keduanya mempunyai hubungan khusus. Aku sih yess, hehehe.
Bagi yang tidak suka drama on going, drama dengan isu kesehatan mental ini cocok dijadikan sebagai salah satu pilihan untuk mengisi waktu luang, drama ini sudah menyelesaikan penayangannya di tanggal 9 Agustus 2020.
Drama garapan sutradara Park Shin-wo ini menyorot kehidupan Moon Gang-tae (Kim Soo-hyun) dirinya merupakan seorang perawat di bangsal psikiatris yang bekerja untuk menghidupi saudaranya yaitu Moon Sang-tae (Oh Jung-se), Gang-tae menjadi tulang punggung keluarga semenjak ibunya meninggal sehingga mengharuskan untuk menanggung kehidupan kakaknya yang memiliki keterbatasan mental. Koo Mun-yeong (Seo Yea-ji) digambarkan sebagai penulis cerita dongeng anak-anak yang sukses, namun mempunya karakter anti-sosial, kasar dan cenderung sombong.
Alur drama bergenre komedi romantis ini berfokus kepada ketiga karakter tersebut, kehidupan masa lalu masing-masing karakter mulai terkuak setelah mereka kembali ke kampung halamannya yaitu Seongjin. Alur maju mundurÂ
dalam cerita ini sukses membuat penasaran, penggambaran cerita masa lalu yang kelam membuat beberapa bagian drama terkesan horor. Suasana tersebut paling terasa ketika menceritakan ingatan masa lalu Koo Mun-yeong saat tinggal dalam kastel terkutuk yang merupakan rumah masa kecil Mun-yeong.
Kisah di mulai dengan animasi seorang gadis kecil yang tinggal dalam sebuah kastel nan jauh di tengah hutan, gadis itu kesepian dan jenuh karena selalu sendiri, pada suatu hari dia keluar dari kastel untuk mencari teman bermain, namun tak ada satu pun yang mau menerimanya gadis itu kemudian mengetahui alasannya, monster yang menyeret bayang-bayang kematian begitulah julukan gadis itu. Hingga suatu ketika saat tanpa sengaja menyelamatkan anak laki-laki yang terjebak di sungai, mendadak bayangan hitam itu hilang.
Pembukaan cerita dengan animasi ini juga merupakan nilai tambah untuk menarik minat penonton dan cukup untuk menggambarkan garis besar cerita, setiap episode di kemas dengan apik dengan menyisipkan pesan moral dari cerita-cerita dongeng yang di buat. Di beberapa episode awal, cerita masih berfokus pada pengenalan masing-masing karakter. Drama ini menyiratkan bagaimana perlakuan orang tua di masa lalu sangat mempengaruhi dalam pembentukan karakter anak.
Perkembangan karakter setiap tokoh pun dapat di gambarkan secara baik, dari Moon Gang-tae yang awalnya sangat dapat mengontrol emosi, selalu diam dan mengalah saat dipukuli Sang-tae, mulai berani mengambil risiko dan melawan Sang-tae, "aku tak keberatan saat Sang-tae memukulku, tapi setelah melawannya, aku merasa lebih lega". Ucap Gang-tae yang perlahan sadar bahwa ia juga butuh hidup untuk kebahagiaan dirinya.
Begitu pun Moon Sang-tae dengan latar penderita ASD (autism spectrum disorder) yang notabene adalah seorang anak yang mengalami kesulitan untuk memahami yang orang lain rasakan dan pikirkan pada akhirnya dapat belajar dan mengerti bagaimana kondisi Gang-tae, gambaran ini terlihat saat adegan di mana Sang-tae merasa harus membuat Gang-tae tersenyum bahagia. Di sisi lain ada Koo Mun-yeong yang berkepribadian anti-sosial, egois dan kasar perlahan mulai mengerti bahwa hidup tidak hanya tentang dirinya.
Hal lain yang menarik untuk di  bahas dari serial ini adalah, busana tokoh Koo Mun-yeong yang sangat memukau, diceritakan sebagai penulis yang terkenal dan sukses menuntut Koo Mun-yeong harus berpenampilan semewah mungkin, dengan gaya yang klasik membuat penata busana layak untuk di acungi jempol. Walaupun ada beberapa yang janggal seperti berpakaian mewah dengan makeup berlebihan saat scene tidur.
Soundtrack dalam drama Korea memang tidak pernah gagal, seperti lagu My Tale milik Park Won yang menjadi pengiring dalam drama ini, mampu mendeskripsikan bagaimana ketiga tokoh tersebut saling membutuhkan, membantu dan menyembuhkan satu sama lain.
Sesuai dengan judulnya It's Okay to Not Be Okay, drama ini berhasil menyampaikan pesan penting bahwa tidak apa menjadi tidak baik-baik saja, tidak apa mempunyai kekurangan, tidak apa untuk bersedih, kita harus mampu menerima diri. Terdapat pula pelajaran untuk melatih diri dalam mengendalikan emosi.
Namun, sangat di sayangkan, ada beberapa hal yang tidak terekspos seperti tidak adanya penggambaran cerita ibu Koo Mun-yeong tentang bagaimana bisa lepas dari maut setelah percobaan pembunuhan oleh ayahnya.
Meski demikian, serial drama It's Okay to Not Be Okay masih tetap worth it untuk di tonton
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H