Mohon tunggu...
Riski
Riski Mohon Tunggu... Mahasiswa - Berusaha belajar untuk menjadi pelajar yang mengerti arti belajar

Ada apa dengan berpikir?

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

ESENSI (Dzati): Menilik Esensi Manusia

7 Agustus 2024   17:38 Diperbarui: 7 Agustus 2024   17:39 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pandangan Mulla Sadra ini menekankan dinamisme dalam eksistensi manusia. Esensi sebagai gerak mengimplikasikan bahwa manusia selalu berada dalam proses menjadi, selalu dalam perjalanan menuju realisasi diri yang lebih tinggi. Konsep ini mengajak manusia untuk melihat diri mereka sebagai entitas dinamis yang memiliki potensi untuk terus berkembang dan berubah, melampaui batasan-batasan statis yang sebelumnya dipahami dalam filsafat klasik. Dengan demikian, pandangan Mulla Sadra memberikan perspektif baru dalam memahami esensi manusia sebagai entitas yang dinamis dan selalu dalam proses evolusi.

Menurut Akhun Mulla Muhammad Kzhim Khurrsn, esensi (dzati) dari manusia adalah beribadah. Khurrsn, seorang ulama dan filsuf Islam terkemuka, melihat ibadah sebagai tujuan utama dan hakikat keberadaan manusia. Dalam pandangannya, ibadah tidak hanya terbatas pada ritual keagamaan, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan yang dijalani sesuai dengan perintah dan kehendak Tuhan.

Ibadah dalam konteks ini mencakup tindakan, niat, dan sikap hidup yang selaras dengan nilai-nilai agama dan moral yang ditetapkan oleh Tuhan. Khurrsn menekankan bahwa kehidupan manusia harus diarahkan pada pengabdian total kepada Tuhan, yang melibatkan pengembangan spiritual, moral, dan etika dalam segala aktivitas sehari-hari.

Dengan demikian, esensi manusia sebagai makhluk yang beribadah berarti bahwa setiap tindakan manusia harus didasari oleh kesadaran untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya, sehingga mencapai tujuan akhir hidup yang penuh makna dan kepuasan batin.

Menurut Allamah Thabathaba'i, esensi (dzati) dari manusia adalah kebahagiaan. Thabathaba'i, seorang filsuf dan teolog Islam, melihat kebahagiaan sebagai tujuan akhir dari eksistensi manusia. Kebahagiaan ini bukan sekadar kesenangan atau kenikmatan duniawi, melainkan kebahagiaan yang lebih mendalam dan abadi yang berkaitan dengan kedekatan manusia kepada Tuhan.

Thabathaba'i berpendapat bahwa esensi manusia adalah pencapaian kesempurnaan melalui perjalanan spiritual dan moral. Kebahagiaan sejati tercapai ketika manusia berhasil menyelaraskan diri dengan kehendak ilahi dan menjalani kehidupan yang berbudi pekerti tinggi. Oleh karena itu, pencarian kebahagiaan menurut Thabathaba'i melibatkan pengembangan potensi intelektual dan spiritual, serta penerapan nilai-nilai moral dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian, kebahagiaan menurut Thabathaba'i adalah keadaan di mana manusia menemukan makna dan tujuan hidup melalui hubungan yang harmonis dengan Tuhan, yang pada akhirnya membawa ketenangan dan kepuasan batin yang mendalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun