Berikut kemudian penulis masuk pada pemikiran al-Ghazl dalam bukunya "Kerancuan Filsafat" (Incoherence of the Philosophers, Thahfut al-Falsifah) Â dan al-Mundqiz min ad-Dhall, yang mengkritik pemikiran para filsuf dalam ruang lingkup filsafat, terkait terkadinya kontradiksi dalam pemikiran para filsuf. Berikut beberapa kritikan al-Ghazl: 1) Membatalkan pendapat mereka bahwa alam ini azali. 2) Membatalkan pendapat mereka bahwa alam ini kekal. Â 3) Menjelaskan keragu-raguan mereka bahwa Allah Pencipta alam semesta dan sesungguhnya alam ini diciptakan-Nya. 4) Menjelaskan kelemahan mereka dalam menetapkan dalil bahwa mustahil adanya dua Tuhan. 5) Membatalkan pendapat mereka bahwa Allah tidak mempunyai sifat. 6) Membatalkan pendapat mereka bahwa Allah tidak terbagi ke dalam al-jins dan al-Fashl. 7) Membatalkan pendapat mereka bahwa Allah mempunyai substansi basith (Sederhana) dan tidak mempunyai mhiyah (hakikat). 8) Menjelaskan kelemahan pendapat mereka bahwa Allah mengetahui yang selain-Nya. 9) Menjelaskan kelemahan pendapat mereka dalam membuktikan bahwa Allah hanya mengetahui zat-Nya. 10) Membatalkan pendapat mereka bahwa Allah tidak mengetahui partikular (juz'iyyah). 11) Menjelaskan pendapat mereka bahwa planet-planet adalah hewan yang bergerak dengan kemauan-Nya. 12) Membatalkan apa yang mereka sebutkan tentang tujuan penggerak dari planet-planet. 13) Membatalkan pendapat mereka bahwa planet-planet mengetahui semua yang juz'iyyah. Â 14) Menjelaskan ketidak mampuan para filsuf untuk menetapkan pencipta alam. 15) menjelaskan ketidakmampuan para filsuf menjelaskan bahwa Allah bukan tubuh (jism). 16) penjelasan bahwa teori eternitas alam dan tidak adanya Pencipta adalah pandangan yang niscaya bagi para filsuf. 17) Bantahan atas teori para filsuf tentang kemustahilan sesuatu yang keluar dari kebiasaan. 18) Tentang teori para filsuf bahwa jiwa manusia adalah substansi yang berdiri sendiri, bukan tubuh atau aksiden. 19) Tentang teori para filsuf bahwa jiwa manusia tidak mungkin binasah. 20) Sanggahan atas pengingkaran para filsuf atas kebangkitan jasad, serta merasakan kenikmatan di Surga dan kesengsaraan di Neraka secara jasmani.
Referensi:
Atabik, Ahmad. "Telaah Pemikiran al-Ghazali Tentang Filsafat," Fikrah, Vol. 2, No. 1 ( Juni 2014 ). Â http://dx.doi.org/10.21043/fikrah.v2i1.551.
Abdullah & Rakhmawati, "Menimbang Gagasan al-GhazlTentang Pendidikan Islam," TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, Vol. 5, No. 2 ( Agustus 2017 ).
Adab, Abu Bakar Dja'far. dan Yunus, Mengenal Tokoh Filsafat Muslim dan Pemikirannya (Jawa Barat: Penerbit Adab, 2023 ).
Aizid, Rizem. Cinta Itu Indah ( Yogyakarta: DIVA PRESS,Oktober 2017).
Baedhowi, "Tasawuf Sebagai Pilihan Menuju Kebenaran: Kajian Pemikiran al-GhazliPemikiran al-Ghazli," Millah, Vol. 2, No. 2 ( Januari 2003 ).
Duriana & Anin Lihi, "Qalbu Dalam Pandangan al-Ghazali," MEDIASI, Vol. 9, No. 2 ( Januari-Desember 2015 ).
Erwanto, Dian. Tiga Permata Agama Kajian Ushul Dan Furu Surat Al-Fatihah Edisi Terbaru (Deepublish, 2020).
Faridah, Anik. "Pemikiran al-Ghazl dan Sumbangsihnya pada Dunia Pendidikan," Jurnal Studi Islam dan Sosial, Vol. 3, No. 1 ( September 2012 ). https://doi.org/10.56997/almabsut.v3i1.38
Fikri, M. Kamalul. Imam al-Ghazali: Biografi Lengkap Sang Hujjatul Islam, ( Jakarta: Laksana 2022 ).