Mohon tunggu...
Mochamad Riski Wardana
Mochamad Riski Wardana Mohon Tunggu... Novelis - Novelis

Bagong merupakan sapaan akrab dari pria asal Kota Malang ini. Sejak kecil dia tertarik dengan dunia kepenulisan, mulai dari menceritakan kembali cerita apa yang telah dia baca sampai saat ini memututskan untuk membuat artikel opini. Dia tertarik dengan hal hal yang berbau investigasi dan kriminologi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Mahasiswa Burjo-is sebagai Penggerak Dinamika Intelektual Bangsa

19 April 2023   15:40 Diperbarui: 13 Agustus 2023   23:09 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mahasiswa "Burjo-is" dinilai memilikki empati lebih terhadap negara karena sudah terbiasa hidup susah dan tahu apa yang dirasakan oleh masyarakat. Aktivitas yang mereka habiskan di lingkungan sekitar kampus, belum lagi ditambah dengan program KKN di desa yang jauh dari kota membuat mereka sering mendengar keluh kesah masyarakat. 

Problematika yang dihadapi oleh masyarakat selanjutnya berdampak pada kehidupan mahasiswa "Burjo-is" seperti mahalnya sembako, sulitnya lapangan kerja, dll. Sehingga secara tak langsung mereka merasakan apa yang dirasakan oleh masyarakat. 

Oleh karena itu, mahasiswa "Burjo-is" akhirnya punya hasrat untuk melepas tirani yang membelenggu masyarakat menggunakan gagasan dan konsep yang ia peroleh selama menginjak bangku perkuliahan. Tentunya hal ini sangatlah baik bagi negara, karena negara menjadi punya supervisor kebijakan yang selalu mengawasi dan mengajukan interupsi apabila kebijakan tersebut merugikan masyarakat.

 Bicara soal supervisor, kita jadi teringat oleh pesan Ir. Soekarno yang berbunyi "Saya lebih suka pemuda yang berkumpul merokok namun membicarakan bangsa ini daripada kutu buku namun mementingkan diri sendiri." 

Yang mana apabila dicerminkan pada kondisi saat ini, peran mahasiswa Burjo-is yang selalu nongkrong di warung namun mendengarkan keluh kesah masyarakat lebih penting daripada mahasiswa yang suka menghabiskan waktu di cafe hanya untuk kepentingan dirinya. 

Bukan bermaksud untuk membanding bandingkan mahasiswa yang suka menghabiskan waktu di cafe, namun faktanya mereka lebih nyaman memantau bisnis mereka dari laptop daripada mendengar ocehan keluh kesah dari masyarakat. 

Tentunya hal ini menjadi titik krisis, dimana apabila semua golongan intelektual hanya sibuk pada urusannya sendiri sendiri, maka siapa yang akan membimbing sekaligus mengedukasi masyarakat untuk menjadi warga negara yang lebih baik? Kesempatan ini tentunya dapat diisi oleh mahasiswa "Burjo-is" sebagai golongan terpelajar/intelektual yang mampu merasakan penderitaan masyarakat.

Bagi sebagian mahasiswa yang merasa dirinya "elegan", tindakan empati terhadap kebijakan pemerintah merupakan tindakan yang kuno sekaligus kampungan. Mereka merasa tindakan tersebut anarkis dan berpotensi mengganggu stabilitas negara. 

Padahal aslinya tidak, tindakan empati seperti memprotes adanya kebijakan pemerintah merupakan langkah yang tepat dalam menentukan masa depan negara, yang menjadi catatan adalah bagaimana cara mengemas protes tersebut agar tidak menimbulkan anarkis dan perpecahan. 

Melalui pemikiran kritis mahasiswa "Burjo-is", negara menjadi punya barisan afirmasi dan oposisi dari beberapa kebijakan yang mereka buat. Yang mana hal ini membentuk suatu dinamika intelektual yang kompleks. Seorang intelektual pastinya tidak stuck pada kondisi itu itu saja, melainkan terus berupaya bergerak agar ilmu yang ia peroleh dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Mahasiswa "Burjo-is" merupakan motor penggerak dinamika intelektual bangsa ditengah prilaku individualis yang marak di lingkungan akademisi. Kebiasaan mendengar keluh kesah sewaktu di warung membuat pikiran mereka terbuka dan bersemangat untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat. Sebagai seorang intelektual, mahasiswa "Burjo-is" pastinya memilikki kemampuan retorika dalam menyampaikan opini kepada pemerintah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun