Artikel ini dibuat bukan untuk menjelek-jelekkan personal maupun golongan. Artikel ini juga tidak dibuat untuk mengujar kebencian. Artikel ini dibuat berdasarkan pandangan pribadi penulis, membuatnya pun harus melewati serangkaian riset terlebih dahulu.
Sehingga seluruh fakta yang ada di dalam artikel ini terbukti dan tidak asal asalan. Mohon maaf apabila artikel ini dirasa memilikki banyak kekurangan, baik dari segi teori maupun argumen. Semoga kekurangan tersebut dapat menjadi evaluasi untuk kedepannya.
Siapa yang tidak tahu kereta cepat Jakarta Bandung? Proyek yang digadang gadang membawa perubahan visioner bagi Bangsa Indonesia ini terkenal akan polemiknya, mulai dari perencanaan, pendanaan, sampai dalam tahap kontruksi. Proyek ini dinilai kurang perhitungan dan juga menghambur-hamburkan uang negara.Â
Dengan polemik sebanyak ini, tentunya masyarakat cemas dan juga pesimis terhadap berjalannya proyek ini. Namun perlu diingat kembali, bahwa sebelum kereta cepat Shinkansen berjaya di Jepang, masyarakatnya juga tidak optimis terhadap perkembangan proyek itu. Akan tetapi cobalah lihat sekarang, kereta cepat shinkansen menjadi primadona masyarakat Jepang dalam berpergian jauh. Mungkin itulah yang ada di benak pejabat manakala memikirkan proyek ini.
Proyek ini bukanlah sebuah isapan jempol, sejauh ini proyek kereta cepat Jakarta Bandung berjalan sebanyak 83% dan ditargetkan beroperasi awal tahun 2023. Berbagai macam kendala mulai dari Groundbreaking, pembengkakan dana, sampai kecelakaan kerja telah dilalui. Sehingga pembangunan proyek yang memakan waktu kurang lebih 3 tahun tersebut dikatakan berjalan masif, puncaknya terjadi ketika 2 rangkaian kereta cepat tiba di tanah air.Â
Rangkaian yang tiba antara lain Comprehensive Inspection Train (CIT) atau yang sering disebut dengan komodo kuning dan kereta EMU CR400AF atau biasa disebut komodo merah.Â
Kereta CIT nantinya bakal digunakan sebagai kereta inspeksi jalur, dimana kereta ini memilikki teknologi untuk mendeteksi kondisi jalur, persinyalan, dan juga aliran listrik atas secara cepat.Â
Sementara CR400AF akan digunakan sebagai kereta penumpang yang mana nantinya akan datang 12 unit rangkaian CR400AF lainnya. Kedua kereta ini sekarang telah standby di depo tegalluar dan hanya dijalankan untuk sejumlah uji coba dinamis.
Dengan datangnya 2 rangkaian kereta cepat tersebut memberikan pandangan ke masyarakat bahwa proyek ini berjalan lancar. Namun faktanya muncul permasalahan permasalahan baru menjelang pengoperasian kereta cepat ini. Sebut saja soal moda pendukung Kereta Cepat Jakarta Bandung. Kita semua tahu bahwa posisi stasiun kereta cepat tidak benar benar berada di pusat kota.Â
Di pihak jakarta stasiun berada di kawasan Halim yang mana untuk menjangkau pusat Jakarta dapat menggunakan moda Light Rapid Transit (LRT), sementara di pihak Bandung stasiun berada di kawasan Tegalluar atau Rancaekek yang mana untuk menuju pusat Kota Bandung dapat menggunakan layanan kereta feeder yang terintegrasi pada Stasiun Padalarang. Tentunya hal ini dinilai kurang efektif, pasalnya kita harus berganti ganti moda transportasi untuk sampai ke tujuan.Â
Berbeda dengan moda transportasi lainnya seperti bus, kereta konvensional, maupun travel yang dapat langsung menjangkau lokasi yang kita tuju. Yang pada akhirnya waktu tempuh yang dijanjikan pihak kereta cepat yakni 45 menit dari Jakarta menuju Bandung akan menjadi lebih lama karena harus berganti ganti moda transportasi.
Masalah lainnya mengenai urgensi pemanfaatan dari kereta cepat itu sendiri. Kereta Cepat Jakarta Bandung diperkirakan mampu memobilisasi sebanyak 20.000 orang per hari.Â
Akan tetapi jumlah ini hanya terpenuhi manakala seluruh perjalanan kereta cepat penuh dengan penumpang. Dengan harga tiket sebesar Rp 250.000 di tiga tahun yang pertama, dan Rp 350.000 di tahun selanjutnya. Maka, dengan perhitungan seperti itu maka proyek kereta cepat diperkirakan dapat balik modal.
 Namun secara logika apakah nanti kereta cepat bakal penuh dengan penumpang setiap hari? apakah kereta cepat mampu  menarik animo penumpang dari moda transportasi lain yang notabene lebih murah dan dapat menjangkau ke daerah?  kereta cepat mungkin "lebih berguna" apabila dijalankan di daerah dengan mobilitas masyarakat yang tinggi namun jarang akan moda transportasi pendukung, misalnya dari daerah Medan menuju ke Padang Sumatra Barat.
Berbicara soal persaingan moda transportasi, kereta cepat memilikki persaingan yang sama sama berasal dari ranah roda besi, yakni KA Argo Parahyangan. KA Argo Parahyangan telah melayani mobilitas masyarakat dari Jakarta menuju Bandung selama bertahun tahun. Pastinya moda transportasi tersebut telah mendapatkan hati di masyarakat lantaran tarifnya yang terjangkau dan mampu menjangkau daerah tujuan.Â
Baru baru ini media digemparkan dengan usulan Menteri BUMN, Erick Tohir. Yang menyatakan bahwa KA Argo Parahyangan bakal dihapus demi pengoperasian kereta cepat, selanjutnya perjalanan KA Argo Parahyangan akan diganti dengan perjalanan kereta barang. Akan tetapi usulan tersebut dibatalkan lantaran tingginya antusias masyarakat akan KA Argo Parahyangan dan juga perjalanan kereta barang Jakarta Bandung sudah ada sebelumnya. Yang pada akhirnya KA Argo Parahyangan bakal tetap dioperasikan namun hanya kelas ekonomi saja.
Dengan kebijakan seperti itu, tentunya masyarakat bakal tetap menggunakan KA Argo Parahyangan yang lebih murah daripada menggunakan kereta cepat. Kembali lagi pada permasalahan di atas, target 20.000 penumpang sehari tidak akan tercapai.
Sebenarnya masalah masalah seperti ini telah tersampaikan ke pusat secara langsung, namun disangkal dengan berbagai faktor. Beberapa orang berdalih bahwa kereta cepat Jakarta Bandung merupakan proyek jangka panjang, proyek yang akan terus berkembang dari waktu ke waktu. Dipilihnya kawasan Tegalluar sebagai stasiun kereta cepat karena kawasan tersebut merupakan kawasan rencana ibukota Provinsi Jawa Barat yang baru.Â
Selain itu, trase atau lintasan kereta cepat nantinya bakal diperpanjang menuju Majalengka, kawasan Bandara Internasional Kertajati, Yogyakarta, hingga Surabaya. Sepintas rencana tersebut penuh dengan perhitungan. Namun bila melihat kondisi saat ini, proyek ini dapat dipastikan molor sampai entah kapan.Â
Entah itu karena birokrasi yang terlalu buruk maupun kondisi masyarakat yang tidak mau menerima adanya perubahan masa depan. Apabila diteruskan, proyek ini akan membebani keuangan negara baik dari segi konstruksi maupun operasional. Di sisi lain, tranfer teknologi baik dari segi sarana maupun sumber daya manusia yang telah dijanjikan tidak kunjung diberikan. Niatnya negara untuk untung malah jadi buntung.
Terlepas dari berbagai polemik yang melanda, Kereta Cepat Jakarta Bandung memberikan dampak positif bagi bangsa ini. Kita semua tahu bahwa Indonesia menjadi negara asia tenggara pertama yang mengoperasikan kereta cepat, dimana hal itu membuat nama Indonesia terkenal di dunia sebagai negara maju.Â
Selain itu dengan adanya kereta cepat diharapkan pertumbuhan ekonomi akan cepat dan pesat. Karena di sekitar stasiun kereta cepat nantinya akan dibangun sebuah kota mandiri atau kawasan khusus ekonomi. Mudah mudahan apa yang diharapkan oleh pemerintah dalam pembangunan kereta cepat Jakarta Bandung dapat terealisasi segera.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H