Mohon tunggu...
Riskha Safira
Riskha Safira Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Love yourself,first

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Kondisi Mengkhawatirkan Lahan Kritis di Indonesia

30 Desember 2020   19:24 Diperbarui: 30 Desember 2020   20:25 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber:cnnindonesia.com

Kondisi tanah saat ini sudah mengalami ketidakseimbangan antara pengambilan dan kemampuan peresapan air dari dalam tanah. Hal ini terbukti adanya penurunan permukaan air tanah bahkan di beberapa daerah memiliki kondisi tanah yang mencapai kriteria kritis.

Pengambilan air tanah dengan jumlah yang sangat besar untuk keperluan rumah tangga ataupun industri umumnya terjadi pada akuifer dalam.  Maka dari itu, kondisi air tanah pada akuifer dalam mengalami penurunan yang sangat tajam.

Akibat dari adanya eksploitasi sumber daya air tanah yang tidak terkendali akan menimbulkan kerusakan lingkungan yang sangat merugikan bagi masyarakat yang tinggal di sekitar daerah yang terdampak tanah kritis.

Terbentuknya lahan kritis bisa juga disebabkan karena hilangnya lapisan permukaan tanah akibat pukulan butir hujan dan kekuatan aliran permukaan air hujan. Tanah kritis dikhawatirkan bisa semakin meluas karena tidak seimbang dalam melakukan rehabilitasi lahan tanah.

Data Direktorat Jenderal Pengendalian DAS dan Hutan Lindung (PDASHL) menunjukkan luas lahan kritis di Indonesia terus menurun. Tahun 2018, luas lahan kritis tercatat seluas 14,01 juta hektar. Sebelumnya, pada tahun 2009 tercatat berada pada angka 30,1 juta hektar, dan tahun 2014 seluas 27,2 juta hektar.

Mulai tahun 2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan sejumlah langkah korektif, termasuk dalam luasan Rehabilitasi Hutan dan Lahan. KLHK menargetkan luasannya menjadi 207.000 ha, dan akan terfokus pada 15 DAS prioritas, 15 danau prioritas, 65 dam/bendungan, dan daerah-daerah rawan bencana.

Lahan kritis sendiri didefinisikan sebagai lahan yang telah mengalami kerusakan sehingga menyebabkan berkurangnya bahkan hilangnya fungsi dari lahan tersebut. Di kategorikan lahan kritis apabila usaha untuk mengambil manfaat produktivitas suatu lahan tidak sebanding dengan hasil produktivitas yang diperoleh. Lahan kritis merupakan lahan yang tidak produktif

Penyebab dan Proses Terjadinya Lahan Kritis

Suatu lahan dapat dikatakan sebagai lahan kritis apabila lahan tersebut telah mengalami degradasi atau penurunan kualitas lahan, baik secara fisik, kimia, maupun biologis sehingga lahan tersebut menjadi tidak produktif sebagai akibat dari penurunan kesuburan tanah, baik yang bersifat sementara atau tetap.

Lahan kritis ini dapat ditemukan pada kondisi lahan yang tergolong kurang baik. Faktor penyebab adanya lahan yang kritis ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor alam dan faktor non alam atau kegiatan manusia sendiri. Dari faktor alam tersebut dapat juga dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu degradasi lahan secara fisik, kimia, dan biologi.

Faktor Alam

1. Secara Fisika

Lahan kritis bisa terjadi akibat penurunan sifat fisik tanah. Lahan kritis disebabkan oleh fisika oleh faktor tingkat erosi tanah, kedalaman efektif tanah, dan tergenangnya lahan oleh air secara terus menerus. Erosi tanah merupakan suatu proses terkikisnya lapisan permukaan tanah yang disebabkan karena air maupun angin.

Proses erosi ini dapat menyebabkan merosotnya produktivitas tanah, kesuburan tanah, dan kualitas lingkungan hidup. Erosi biasanya terjadi di dataran tinggi, pegunungan, dan lahan miring. Pada suatu lahan yang tergenang air secara terus menerus mengakibatkan kandungan humus serta mineral hilang karena terbawa air, sehingga akan menurunkan kesuburan tanah sendiri.

Kedalaman efektif tanah menjadi indikator dalam menentukan karakteristik kritis tanah. Apabila semakin dangkal kedalaman efektif tanah, maka akan menunjukkan tanah yang makin kritis dan akar tanah tidak dapat menjangkar dan berkembang secara baik.

2. Secara Kimia

Lahan yang kritis juga bisa terjadi karena menurunnya kimia tanah. Degradasi lahan dari sifat kimia tanah meliputi proses pengasaman (acidification), penggaraman (salinization), serta pengurasan unsur hara tanaman.

Kemasaman tanah dapat terjadi karena dipengaruhi air hujan terutama hujan asam, respirasi akar, dan pengaruh penggunaan pupuk. Penggaraman dapat disebabkan oleh proses alami seperti pencucian mineral atau juga bisa terjadi karena kegiatan manusia seperti irigasi.

3. Secara Biologis

Secara biologis, lahan kritis dapat terjadi karena adanya pengaruh dari tekstur tanah dan kemiringan lereng atau topografi. Tekstur tanah yang baik untuk lahan yang masih normal, yaitu lempung atau clay yang memiliki perbandingan antara fraksi pasir, debu, dan lempung dalam massa tanah. Topografi yang cenderung miring juga dapat mengakibatkan risiko erosi tanah yang besar.

Faktor Kegiatan Manusia

1. Alih Fungsi Lahan

Alih fungsi lahan menyebabkan adanya perubahan fungsi lahan untuk dijadikan sebagai pabrik industri, gedung kantor, sekolah, jalan tol, dan fasilitas lainnya yang menunjang kegiatan perekonomian dan sosial masyarakat.

Beralihnya lahan tersebut menyebabkan kerusakan Daerah Aliran Sungai  atau DAS yang akan terganggu fungsinya pada awalnya sebagai tempat penyimpanan dan pengalir air hujan akan tidak berfungsi kembali. Alih fungsi lahan ini juga menyebabkan rusaknya tanah dan risiko pencemaran tanah akan meningkat.

2. Penggunaan Bahan Agrokimia (Agrochemical)

Pada penggunaan bahan agrokimia yang digunakan sebagai input untuk meningkatkan hasil panen dan membantu pertumbuhan dan keamanan tanaman, namun pabila pengunaannya berlebihan akan menyebabkan berbagai permasalahan, salah satunya menyebabkan tercemarnya kandungan tanah dan air.

3. Tumpukan Sampah Anorganik

Sampah anorganik meliputi plastik, kaleng, botol minuman, bungkus makanan, dan lainnya memiliki jangka waktu yang cukup lama agar terurai. Sampah anorganik tersebut akan menghalangi peresepan air ke dalam tanah, sehingga mengakibatkan menurunnya kesuburan tanah dan lahan menjadi tidak produktif.

Dikatakan sebagai lahan kritis apabila lahan tersebut tidak subur. Lahan yang kritis apabila ditanami dengan tanaman akan menghasilakn panen yang tidak optimal, karena kurangnya kandungan unsur hara pada tanah yang menyebabkan kebutuhan makanan tanaman tidak terpenuhi. 

Selain itu, lahan kritis memiliki kandungan humus yang rendah. Tanah yang banyak mengandung humus lebih subur dibandingkan dengan tanah yang kurang mengandung humus. Tanah humus merupakan tanah subur karena mengandung bahan organik yang telah membusuk.

Dampak Penurunan Muka Air Tanah 

  • Penurunan muka air tanah akan mengakibatkan masyarakat sekitar yang terdampak tanah kritis menjadi kesulitan untuk memperoleh air. Hal tersebut tentunya sangat mengancam bagi keberlangsungan suatu usaha, kegiatan rumah tangga ataupun industri ekonomi di wilayah tersebut
  • Penurunan muka air tanah merupakan dampak dari adanya kekosongan pori-pori pada lapisan batuan atau tanah yang mengalami pemampatan akibat dari kehilangan tekanan pori pada massa batuan. Suatu daerah yang telah mengalami penurunan muka tanah dapat dicirikan dengan semakin meluasnya wilayah yang mengalami banjir
  • Penurunan muka air tanah juga mengakibatkan terjadinya penurunan produksi karena penggunaan lahan pertanian semakin berkurang atau menurun. Hal ini akan terjadi apabila luas kekritisan lahan semakin meluas maka lahan yang baik untuk kegiatan pertanian akan mengalami penurunan kualitas tanah sehingga akan megalami kegagalan dalam produktivitas tanaman
  • Penurunan muka air tanah dapat mengakibatkan banjir rob. Banjir ob merupakan banjir yang berasal dari laut karena volume air laut yang bertambah akibat pemanasan global
  • Penurunan muka air tanah dapat mengakibatkan intrusi air laut. Intrusi air laut disebabkan kaena penggunaan air tanah yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan upaya pemulihan

Pencegahan Penurunan Muka Air Tanah

  • Penertiban titik-titik pengambilan air tanah
  • Penghematan dan daur ulang air
  • Pemeliharaan dan perluasan daerah resapan
  • Meningkatkan peran air permukaan sebagai pemasok air baku
  • Melakukan pengelolaan kebijakan yang mengutamakan pemeliharaan dan pengamanan sumber daya lahan disertai dengan penerapan teknologi yang protektif
  • Penerapan prinsip Rainwater Harvesting yaitu metode pengumpulan air hujan untuk dimanfaatkan kembal

Artikel ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dosen Pengampu : Bakdal Ginanjar , S.S., M.Hum. 

Kelas                          : Ilmu Tanah B

Kelompok                : 8

Anggota                    : Riskha Safira                       (H0220060)

                                        Raden Ajeng Alma A.K.P (H0220062)

                                        Wafiq Istnaini Najibah    (H0220072)

                                       Viona Ardhya Amarta       (H0220081)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun