Martin Hoffman adalah seorang psikolog asal Amerika. Hoffman lahir pada tahun 1929. Ia adalah seorang psikolog yang terkenal dengan teorinya tentang perkembangan empati. Hoffman mengembangkan teori tentang bagaimana empati berkembang dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
      Hoffman melihat bahwa empati menjadi salah satu elemen fundamental dalam pembentukan moralitas seseorang, yang mempengaruhi bagaimana cara seseorang berinteraksi dengan orang lain dan membuat keputusan berdasarkan nilai-nilai moral. Teori ini sangat penting dalam memahami perkembangan emosional dan sosial anak serta bagaimana cara mereka dalam belajar untuk merespons perasaan orang lain.
      Menurut teori Hoffman, empati bukanlah kemampuan bawaan yang statis, melainkan kemampuan yang berkembang seiring waktu, dimulai dari respons dasar pada usia dini hingga mencapai kemampuan yang lebih kompleks dan terstruktur secara moral di usia dewasa. Hoffman mengidentifikasi beberapa tahap perkembangan empati yang terjadi pada anak, yang menjadi dasar bagi pemahaman moral mereka.
Berikut penjelasan mengenai tahapan teori perkembangan empati Martin Hoffman :
 1. Empati Global (Usia 0-1 tahun)
      Pada tahap ini, bayi menunjukkan reaksi empatik secara spontan, tetapi mereka belum dapat membedakan antara perasaan mereka sendiri dan perasaan orang lain. Misalnya, bayi akan menangis ketika mendengar bayi lain menangis, karena mereka merasakan emosi tersebut seolah-olah mereka sendiri yang mengalaminya.
 2. Empati Egosenstris (Usia 1-2 tahun)
      Pada usia ini, anak mulai menyadari bahwa perasaan orang lain berbeda dari perasaan mereka sendiri, tetapi mereka masih cenderung melihat situasi dari perspektif mereka sendiri. Misalnya, mereka mencoba untuk menghibur orang lain dengan cara mereka sendiri, tanpa mempertimbangkan apa yang benar-benar dibutuhkan orang tersebut.
 3. Empati untuk Perasaan Orang Lain (Usia 2-3 tahun)
      Pada tahap ini, anak mulai memahami bahwa orang lain memiliki perasaan dan perspektif yang berbeda. Mereka mulai menunjukkan empati yang lebih sadar, misalnya dengan memberikan kenyamanan kepada orang lain, dengan cara yang lebih sesuai dengan kebutuhan orang tersebut.
 4. Empati untuk Kondisi Umum Orang Lain (Setelah usia 3 tahun)
      Pada tahap ini, anak mulai menyadari bahwa perasaan orang lain dapat dipengaruhi oleh kondisi umum mereka, bukan hanya situasi langsung. Mereka mulai menunjukkan empati terhadap orang-orang yang mengalami penderitaan yang lebih luas, seperti kemiskinan atau ketidakadilan sosial.
 5. Empati Terhadap Kesusahan Lain Secara Abstrak (Usia Remaja dan Dewasa)
      Pada tahap ini, individu mampu merasakan empati terhadap kelompok atau individu lain dalam situasi abstrak atau tidak langsung mereka alami. Mereka bisa merasa empati terhadap kelompok yang terdiskriminasi atau orang-orang di negara lain yang menderita akibat bencana.
    Â
Peran Empati dalam Perkembangan Moral :
       Bagi Hoffman, empati memiliki peran sentral dalam perkembangan moral. Ia berpendapat bahwa empati memungkinkan anak-anak untuk memahami perasaan orang lain dan dapat  memahami apa yang benar dan salah. Melalui empati, anak-anak belajar tentang konsekuensi tindakan mereka terhadap orang lain dan mengembangkan dorongan untuk bertindak secara altruistik, yang mendasari nilai-nilai moral seperti kebaikan, keadilan, dan empati sosial.
      Teori Hoffman menekankan bahwa empati adalah proses yang kompleks yang melibatkan perkembangan kognitif dan emosional, serta dipengaruhi oleh pengalaman sosial dan lingkungan. Empati yang berkembang dengan baik dianggap penting untuk membangun hubungan sosial yang positif dan perilaku moral.
      Hoffman juga menekankan bahwa empati dapat memotivasi individu untuk bertindak dengan cara menguntungkan orang lain tanpa mengharapkan imbalan. Ia percaya bahwa perilaku altruistik ini tidak hanya didorong oleh pemahaman moral, tetapi juga oleh kemampuan untuk merasakan penderitaan atau kebahagiaan orang lain, yang mendorong suatu individu untuk melakukan tindakan yang mengurangi penderitaan atau meningkatkan kesejahteraan orang lain.
Kesimpulan:
     Teori empati Martin Hoffman merupakan proses perkembangan yang kompleks dan bertahap, yang dimulai dari respons emosional dasar pada bayi hingga berkembang menjadi pemahaman moral yang lebih matang pada usia dewasa. Hoffman juga berpendapat bahwa empati tidak hanya berfungsi sebagai respons emosional terhadap perasaan orang lain, tetapi juga sebagai dasar bagi perkembangan moralitas seseorang. Melalui empati, individu dapat memahami perasaan orang lain, yang kemudian mendorong mereka untuk bertindak secara altruistik dan berbasis pada prinsip moral seperti keadilan dan kebaikan. Dengan demikian, empati memainkan peran sentral dalam pembentukan perilaku moral yang positif dan interaksi sosial yang harmonis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H