Mohon tunggu...
Riska SuryaNingrum
Riska SuryaNingrum Mohon Tunggu... Ilmuwan - Happiness will be real when we shared

Beautiful world

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Plastik, Lingkungan, dan Ecobrick

9 Agustus 2019   12:49 Diperbarui: 9 Agustus 2019   13:02 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senang sekali rasanya saya dan teman saya @aisyah ramadani bisa sharing tentang plastik, lingkungan, dan ecobrick dengan para pegiat lingkungan di Sungai Ciliwung (komunitas kancil) di Depok hari ini (15/6). Tidak hanya komunitas kancil yang datang pada acara sharing tersebut, tetapi pak lurah dan bu lurah pun juga ikut berpartisipasi.

Dokpri
Dokpri
Banyak orang yang menggunakan plastik, tapi belum tahu tentang asal mula plastik, sifat plastik, bahaya plastik, mengapa plastik saat ini dimana-mana, dan bagaimana mengatasi jumlah plastik yang meningkat di bumi ini. Oleh sebab itu, pengenalan tentang plastik menjadi pembuka di acara sharing kali ini.

Mungkin ada beberapa orang yang belum tahu bahwa plastik yang kita gunakan sehari-hari terbuat dari bijih plastik, dimana bijih plastik tersebut diperoleh dari pengolahan minyak bumi.

Plastik adalah suatu material yang sulit terdegradasi oleh tanah sehingga dapat mencemari lingkungan. Waktu yang dibutuhkan untuk mendegradasi plastik adalah sekitar 100 hingga 500 tahun. Plastik juga dapat menjadi berbahaya jika kita tidak memperlakukannya dengan benar, seperti membakar, menguburnya dalam tanah atau membuangnya ke sungai (aliran air).

Jika kita membakar plastik, maka asap hasil pembakaran tersebut mengandung senyawa dioksin yang dapat menyebabkan kanker. Jika kita mengubur plastik dalam tanah maka plastik tersebut dapat membunuh hewan-hewan pengurai di dalam tanah dan mengurangi kesuburan tanah karena plastik akan menghalangi sirkulasi udara di dalam tanah.

Senyawa polychlorinated biphenyls (PCB) yang terdapat pada plastik juga dapat menjadi racun berantai sesuai dengan urutan rantai makanan, jika termakan oleh hewan ataupun tumbuhan. Dan bila kita membuangnya ke sungai atau aliran air, maka plastik tersebut akan bermuara di lautan.

Data KLHK menunjukkan bahwa 80% sampah yang dibuang ke laut berasal dari daratan, dan 90% nya merupakan plastik. Pada perjalanannya menuju lautan atau selama plastik tersebut terhanyut dalam air, ia dapat terurai menjadi mikroplastik yang dapat dikonsumsi oleh berbagai jenis hewan (seperti ikan, burung, paus, dll). Akibatnya, hewan-hewan tersebut dapat mati karena memakan plastik yang dikira makanannya.

Saat hewan-hewan tersebut mati, mikroplastik yang dikonsumsinya dapat dikonsumsi oleh hewan lain karena mikroplastik tidak dapat hancur ketika dicerna oleh makhluk hidup. Mikroplastik juga dapat bertindak sebagai transporter bagi limbah beracun dan berbahaya lainnya sehingga saat kita mengkonsumsi ikan yang tercemar mikroplastik, secara tidak lagsung kita juga memasukkan mikroplastik ke dalam tubuh kita. Pembuangan plastik di sungai juga dapat menyumbat aliran air sehingga mengakibatkan terjadinya banjir. 

Lalu mengapa saat ini plastik ada dimana-mana dan bagaimana cara menanggulanginya? Saat ini plastik yang ada di Indonesia bukan hanya hasil produksi dalam negeri, tetapi juga hasil impor dari negara-negara Amerika, Eropa, Asia, dan Australia. 

Adanya kiriman plastik dari negara-negara maju dibuktikan dari merk dan negara asal yang tertera di kemasan plastik tersebut. Beberapa tempat pembuangan sampah (TPS) yang diketahui mendapatkan kiriman plastik diantaranya adalah Mojokerto, Sidoarjo, dan Gresik.

Plastik-plastik tersebut disortir oleh masyarakat setempat untuk dijual kembali. Akan tetapi sejak November, volume plastik yang ada di TPS mengalami kenaikan dan didominasi oleh botol plastik, sachet kemasan, serta jenis plastik yang tidak dapat didaur ulang. Indonesia menjadi tujuan tempat pembuangan plastik dari negara-negara maju terlebih ketika China telah menerapkan kebijakan "National Sword" yang membatasi secara ketat impor sampah plastik.

Para aktivis lingkungan juga telah menyerukan kepada pemerintah, khususnya kementrian yang terkait agar menghentikan impor plastik, mengingat bahaya plastik bagi lingkungan maupun kesehatan masyarakat.

Nah, sambil menunggu kebijakan pemerintah, mari kita menggerakkan diri untuk turut berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan lingkungan dari bahaya plastik. Bagaimana caranya? Cara yang paling efektif dan efisien adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat minim plastik, misalnya:

  • Membawa kantong belanjaan yang terbuat dari kain saat berbelanja sehingga mengurangi penggunaan kantong kresek.
  • Menggunakan sedotan dari bamboo atau stainless steel sehingga dapat digunakan berkali-kali dan mengurangi penggunaan sedotan plastik sekali pakai.
  • Membawa tumbler sehingga dapat mengurangi konsumsi minuman kemasan sekali pakai.
  • Membawa tempat makan dari plastik atau silicon tahan panas sehingga dapat mengurangi penggunaan stereoform.
  • Menghindari pembelian kebutuhan rumah tangga yang dikemas dalam kemasan sachet.

Selain menerapkan gaya hidup sehat minim plastik, masyarakat juga dapat melatih diri mereka sendiri untuk bertanggungjawab terhadap plastik yang telah mereka gunakan. Mereka harus mengamankan plastik yang telah mereka gunakan agar tidak mencemari lingkungan, dengan cara menyetorkannya ke bank sampah, memanfaatkannya menjadi bentuk kerajinan (misalnya tas, tikar, taplak meja, dll), atau dengan membuat ecobrick.

Nah, apa itu ecobrick? Menurut arti bahasanya, ecobrick adalah batu bata yang ramah lingkungan. Hal-hal yang diperlukan dalam pembuatan ecobrick adalah plastik-plastik yang bersih dan kering, stik kayu, botol plastik yang bersih dan kering serta gunting. Cara membuat ecobrick sangatlah mudah, yaitu dengan memasukkan plastik-plastik tersebut ke dalam botol plastik sambil menekannya hingga padat dan mampat dengan menggunakan stik kayu.

Ukuran berat minimal ecobrick adalah 0,3 kali volume botol sedangkan maksimalnya adalah 0,7 kali volume botol. Misalnya kita menggunakan botol ukuran 600 ml, maka berat ecobrick minimal yang harus kita buat adalah 200 gram dan maksimalnya adalah 420 gram. Setiap orang baik yang masih duduk di sekolah dasar ataupun yang sudah dewasa pasti bisa membuat ecobrick karena tidak membutuhkan keahlian khusus.

Ecobrick yang telah dibuat dapat dirangkai atau digabungkan menjadi beberapa macam modular, seperti tempat duduk (kursi), meja, lego atau langsung digunakan sebagai pengganti batu bata dalam pembuatan pagar taman, tempat duduk yang ada di taman, dll. Di filiphina, Mr. Russel, penemu ecobrick telah mengaplikasikan penggunaan ecobrick sebagai bahan pengganti batu bata dalam pembuatan rumah, akan tetapi hal tersebut belum dicoba di Indonesia.   

Pada pelatihan pembuatan ecobrick di komunitas kancil kemarin menghasilkan 3 buah ecobrick. Semoga pembuatan ecobrick di komunitas kancil Depok dapat berlanjut sehingga dapat mengurangi plastik-plastik yang ada di lingkungan khususnya di sekitar Sungai Ciliwung. Let's save our earth from plastic!

Referensi:

  • Aliansi zero waste Indonesia, 2019, Situasi ekspor dan impor sampah plastik di Indonesia: Implikasi dari kebijakan National Sword China, Siaran pers.
  • Amelia, S. dan Praptiningsih, M., 2013, Pengelolaan dan pembangunan usaha plastik pada perusahaan keluarga PT.Politama Pakindo di Semarang (pada aspek sumber daya manusia), AGORA, Vol.1 (1).
  • Qodriyatun, 2018, Sampah plastik: Dampaknya terhadap pariwisata dan solusi, Info Singkat, Vol.X (23): 13-18.
  • Riandi, S., 2018, Kemenperin: Produksi plastik nasional mencapai 4,6 juta ton, www.jawapos.com (diakses 18 Juni 2019).
  • Riski, P., 2019, Dilema sampah plastik impor, antara peluang dan ancaman, www.voaindonesia.com (diakses 19 Juni 2019).
  • Sulistyono, Penggunaan produk plastik dari petrokimia dengan bahan dasar minyak dan gas bumi manfaat dan bahayanya bagi kesehatan dan lingkungan, Forum Teknologi, Vol. 06 (2): 90-101.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun