Para aktivis lingkungan juga telah menyerukan kepada pemerintah, khususnya kementrian yang terkait agar menghentikan impor plastik, mengingat bahaya plastik bagi lingkungan maupun kesehatan masyarakat.
Nah, sambil menunggu kebijakan pemerintah, mari kita menggerakkan diri untuk turut berpartisipasi dalam menjaga dan melestarikan lingkungan dari bahaya plastik. Bagaimana caranya? Cara yang paling efektif dan efisien adalah dengan menerapkan gaya hidup sehat minim plastik, misalnya:
- Membawa kantong belanjaan yang terbuat dari kain saat berbelanja sehingga mengurangi penggunaan kantong kresek.
- Menggunakan sedotan dari bamboo atau stainless steel sehingga dapat digunakan berkali-kali dan mengurangi penggunaan sedotan plastik sekali pakai.
- Membawa tumbler sehingga dapat mengurangi konsumsi minuman kemasan sekali pakai.
- Membawa tempat makan dari plastik atau silicon tahan panas sehingga dapat mengurangi penggunaan stereoform.
- Menghindari pembelian kebutuhan rumah tangga yang dikemas dalam kemasan sachet.
Selain menerapkan gaya hidup sehat minim plastik, masyarakat juga dapat melatih diri mereka sendiri untuk bertanggungjawab terhadap plastik yang telah mereka gunakan. Mereka harus mengamankan plastik yang telah mereka gunakan agar tidak mencemari lingkungan, dengan cara menyetorkannya ke bank sampah, memanfaatkannya menjadi bentuk kerajinan (misalnya tas, tikar, taplak meja, dll), atau dengan membuat ecobrick.
Nah, apa itu ecobrick? Menurut arti bahasanya, ecobrick adalah batu bata yang ramah lingkungan. Hal-hal yang diperlukan dalam pembuatan ecobrick adalah plastik-plastik yang bersih dan kering, stik kayu, botol plastik yang bersih dan kering serta gunting. Cara membuat ecobrick sangatlah mudah, yaitu dengan memasukkan plastik-plastik tersebut ke dalam botol plastik sambil menekannya hingga padat dan mampat dengan menggunakan stik kayu.
Ukuran berat minimal ecobrick adalah 0,3 kali volume botol sedangkan maksimalnya adalah 0,7 kali volume botol. Misalnya kita menggunakan botol ukuran 600 ml, maka berat ecobrick minimal yang harus kita buat adalah 200 gram dan maksimalnya adalah 420 gram. Setiap orang baik yang masih duduk di sekolah dasar ataupun yang sudah dewasa pasti bisa membuat ecobrick karena tidak membutuhkan keahlian khusus.
Ecobrick yang telah dibuat dapat dirangkai atau digabungkan menjadi beberapa macam modular, seperti tempat duduk (kursi), meja, lego atau langsung digunakan sebagai pengganti batu bata dalam pembuatan pagar taman, tempat duduk yang ada di taman, dll. Di filiphina, Mr. Russel, penemu ecobrick telah mengaplikasikan penggunaan ecobrick sebagai bahan pengganti batu bata dalam pembuatan rumah, akan tetapi hal tersebut belum dicoba di Indonesia. Â Â
Pada pelatihan pembuatan ecobrick di komunitas kancil kemarin menghasilkan 3 buah ecobrick. Semoga pembuatan ecobrick di komunitas kancil Depok dapat berlanjut sehingga dapat mengurangi plastik-plastik yang ada di lingkungan khususnya di sekitar Sungai Ciliwung. Let's save our earth from plastic!
Referensi:
- Aliansi zero waste Indonesia, 2019, Situasi ekspor dan impor sampah plastik di Indonesia: Implikasi dari kebijakan National Sword China, Siaran pers.
- Amelia, S. dan Praptiningsih, M., 2013, Pengelolaan dan pembangunan usaha plastik pada perusahaan keluarga PT.Politama Pakindo di Semarang (pada aspek sumber daya manusia), AGORA, Vol.1 (1).
- Qodriyatun, 2018, Sampah plastik: Dampaknya terhadap pariwisata dan solusi, Info Singkat, Vol.X (23): 13-18.
- Riandi, S., 2018, Kemenperin: Produksi plastik nasional mencapai 4,6 juta ton, www.jawapos.com (diakses 18 Juni 2019).
- Riski, P., 2019, Dilema sampah plastik impor, antara peluang dan ancaman, www.voaindonesia.com (diakses 19 Juni 2019).
- Sulistyono, Penggunaan produk plastik dari petrokimia dengan bahan dasar minyak dan gas bumi manfaat dan bahayanya bagi kesehatan dan lingkungan, Forum Teknologi, Vol. 06 (2): 90-101.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H