Mohon tunggu...
Riska Setyaningsih
Riska Setyaningsih Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Teknologi Yogyakarta

Hai, saya Riska! Penulis yang selalu penasaran dengan hal baru. Saya suka membahas segala hal mulai dari tren gaya hidup, perkembangan teknologi, hingga tips produktivitas sehari-hari. Blog ini adalah ruang berbagi inspirasi dan wawasan yang saya kumpulkan dari pengalaman pribadi dan pembelajaran. Mari jelajahi bersama, siapa tahu kita menemukan hal-hal baru yang bisa memperkaya hidup! Jangan ragu untuk meninggalkan komentar atau berbagi cerita. Terima kasih sudah mampir, dan selamat membaca!

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Fenomena Childfree, Pilihan Hidup yang Semakin Diterima Masyarakat di Indonesia?

10 November 2024   19:56 Diperbarui: 14 November 2024   15:14 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa alasan yang sering diungkapkan seperti,1) Pertimbangan ekonomi, karir, kesehatan mental dan kesejahteraan, yang mana beberapa orang merasa bahwa memiliki anak akan mengganggu pengembangan karir mereka, karena peran sebagai orang tua sering kali membutuhkan waktu dan energi yang banyak. Serta beban emosional yang bisa berdampak negatif. 

2) Kekhawatiran terhadap lingkungan, sebagian orang merasa bahwa mengurangi jumlah populasi dapat berkontribusi pada pelestarian lingkungan. 

3) Kemandirian dan kebebasan, childfree memberikan kebebasan untuk mengejar impian pribadi, berkeliling dunia, atau mengeksplorasi minat dan hobi tanpa harus memikirkan kewajiban besar sebagai orang tua.

Pandangan Masyarakat terhadap Fenomena Childfree di Indonesia

Di Indonesia, semakin banyak orang yang mulai terbuka terhadap pilihan hidup non-tradisional, memilih untuk tidak memiliki anak masih sering dianggap kontroversial.

Beberapa orang mungkin menilai pasangan yang childfree sebagai egois atau tidak memahami nilai-nilai keluarga. Ada pula yang beranggapan bahwa "kewajiban" untuk melahirkan dan membesarkan anak adalah bagian dari eksistensi manusia. 

Terlebih lagi, dalam budaya yang sangat menghargai keturunan dan peran orang tua dalam melanjutkan garis keluarga, keputusan untuk tidak memiliki anak dapat dianggap sebagai penolakan terhadap tradisi.

Namun di sisi lain, ada peningkatan kesadaran tentang keberagaman pilihan hidup dan kebebasan individu. Dalam beberapa tahun terakhir, gerakan childfree semakin diterima, terutama di kalangan generasi muda yang lebih terbuka terhadap konsep kebebasan pribadi. 

Diskusi tentang childfree juga mulai muncul di media sosial dan platform digital, di mana orang dapat berbagi pengalaman dan perspektif mereka tentang kehidupan tanpa anak.

Tantangan dan Stigma yang Dihadapi

Meskipun semakin banyak yang memilih untuk childfree, mereka yang berada di luar arus utama sering kali menghadapi stigma sosial. 

Pertanyaan-pertanyaan seperti "Kenapa tidak mau punya anak?" atau "Apakah kamu tidak takut kesepian di masa tua?" sering kali dilontarkan kepada mereka yang memilih untuk tidak memiliki anak.

Stigma ini mungkin berakar pada pandangan bahwa peran orang tua adalah bagian dari siklus hidup yang "normal" dan bahwa setiap orang harus melanjutkan keturunan mereka. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun