Mohon tunggu...
Riska Ratna Komala
Riska Ratna Komala Mohon Tunggu... Guru - Guru SDIT Al Islamiyyah

Hobi : membaca novel, wattpad.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bahasa Indonesia dalam Media Sosial : Apakah Masih Mengikuti Kaidah Bahasa yang Benar ? Dan Implementasi terhadap

30 Desember 2024   20:45 Diperbarui: 30 Desember 2024   20:44 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Penggunaan bahasa Indonesia di media sosial belum selalu sesuai dengan kaidah bahasa yang benar. Hal ini disebabkan karena pengguna media sosial cenderung menggunakan bahasa informal, seperti singkatan, gabungan bahasa Indonesia dan Inggris, atau penciptaan kata-kata baru. 

Namun, media sosial juga dapat membawa dampak positif terhadap bahasa Indonesia, seperti: Penyederhanaan dalam berkomunikasi, Penggunaan emoji untuk menggantikan kata-kata tertentu, Penggunaan singkatan untuk mempercepat penyampaian pesan. 

Untuk meningkatkan kesadaran khalayak umum tentang pentingnya berbahasa Indonesia yang baik dan benar, dapat dilakukan dengan: Pembinaan, Mengikuti program pemerintah seperti kampanye literasi bahasa, Penyuluhan, Menyediakan sumber belajar bahasa yang mudah di akses.

Bahasa Indonesia yang digunakan di media sosial sering kali tidak sepenuhnya mengikuti kaidah bahasa yang baku. Hal ini terjadi karena sifat media sosial yang cenderung informal, cepat, dan praktis, sehingga pengguna sering mengabaikan aturan tata bahasa yang formal. Beberapa aspek yang sering ditemukan adalah:

1. Penggunaan singkatan: Banyak pengguna yang menggunakan singkatan, seperti "gak" (tidak), "gpp" (gak papa), atau "btw" (by the way), yang tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang formal.

2. Penghilangan huruf vokal atau konsonan: Dalam menulis status atau komentar, terkadang pengguna menghilangkan beberapa huruf demi efisiensi waktu, misalnya menulis "blm" (belum) atau "gk" (gak).

3. Penulisan yang tidak konsisten: Banyak yang menggunakan campuran antara bahasa Indonesia baku dan bahasa gaul atau bahasa asing, misalnya "makan siang, guys" atau "udah jam 5, let's go!"

4. Tata bahasa yang longgar: Pada media sosial, kalimat sering kali tidak mengikuti kaidah sintaksis yang benar, dengan penggunaan kalimat yang terpotong-potong atau tidak berstruktur dengan baik.

Selain itu, Bahasa Indonesia di media sosial telah berkembang pesat seiring dengan pertumbuhan penggunaan platform digital di Indonesia. Media sosial menjadi tempat di mana orang berinteraksi, berbagi informasi, dan berekspresi, sehingga mempengaruhi cara orang berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia. Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait bahasa Indonesia di media sosial:

1. Bahasa Gaul dan Slang

Di media sosial, banyak orang menggunakan bahasa gaul atau slang yang seringkali tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baku. Penggunaan kata-kata seperti "gak" (tidak), "bgt" (banget), "makasih" (terima kasih), atau "cuy" (teman) sering ditemukan di platform-platform seperti Twitter, Instagram, atau TikTok. Meskipun ini bukan bahasa resmi, bahasa gaul ini digunakan untuk menambah keakraban dan kecepatan dalam komunikasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun