Mohon tunggu...
Riska Jayanti
Riska Jayanti Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, content writer

Seorang penulis amatir yang ingin jadi penulis profesional dengan banyak karya. Sering kali saya suka menulis apapun termasuk edukasi konten tips trick kepenulisan, maupun sharing bisnis marketing, life style, hiburan, dan edukasi pendidikan. Find on @riskajaya25/wattpad

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Author's Perspective Vs Beta Reader

22 Oktober 2022   19:20 Diperbarui: 24 Oktober 2022   21:35 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hai, aku mau curcol sharing materi ini secara santai. Aku bakal bahas perspektif penulis vs beta reader. Kali ini seru kali ya menghubungkan sudut pandang antara penulis dengan pembaca disertai hubungan feedback timbal baliknya.

Gini guys, tanpa penulis, pembaca pasti gak akan dapat bacaan baik dikala waktu senggangnya, ataupun karena kebutuhan dirinya sendiri supaya dapat memperoleh hiburan dan ilmu pengetahuan yang banyak.

Begitupun tanpa pembaca, penulis gak akan mendapatkan apresiasi kebanggaan atas karyanya. Ataupun sebagai commersial penjualan atas nama cari duit. ya gak, sih? Kalau ga ada baca. Penjualan bukupun sepi. Tekor bandar karena pembaca gak ada beli bukunya hehe. Jadi, keduanya saling menguntungkan dan membutuhkan, ya. Hehe.

Omong-omong bahas Author's Perspective. Sebenarnya ini membahas bagaimana pandangan penulis terhadap karya sastranya yang sudah ditulisnya supaya cepat bisa dikasih tau kepada pembaca. Gini loh cerita aku. Taukan maksudnya, harap penulis kepada pembaca.

Kalau dijabarin lebih luas lagi, ada keterkaitan dengan author's purpose. Penulis sengaja menaruh pemikirannya berdasarkan tema yang dibawa melalui eksekusi adegan, plot, dialog, dan aksi berbentuk narasi deskripsi.

Biasanya, pembahasan eksekusi ceritanya ada plus (positive) dan minus (negatif) ceritanya loh setelah ditulis. Dengan tujuan supaya jadi bahan informasi ilmu pengetahuan, pembelajaran pesan moral, maupun kritik sosial dari tema yang dibawa, misal nulis tentang isu sosial.

Ada sisi lain dari kacamata penulis gitu. Seperti sudut pandang penulis. Misal, penulis lempar cerita naskahnya kepada pembaca, lalu pembaca berusaha memahami ceritanya dengan analisis kritis yang baik kalau pembaca tsb merupakan beta reader.

Ya bukan sekedar cuma habiskan uang demi buku, tapi ingin mendapatkan nilai quality dari buku tsb. Apakah buku tsb worth it setelah dibeli? Dan apakah cukup membantu untuk dijadikan sumber informasi pengetahuan dll?

Aku ambil contoh perspektif penulis ketika membuat novel dengan tema pergaulan bebas.

Pacaran sex diluar nikah merupakan penghancur mimpi anak muda masa kini yang mengesampingkan akhlak moral dikarenakan terbius nafsu atas nama cinta. Jadi dari sini, anggap aja aku sebagai pembaca dulu. Kita akan tau tuh setelah dibaca.

Apa yang penulis pikirkan? Apa yang penulis yakini kalau ingin masa depan sukses? Apa yang penulis peringatkan kalau dihadapkan permasalahan tsb? Dan apa aja kerugian paling besar kalau terjebak dalam pergaulan bebas tsb? Andai nih, bila sih pelaku tokoh tulisan cerita si perempuannya hamil, padahal dia masih sekolah?

Contoh aja, novel dan film dua garis biru deh. Dari pandangan penulis, dia menceritakan tentang anak sekolah yang buta karena cinta sampai bablas bobo bareng. Melepaskan keperawanan dan keperjakaannya demi cinta satu malam.

Sampai ceweknya hamil dan di DO dari sekolah. So, jadi kita jadi taukan pemikirannya gimana, pendapatnya gimana melalui tulisannya? Kesimpulannya, penulis mengajarkan tuh untuk kepada pembaca untuk lebih berhati-hati lagi dalam berpacaran.

Jangan sampai kebablasan hingga masa depan jadi hancur. Tentunya kalau itu terjadi, bakal menanggung malu seumur hidup kan karena hamil diluar nikah? Terus dedek bayik terlanjur jadi anak haram lagi. Kan kasian.

Ok lanjut, itu tadi pembahasan author's prespective ya. Sekarang bagaimana pembahasan mengenai beta reader? Ok kita bahas.

Beta reader mirip pembaca yang menguji kualitas isi cerita tulisan yang dibuku, ya. Anggap aja kang review, suka cari keunggulan dan kesalahan dalam tulisan. Atau bisa juga proofreading mungkin bisa kali ya.

Koreksi kalau salah. Atau penguji skripsi deh. Dia bakal baca dan koreksi dulu sebelum disidang. Tapi kok mirip editor gitu wkwk. Jadi bingung, hehe.

Tapi intinya sih, beta reader ini pembaca pintar. Pikirannya kritis. Saking kritisnya mereka pengen dapat bahan bacaan yang memiliki value yang bermanfaat. Ya, berbeda sama penulis biasa yang uda baca yauda. Gak senewen gitu dah. Paling penilaiannya biasa aja sih, ini ceritanya bagus, itu gak bagus wkwk.

Berbeda sama beta reader sampai kekulit-kulitnya mereka nilai. Ya, sebenarnya itu karena faktor pengalaman baca buku yang agak gimana ya. Bagus diatas rata2. Jadi kalau dapat cerita yang jelek pasti mereka kesal dan gak puas. Hehe.

Nah kalau ciri-ciri beta reader, gini contohnya.

Kang review dan suka koreksi dalam hati karena gak sesuai dan selera bacaannya. Biasanya dia gampang banget tuh melihat kesalahan, seperti EYD, typo, paragraf, tata ketik, kosakata, layout, sampai lebih jauh lagi, seperti tema, karakter, plot juga alur. Terus value pembelajaran pesan moral juga, sih. Bisa sebagian dinilai atau semuanya. Pokoknya matanya on point always dan daya pikirnya kritis banget. Tau aja apa yang salah dan benar hehe.

Kira-kira begitu ya pengertian beta reader. Banyak kok sebagian dari kita yang memposisikan sebagai pembaca yg hobi nilai dan review.

Ok lanjut. Setelah uda paham definisinya. Selanjutnya apa sih hubungan keduanya? Ok kita mulai. Kita pakai pola cause & effect ya.

Cause adalah penyebab alias sumber. Dimulai dari author yang lempar perspectivenya melalui bukunya untuk dibaca reader yang akan jadi effect berbentuk feeling. Yap, itu akan dinilai, seperti bagaimana pilihan kata-katanya, kekuatan kalimatnya, dan struktur kalimatnya, berdasarkan plot jalan cerita.

Nah, kalian harus tau. Dalam penilaian itu semua disebut Tone. Yakni, gabungan perspektive penulis dengan skill teknik penulisan itu sendiri. Seperti apakah bahan bacaan itu formal, casual, penuh motivasi, unik dari pada yang lain, atau bisa juga mendeskripsikan rasa marah, atas refleksi karakter cerita yang udah diciptakan?

Misal, karakter tokoh cerita seorang ibu yang marah, memarahi pacar anaknya, yang uda keterlaluan menghamili anaknya. Tentu saja pas menulis ini, pasti seakan-akan dia marah, menghayati peran karakter ibu tsb itu. Jadi, itu maksudnya ya. Ada tuh di scene dua garis biru. Ibu kandungnya memarahi bima karena anaknya dara dihamili. Sad:(

Ok, kemudian gantian, kita ganti rolenya lagi ya.

Setelah karyanya dibaca. Apa aja tanggapan beta reader atas perspective penulis? Apa aja reaksinya? Bagaimana perasaannya? Apa aja yang pembaca lakukan? Apa dia cium2 buku tsb karena bahagia, atau robek maybe. Dan reaksi result itu dinamakan mood, ya.

Kesimpulannya gini sih. Mood adalah bagaimana teks tulisan yang ditulis penulis, membuat reader bereaksi mengungkapkan perasaannya. Misal, bukunya membosankan ih, ceritanya buat stress banget sampe kebawa mimpi, atau tulisannya malah membuat reader tambah termotivasi gitu menjalankan kehidupannya.

Contohnya begitu. Yakni feel perasaannya, seperti rasa damai, terhibur, menyenangkan, membosankan atau membuat kepala pusing ataupun ngantuk menguap pengen tidur. Jadi begitu ya kira-kira.

Sebagai tambahan dikit untuk penulis dan pembaca. Sebagai penulis. Nulislah yang baik supaya bermanfaat untuk pembaca. Sedangkan untuk pembaca beta reader. Ambil yang dipikir baik, dan buang yang jeleknya. Jangan sombong. Jangan mencela juga.

Sesama penulis yang sebagai pembaca juga, harus saling support. Semua skill kepenulisan kan butuh proses sampai mahir. Jadi jangan sombong. Kita harus salam damai dan respect.  Teaching dan review baik2 biar penulis menerima dengan senang hati

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun