Aku tidak mengerti.
Terkadang, aku mengutuk takdir yang datang.
Ini salah, aku tahu.
Lelah, bahkan aku tak punya hak.
Hati katakan, sudahi!
Tapi, tetap saja sulit.
Kurang ajar, kau hati berani-beraninya terlalu perasa.
Kenapa kau tak cegah?
Kenapa kau biarkan?
Kenapa kau katakan ini hanya sekedar?
Lalu, hari ini kau berusaha lari?
Tidak. Kau tidak lari hanya saja pergi.
Pergi kemana? Entah.
Hati, aku harap kau tetap baik.
Beralih ke tempat yang baik.
Tidak lari dari perih.
Seperti yang dia ucap, kau harus belajar.
Tidak semua perasa itu baik.
Dia ucap, ini hanya pemanis.
Hanya mengalir sesuai alur.
Dia ucap, hati harus sehat.
Berjalanlah seperti seharusnya.
Berdamailah...
Marahlah tapi cepat sudahi.
Dia ucap, hati maafkan.
'Aku tak sengaja.'
Hatiku berkecamuk.
Kau salah. Minta maaf.
Benar.
Kau lupa. Ingatkan
Benar.
Tapi, ini soal si hati
Dia terlalu perasa dan lemah.
Lalu? Bagaimana?
Hati yang malang.
Tapi, satu yang kokoh.
Dengarkan Sang Hati, Ikhlaskan.
(Malam ini, aku bernostalgia)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI