ABK atau Anak berkebutuhan khusus merupakan individu yang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan individu pada umumnya tanpa selalu menunjukkan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik. Anak berkebutuhan khusus mempunyai istilah lain yaitu anak luar biasa. Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan handicap. Dalam hal pendidikan, anak berkebutuhan khusus membutuhkan layanan yang khusus.
a. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus
1) Kategori Kesulitan Belajar Umum
a) Slow Learner
Slow learner atau dapat dikatakan anak lambat belajar merupakan anak yang memiliki prestasi belajar rendah dalam akademik, namun bukan termasuk anak yang terbelakang mental. Biasanya anak yang mengalami slow learner membutuhkan waktu belajar yang lama.
b) Tuna Grahita
Tuna Grahita merupakan individu yang secara signifikan memiliki intelegensi di bawah intelegensi normal dengan skor IQ sama atau lebih rendah dari 70.
c) Anak dengan Gangguan Spektrum Autis
Autistic disorder merupakan gangguan perkembangan yang mengganggu kemampuan untuk berkomunikasi dan berinteraksi. Anak autis biasanya memiliki perilaku yang hiperaktif dan tantrum, menyakiti diri sendiri, mengalami gangguan bicara dan perilaku sosial kurang sesuai.
2) Kategori Kesulitan Belajar Spesifik
a) Â Disleksia yaitu kesulitan membaca atau berbahasa. Disleksia seringkali bergandengan dengan disgrafia (kesulitan menulis) dan diskalkulia (kesulitan berhitung).
b) Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)
ADHD yaitu gangguan pemusatan perhatian atau hiperaktif (tidak bisa diam)
b. Berikut cara pemberian intervensi yang dapat dilakukan pendidik ataupun orangtua bagi anak berkebutuhan khusus :
1) Kesulitan belajar spesifik (Disleksia, Diskalkulia, Disgrafia)
Bagi anak yang mengalami gangguan ini dapat dilakukan dengan memberikan instruksi singkat, serta mengulangi instruksi secara multisensori, mengecek pemahaman siswa mengenai tugas, membacakan dan menuliskan materi yang akan dipelajari, membuat target yang dapat dicapai. Dapat memberikan media yang diberikan tanda dengan warna atau simbol. Selain itu pendidik dapat menempelkan kata kunci di ruang kelas agar anak memahami topic yang sedang dibicarakan.
2) Slow Learner
Pemberian intervensi yang tepat untuk anak slow learner adalah dengan memberikan intruksi yang nyata atau konkret, memberikan waktu belajar yang lebih lama, dan membuat aktivitas yang disukai anak serta memberikan motivasi.
3) Autisme
Untuk anak yang mengalami autisme dapat mengajaknya bermain sambil berkomunikasi, kemudian sering memberikan hadiah atau pujian dan jangan memberikan hukuman.
4) Sindrom Asperger
Fokus mengajari anak mengenai aturan-aturan berbahasa dalam interaksi sosial. ata dan menggunakan ritme natural saat berbicara
5) Tuna Grahita
Ada tiga kategori tuna grahita yaitu :
a) Tuna grahita ringan (mampu didik). Masih dapat diberi pendampingan belajar membaca, menulis dan berhitung sederhana dengan benda nyata.
b) Tuna grahita sedang (mampu latih). Masih bisa diberi pendampingan menulis sederhana seperti nama dan alamatnya.
c) Tuna grahita berat membutuhkan bantuan perawatan secara total dalam hal berpakaian, mandi, makan bahkan membutuhkan perlindungan dari bahaya.
6) ADHD
Pemberian intervensi yang mengalami gangguan ADHD yaitu dengan memberikan penguatan perilaku positif pada anak dan memberikan perhatian yang lebih.
Dalam memahami perilaku seorang anak, terutama perilaku pada anak berkebutuhan khusus guru harus benar-benar memahami dengan penuh kesadaran tentang apa yang menyebabkan perilaku anak yang kadang dianggap aneh atau berbeda dari anak pada umumnya. Menangani anak berkebutuhan khusus harus dilakukan dengan penuh rasa sayang dan penuh perhatian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H