Mohon tunggu...
Riska Rina Kaloko
Riska Rina Kaloko Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Sedang Berkelana

Karena hidup terlalu sederhana kalau hanya untuk diri sendiri, maka hiduplah untuk mereka yang membutuhkan sehingga kau akan melihat betapa kompleksnya sukacita yang disediakan Tuhan disana.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kepada Sosok itu, Terima Kasih

30 Juni 2018   16:46 Diperbarui: 30 Juni 2018   17:10 284
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bermula dari 12 tahun yang lalu, aku mengenal sosok pria yang unik dan sulit didefenisikan. Orang-orang sulit bergaul dengannya, termasuk aku juga, tapi sekarang aku mengerti mengapa dia berbeda dan mulai bisa menjadi temannya, meskipun baru 6 tahun terakhir kami berteman setelah 12 tahun kami saling mengenal. 

Pria Itu sangat menarik, dia sekelas denganku sejak kelas 7 hingga kelas 12. Pertama kali aku membaca tulisannya ketika kami duduk di kelas 11, waktu itu dia menulis sebuah drama sederhana namun menurutku sekalipun sederhana drama itu sangat cerdas karena dia mampu menulisnya dengan baik dan diperankan diperayaan natal SMA kami. 

Sejak hari itu, aku mulai suka membaca setiap tulisannya, bahkan termasuk status yang dia update di facebook-nya juga aku sangat menyukai.  

Pada saat di bangku kuliah, kami pun berpisah. Dia memilih mengambil jurusan ekonomi setelah mengalami pergulatan dengan nurani sendiri dan juga dengan keluarga dikala muncul niat untuk mengambil jurusan sastra. 

Awalnya dia mau mengembangkan kemampuannya, tapi ada sesuatu hal yang ada dalam pikirannya yang membuat dia ragu menekuni bidang itu. Perbincangan pertemanan kami dimulai ketika kami sudah memasuki bangku perkuliahan, meskipun berbeda universitas kami memutuskan akhirnya menjadi teman. 

Hal itu bermula ketika aku berani mengakui kalau aku mengangumi tulisan-tulisannya. Dan perbincangan kamipun semakin akrab, sampai suatu hari dia mengatakan hal ini padaku,

"Jadi penulis adalah pilihan yang berat, Ris." begitu katanya.

Rasa penasaranku pun membuatku bertanya mengapa bisa menjadi hal berat baginya. Katanya kemudian,

"Yaa, penulis ya begitu, mereka itu susah mendapatkan ketenangan, selalu punya pikiran, ide, gagasan yang bergejolak dalam pikirannya yang apabila tidak dituangkan bisa bahaya Ris, aku tidak siap dengan resiko itu, termasuk keluarga ku juga, itulah mengapa aku memilih jurusan ekonomi. Selain itu, aku juga tidak yakin dengan kehidupan yang akan kujalani nantinya." tegasnya padaku.

Aku menghargai pemikirannya dan membiarkan dia dengan kebebasan menjadi seperti pilihannya, sekalipun itu hal yang sangat disayangkan.

Tapi aku tidak pernah melihat dia berhenti untuk menulis, sekalipun dia berada di jurusan ekonomi, tapi bakat menulisnya tak pernah berhenti. Bahkan, ia mulai mendapatkan banyak keuntungan dari menulis. 

Beberapa karyanya mulai di terbitkan di koran, salah satu karyanya yang menjadi kesukaan ku adalah "Perempuan Fiksi" dalam karya nya ini dia sedang berbincang dengan seorang perempuan yang dia ciptakan sendiri dalam imajinasinya, dan percakapan terakhir sebelum cerita ini berakhir adalah begini,

"Tapi ada satu permintaanku..."katanya tiba-tiba. (Perempuan Fiksi)

"Apa itu?"

"Aku tahu kau tidak punya pacar!"

"Jadi?"

"Ya, jangan sampai kau memintaku jadi pacarmu, aku ini tokoh fiksimu penghayal!!!"

Shit! Hahaha :D

Kami lalu bergerak meninggalkan perpustakaan dan aku baru benar-benar sadar bahwa ini hanyalah imajinasi saja.

Sama dengan kekaguman pada karyanya yang ini, begitu pulalah kekagumanku pada karya-karyanya lainnya, seperti karyanya yang berjudul "Surat untuk Hujan", "Pariban", "Jalan-Jalan yang Kita Punya", dan karya-karya lainnya. 

Dan aku rasa tidak hanya aku yang menyukai karyanya, sebab dengan diterbitkannya beberapa karyanya di Koran SIB Medan, dan di koran-koran lainnya, telah cukup menjadi bukti bagiku kalau dia bagus dalam menulis.

Sampai hari ini dia belum menetapkan dirinya menjadi penulis, Pria Itu masih tetap ragu untuk masuk kedunia itu, tapi itu tidak membuatku berhenti mengagumi karyanya setiap waktu. Seperti dalam karya terakhirnya yang diunggah di blog pribadinya "Tukang Jurnal" yang berjudul "Jalan-Jalan yang Kuta Punya", katanya:

"Suatu waktu, saya paham bahwa ternyata Jalan-Jalan yg Kita Punya terlalu sering tidak dilalui Dan ditumbuhi ilalang, dilain waktu saya heran, buku yg saya simpan dan tidak pernah dibaca ternyata menjadi lembab dan termakan rayap.
Terlalu banyak jalan yg masih harus ditempuh, terlalu sedikit waktu yg Kita miliki."

Dan bagiku menulis menjadi sangat mengasyikkan dan menjadi hobi baruku karena Pria Itu, tetap menjadi inspirasi sekalipun akhirnya mulai bermunculan penulis-penulis lainnya yang memang tidak bohong aku mengagumi mereka juga. Tapi sebagai yang pertama, terima kasih kepada mu karena mengantarkanku pada satu tempat yang tidak akan pernah kutemukan tanpa dirimu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun