Beberapa karyanya mulai di terbitkan di koran, salah satu karyanya yang menjadi kesukaan ku adalah "Perempuan Fiksi" dalam karya nya ini dia sedang berbincang dengan seorang perempuan yang dia ciptakan sendiri dalam imajinasinya, dan percakapan terakhir sebelum cerita ini berakhir adalah begini,
"Tapi ada satu permintaanku..."katanya tiba-tiba. (Perempuan Fiksi)
"Apa itu?"
"Aku tahu kau tidak punya pacar!"
"Jadi?"
"Ya, jangan sampai kau memintaku jadi pacarmu, aku ini tokoh fiksimu penghayal!!!"
Shit! Hahaha :D
Kami lalu bergerak meninggalkan perpustakaan dan aku baru benar-benar sadar bahwa ini hanyalah imajinasi saja.
Sama dengan kekaguman pada karyanya yang ini, begitu pulalah kekagumanku pada karya-karyanya lainnya, seperti karyanya yang berjudul "Surat untuk Hujan", "Pariban", "Jalan-Jalan yang Kita Punya", dan karya-karya lainnya.Â
Dan aku rasa tidak hanya aku yang menyukai karyanya, sebab dengan diterbitkannya beberapa karyanya di Koran SIB Medan, dan di koran-koran lainnya, telah cukup menjadi bukti bagiku kalau dia bagus dalam menulis.
Sampai hari ini dia belum menetapkan dirinya menjadi penulis, Pria Itu masih tetap ragu untuk masuk kedunia itu, tapi itu tidak membuatku berhenti mengagumi karyanya setiap waktu. Seperti dalam karya terakhirnya yang diunggah di blog pribadinya "Tukang Jurnal" yang berjudul "Jalan-Jalan yang Kuta Punya", katanya: