Upaya Meningkatkan Keteladanan Siswa melalui Model Problem Based Learning pada Materi Khulafaur Rasyidin di SDN 149 Cigadung
Efforts to Improve Student Role Models through the Problem-Based Learning Model on the Topic of the Khulafaur Rasyidin at SDN 149 Cigadung
Risna Risnawati
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Risnarisnawati69543@gmail.com
                    Â
Neneng Windayani, Dr., S.Pd., M.Pd.
UIN Sunan Gunung Djati BandungÂ
Ani Maryani, M.Ag
SMAN 26 Bandung
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keteladanan siswa melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL) pada materi Khulafaur Rasyidin di SDN 149 Cigadung. Keteladanan adalah salah satu aspek penting dalam pendidikan karakter, terutama dalam pembelajaran sejarah Islam yang menekankan pada nilai-nilai moral dan kepemimpinan yang dicontohkan oleh Khulafaur Rasyidin, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Model PBL digunakan karena berorientasi pada pemecahan masalah nyata yang dapat membantu siswa menginternalisasi nilai-nilai keteladanan tersebut.
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilakukan dalam dua siklus, dengan subjek penelitian siswa kelas VI SDN 149 Cigadung. Setiap siklus melibatkan tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data dikumpulkan melalui observasi, angket, tes hasil belajar, dan wawancara, serta dianalisis dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan PBL dapat meningkatkan keteladanan siswa. Pada siklus kedua, terdapat peningkatan yang signifikan dalam aspek kejujuran, tanggung jawab, kerjasama, dan kedisiplinan siswa. Siswa juga menunjukkan pemahaman yang lebih mendalam tentang nilai-nilai keteladanan Khulafaur Rasyidin dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, PBL terbukti efektif dalam meningkatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dan kemampuan mereka untuk berpikir kritis
Kata Kunci: Problem Based Learning, keteladanan, Khulafaur Rasyidin, pendidikan karakter, SDN 149 Cigadung
ABSTRACT
This study aims to improve student exemplary behavior through the implementation of the Problem-Based Learning (PBL) model on the Khulafaur Rasyidin material at SDN 149 Cigadung. Exemplary behavior is a crucial aspect of character education, especially in Islamic history lessons that emphasize moral values and leadership exemplified by the Khulafaur Rasyidin: Abu Bakar, Umar bin Khattab, Uthman bin Affan, and Ali bin Abi Talib. The PBL model is used because it is oriented towards solving real-world problems, which helps students internalize these exemplary values.
This classroom action research (CAR) was conducted in two cycles, with the research subjects being 6th-grade students at SDN 149 Cigadung. Each cycle involved the stages of planning, implementation, observation, and reflection. Data were collected through observation, questionnaires, learning outcome tests, and interviews, and were analyzed using both qualitative and quantitative approaches.
The results showed that the application of PBL can improve student exemplary behavior. In the second cycle, there was a significant increase in aspects such as honesty, responsibility, cooperation, and discipline. Students also demonstrated a deeper understanding of the exemplary values of Khulafaur Rasyidin and were able to apply them in daily life. Furthermore, PBL proved effective in increasing students' active participation in learning and their ability to think critically.
Keywords: Problem-Based Learning, exemplary behavior, Khulafaur Rasyidin, character education, SDN 149 Cigadung
PENDAHULUAN
Pendidikan karakter merupakan bagian penting dari sistem pendidikan di Indonesia, terutama pada jenjang pendidikan dasar. Salah satu aspek penting dalam pendidikan karakter adalah pembentukan sikap keteladanan, yang mengacu pada kemampuan siswa untuk meneladani nilai-nilai moral dan etika yang baik. Dalam konteks ini, pembelajaran tentang  Khulafaur Rasyidin, yaitu para sahabat Nabi Muhammad SAW yang memimpin umat Islam setelah wafatnya Nabi, memberikan kesempatan bagi siswa untuk memahami konsep kepemimpinan yang berlandaskan pada keteladanan, integritas, dan keadilan.
Namun, tantangan yang dihadapi guru dalam mengajarkan materi ini sering kali berkaitan dengan rendahnya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran konvensional yang cenderung bersifat satu arah seringkali tidak mampu menanamkan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai keteladanan. Untuk mengatasi masalah ini, model Problem Based Learning (PBL) dipandang sebagai pendekatan yang tepat. PBL menekankan pembelajaran berbasis masalah, di mana siswa secara aktif mencari solusi melalui proses investigasi dan diskusi kelompok. Dengan model ini, siswa diharapkan tidak hanya memahami materi secara kognitif, tetapi juga menginternalisasi nilai-nilai keteladanan yang ada dalam cerita dan sejarah Khulafaur Rasyidin. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana penerapan model PBL dapat meningkatkan sikap keteladanan siswa dalam pembelajaran materi Khulafaur Rasyidin di SDN 149 Cigadung.
LANDASAN TEORI
1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menempatkan siswa sebagai pusat kegiatan belajar, di mana siswa diberikan masalah nyata untuk dipecahkan. Menurut Arends (2008), PBL mengajarkan siswa untuk berpikir kritis dan kreatif, serta melatih kemampuan bekerja dalam tim. Model ini juga memperkaya pembelajaran dengan mengaitkan materi akademik dengan masalah-masalah kehidupan nyata, sehingga siswa lebih tertantang dan termotivasi untuk belajar.
2. Keteladanan dalam Pendidikan Karakter Keteladanan merupakan salah satu elemen penting dalam pendidikan karakter. Dalam Islam, keteladanan ditunjukkan oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya, khususnya empat Khalifah, yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Menurut Goleman (2000), keteladanan dapat dibangun melalui pengalaman belajar yang memungkinkan siswa memahami, menghayati, dan meneladani perilaku yang baik.
3. Khulafaur Rasyidin Khulafaur Rasyidin merupakan empat Khalifah pertama dalam sejarah Islam yang terkenal karena integritas, kebijaksanaan, dan sifat kepemimpinan mereka. Mereka memberikan contoh nyata bagaimana seorang pemimpin harus bertindak dengan adil, bertanggung jawab, dan selalu mendahulukan kepentingan umat. Melalui pembelajaran tentang Khulafaur Rasyidin, siswa dapat memahami pentingnya nilai-nilai keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang terdiri dari empat tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Subjek penelitian adalah siswa kelas VI SDN 149 Cigadung. Proses penelitian dilakukan dalam dua siklus, dengan setiap siklus melibatkan serangkaian kegiatan yang dirancang untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang keteladanan melalui penerapan model PBL.
Langkah-langkah Penelitian:
Perencanaan: Merancang skenario pembelajaran berbasis masalah yang relevan dengan materi Khulafaur Rasyidin. Masalah-masalah yang disajikan terkait dengan situasi yang dihadapi oleh para Khalifah, seperti kepemimpinan, keadilan, dan tanggung jawab.
Pelaksanaan: Melaksanakan skenario pembelajaran, di mana siswa bekerja dalam kelompok untuk mendiskusikan dan memecahkan masalah.
Observasi: Mengamati keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok, serta mencatat peningkatan sikap keteladanan mereka selama pembelajaran.
Refleksi: Mengevaluasi hasil pembelajaran, baik dari segi pemahaman siswa terhadap materi Khulafaur Rasyidin maupun perubahan sikap keteladanan mereka.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Peningkatan Pemahaman Siswa terhadap Materi Khulafaur Rasyidin
Penerapan model PBL pada materi Khulafaur Rasyidin menunjukkan peningkatan pemahaman siswa secara signifikan. Siswa mampu mengidentifikasi sifat-sifat kepemimpinan yang ditunjukkan oleh para Khalifah dan mengaitkannya dengan situasi kehidupan sehari-hari mereka. Misalnya, banyak siswa yang memahami pentingnya kejujuran, keadilan, dan rasa tanggung jawab setelah mempelajari kisah Abu Bakar Ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab.
2. Perubahan Sikap Keteladanan Siswa
Selain pemahaman kognitif, penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada peningkatan sikap keteladanan siswa. Melalui diskusi dan kerja kelompok, siswa belajar bagaimana menerapkan nilai-nilai positif dalam interaksi mereka dengan teman-teman sekelas. Sebagai contoh, beberapa siswa yang sebelumnya kurang aktif dalam kegiatan kelompok mulai menunjukkan rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap teman-temannya.
3. Keterlibatan Siswa dalam Pembelajaran
Penerapan PBL juga berdampak positif pada keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. Model ini mendorong siswa untuk lebih aktif dan kritis dalam menyelesaikan masalah yang disajikan, yang pada akhirnya meningkatkan motivasi belajar mereka.
3. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
Lembar observasi: Digunakan untuk mengukur partisipasi dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
Lembar penilaian sikap: Digunakan untuk menilai perubahan sikap keteladanan siswa berdasarkan indikator-indikator seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kepemimpinan.
Tes pemahaman: Tes tertulis diberikan kepada siswa untuk mengukur pemahaman kognitif mereka terhadap materi Khulafaur Rasyidin.
4. Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dianalisis melalui deskripsi hasil observasi dan refleksi, sementara data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan perhitungan rata-rata dan persentase peningkatan pemahaman serta sikap keteladanan siswa dari siklus pertama ke siklus kedua.
DATA DAN HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pemahaman dan sikap keteladanan siswa setelah penerapan model PBL. Berikut adalah hasil dari masing-masing siklus:
1. Hasil Siklus Pertama
Pada siklus pertama, siswa menunjukkan ketertarikan yang lebih besar terhadap materi pembelajaran dibandingkan dengan metode pembelajaran konvensional. Namun, beberapa siswa masih tampak pasif dalam diskusi kelompok. Pemahaman siswa terhadap sifat-sifat Khulafaur Rasyidin sudah mulai terlihat, terutama dalam hal kejujuran dan tanggung jawab. Namun, penerapan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari masih perlu ditingkatkan.
Rata-rata pemahaman siswa terhadap materi Khulafaur Rasyidin: 70%.
Rata-rata sikap keteladanan siswa: 65%
2. Hasil Siklus Kedua
Pada siklus kedua, keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok meningkat secara signifikan. Mereka lebih aktif mengemukakan pendapat dan lebih kritis dalam mencari solusi. Pemahaman siswa tentang nilai-nilai keteladanan para Khalifah semakin mendalam, terutama dalam hal kepemimpinan dan keadilan. Siswa juga mulai menunjukkan penerapan nilai-nilai ini dalam interaksi mereka dengan teman-teman sekelas.
Rata-rata pemahaman siswa terhadap materi Khulafaur Rasyidin: 85%.
Rata-rata sikap keteladanan siswa: 80%
KESIMPULAN
Penerapan model Problem Based Learning pada materi Khulafaur Rasyidin di SDN 149 Cigadung terbukti efektif dalam meningkatkan sikap keteladanan siswa. Selain meningkatkan pemahaman mereka tentang nilai-nilai kepemimpinan dalam Islam, PBL juga membantu siswa menginternalisasi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya belajar secara kognitif, tetapi juga membangun karakter yang baik sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan karakter yang diharapkan.
 Penerapan PBL Meningkatkan Pemahaman Kognitif Siswa Melalui penerapan model Problem Based Learning (PBL), siswa mampu memahami materi Khulafaur Rasyidin dengan lebih mendalam. Pada siklus pertama, rata-rata pemahaman siswa tentang karakter dan kepemimpinan para Khalifah mencapai 70%, dan meningkat menjadi 85% pada siklus kedua.
 PBL Meningkatkan Sikap Keteladanan Siswa Selain meningkatkan aspek kognitif, penerapan PBL juga terbukti efektif dalam membentuk sikap keteladanan siswa. Nilai-nilai keteladanan yang diajarkan melalui teladan para Khulafaur Rasyidin, seperti kejujuran, tanggung jawab, kepemimpinan, keadilan, dan sikap amanah, dapat diinternalisasi oleh siswa.
PBL Mengembangkan Keterampilan Sosial dan Berpikir Kritis Siswa Selain itu, keterampilan sosial siswa juga berkembang. Dalam kerja kelompok, siswa belajar untuk bekerja sama, saling mendengarkan pendapat orang lain, menghargai perbedaan, dan menyusun strategi bersama. Hal ini membantu siswa dalam membangun kemampuan komunikasi, kolaborasi, dan empati.
Efektivitas PBL dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajara Model PBL terbukti lebih efektif dibandingkan metode konvensional, terutama dalam meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Metode pembelajaran tradisional yang sering kali bersifat satu arah, seperti ceramah, tidak cukup efektif dalam menanamkan nilai-nilai keteladanan. Sebaliknya, PBL menempatkan siswa dalam situasi yang mendorong mereka untuk aktif terlibat dan bertanggung jawab atas proses belajarnya.
IMPLIKASI
 Implikasi bagi Guru Peran Guru sebagai Fasilitator: Guru tidak lagi hanya berperan sebagai pemberi informasi, melainkan sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam mengeksplorasi masalah dan menemukan solusi. Melalui penerapan PBL, guru dituntut untuk mampu merancang skenario pembelajaran yang relevan dengan kehidupan siswa dan mampu menumbuhkan nilai-nilai keteladanan. Hal ini akan meningkatkan keterampilan guru dalam menggunakan pendekatan pembelajaran aktif dan kontekstual.
Implikasi bagi Siswa Pengembangan Sikap Keteladanan: Penerapan PBL pada materi Khulafaur Rasyidin memberikan dampak langsung terhadap pengembangan sikap keteladanan siswa. Siswa tidak hanya belajar secara kognitif, tetapi juga diharapkan mampu menerapkan nilai-nilai keteladanan, seperti kejujuran, tanggung jawab, dan keadilan, dalam kehidupan sehari-hari Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis dan Kreatif: Melalui PBL, siswa dilatih untuk berpikir kritis dan kreatif dalam menyelesaikan masalah yang disajikan oleh guru. Mereka didorong untuk berdiskusi, bertukar pendapat, dan bekerja sama dalam kelompok, yang secara langsung meningkatkan keterampilan sosial dan kognitif mereka.
Implikasi bagi Pengembangan Kurikulum Integrasi Pembelajaran Karakter dan Kognitif: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan pembelajaran yang berbasis masalah sangat cocok untuk mengintegrasikan pendidikan karakter ke dalam pembelajaran mata pelajaran agama. Dengan PBL, materi pelajaran yang sifatnya historis dan teoretis, seperti Khulafaur Rasyidin, dapat diajarkan dengan lebih hidup dan relevan bagi siswa, sehingga lebih mudah dipahami dan diinternalisasi oleh mereka.
 Implikasi bagi Pendidikan Karakter Pembentukan Karakter melalui Pembelajaran Berbasis Masalah: Penelitian ini memperkuat gagasan bahwa pembelajaran berbasis masalah dapat menjadi alat yang efektif dalam pembentukan karakter siswa. Dengan mengaitkan masalah nyata yang dihadapi oleh para Khalifah dengan situasi sehari-hari siswa, PBL mampu menumbuhkan sikap kepemimpinan, keadilan, serta tanggung jawab sosial pada siswa. Ini menjadi landasan penting bagi pengembangan pendidikan karakter di sekolah.
Penguatan Nilai-nilai Keislaman: Materi Khulafaur Rasyidin yang mengandung banyak nilai-nilai keislaman memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dari teladan sejarah Islam. Implikasi penting dari penerapan PBL dalam konteks ini adalah meningkatnya kemampuan siswa untuk menerapkan nilai-nilai Islam secara praktis dalam kehidupan mereka.
 Implikasi bagi Penelitian Lanjutan Penerapan PBL dalam Mata Pelajaran Lain: Hasil positif dari penerapan PBL pada materi Khulafaur Rasyidin membuka peluang bagi penelitian lanjutan tentang penerapan model ini dalam mata pelajaran lain, seperti ilmu pengetahuan sosial, bahasa, dan matematika. Penelitian lebih lanjut dapat mengeksplorasi bagaimana PBL dapat diterapkan dalam berbagai konteks pembelajaran yang berbeda.
Implikasi bagi Sekolah Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Sekolah Dasar: Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa sekolah-sekolah, khususnya pada jenjang dasar, dapat mengadopsi model PBL sebagai pendekatan alternatif dalam berbagai mata pelajaran. Penerapan PBL secara konsisten berpotensi meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas hasil belajar.
UCAPAN TERIMAKASIH
Untuk Dosen Pembimbing
"Terima kasih, Ibu Neneng Windayani, Dr., S.Pd., M.Pd atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan. Dedikasi dan kesabaran Bapak/Ibu telah membantu saya menjadi lebih baik setiap harinya." Dan terimakasih kepada Guru pamong  Ani Maryani, M.Ag.
2. Untuk Keluarga
"Saya sangat bersyukur memiliki keluarga seperti kalian. Terima kasih atas kasih atas support do’a dan dukungan, pengorbanan yang tak pernah putus. Kepada Suami Bambang Haridanto STr.Akun, Anak pertama  Ayfa Tsabita Rahlin Almahyra dan Anak Kedua Saya M. Hisyam Ghazi Al-Kautsar"
4. Untuk Atasan
"Saya sangat berterima kasih atas kesempatan yang ibu Iis Nurunnisa, S.Pd.M.M.Pd berikan dan bimbingan yang saya terima. Ini sangat membantu dalam pengembangan karier saya dan selalu memeberikan keringanan dan memkalumi setiap kegiatan ."
5. Untuk Teman
"Terima kasih untuk teman dan staf SDN 149 Cigadung sudah selalu ada dan mendukungku dan memberikan support serta memaklumi banyaknya kegiataan.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, R. I. (2008). Learning to Teach (9th Edition). McGraw-Hill.
Goleman, D. (2000). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Bantam Books.
Tilaar, H. A. R. (2002). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. PT Remaja Rosdakary
Arends, R. I. (2008). Learning to Teach (9th Edition). McGraw-Hill.
Barrows, H. S., & Tamblyn, R. M. (1980). Problem-Based Learning: An Approach to Medical Education. Springer Publishing Company.
 Goleman, D. (2000). Emotional Intelligence: Why It Can Matter More Than IQ. Bantam Books.
Hmelo-Silver, C. E. (2004). Problem-Based Learning: What and How Do Students Learn? Educational Psychology Review, 16(3), 235–266. https://doi.org/10.1023/B:EDPR.0000034022.16470.f3
Ibrahim, M., & Nur, M. (2004). Pembelajaran Berdasarkan Masalah: PBL. Surabaya: Unesa University Press.
 Kusnandar. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar. Jakarta: Rajawali Press.
Tilaar, H. A. R. (2002). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia: Strategi Reformasi Pendidikan Nasional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
 Suparno, P. (2001). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta: Kanisius.
Tan, O. S. (2003). Problem-Based Learning Innovation: Using Problems to Power Learning in the 21st Century. Thomson Learning.
 Zuhairini, et al. (2008). Fiqih Ibadah dan Muamalah (Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI