Jendela-jendela masih terbuka menyibakkan tirai
Sehembus angin kubiarkan masuk
menyejukkan seorang jiwa yang merasakan gerah, penat, dan kepanasan.
Pagar-pagar menatap sayu diriku,
ketika gerbang-gerbang penuh karat berderit seakan mengucapkan salam.
Dan sekuntum mawar merah di sisi taman mendadak layu,
mematahkan kelopak-kelopak yang enggan menahan duri.
Rumah merah muda dulu berubah kelabu menutupi dinding-dinding menjadi muram.
Enggan ceria.
Sebuah jam tua telah lama mati.
Setelah sekian lama perantauan meninggalkan lembaran-lembaran yang kulihat mulai usang
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!