Teach Against Terrorism sebagai salah satu organisasi nirlaba yang berkerjasama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menjelaskan bahwa AI berpotensi mengalami eksploitasi oleh kelompok teroris atau ekstremis. Teach Against Terrorism juga menyampaikan bagaimana teknologi baru dan AI dapat di eksploitasi; (UNCCT, 2021)
- Melalui media pemijahan, dimana hal tersebut diawali dengan beberapa gambar atau video dan aktor TVE mampu menghasilkan ribuan varian yang dimanipulasi sehingga dapat menghindari mekanisme sinkronisasi hash dan deteksi secara otomatis
- Terjemahan multibahasa secara otomatis, dimana setelah gambar maupun video tersebut dipublikasikan, maka pelaku TVE dengan mudah menerjemahkan propaganda dalam bentuk teks dengan menggunakan berbagai bahasa yang diinginkan sehingga memberi beban pada mekanisme deteksi linguistik yang diproses secara manual
- Propaganda yang sintetik secara keseluruhan, dimana para aktor TVE dapat menghasilkan konten buatan TVE yang mencakup orasi, gambar, maupun lingkungan interaktif sehingga potensi menghambat upaya keberlangsungan moderasi
- Daur ulang varian, yaitu para pelaku TVE menggunakan propaganda lama dengan dukungan AI untuk membuat variasi baru yang diharapkan dapat menghindari mekanisme deteksi konten propaganda asli yang berbasis hash.
- Propaganda yang dipersonalisasikan, menyesuaikan media dan pesan dengan tujuan untuk meningkatkan rekrutan yang ditargetkan pada wilayah tertentu dapat dilakukan melalui penggunaan AI oleh aktor TVE
- Menumbangkan moderasi,dimana para pelaku TVE memanfaatkan alat AI guna merancang varian propaganda yang dibentuk secara khusus untuk mengabaikan teknik moderasi
Selain daripada itu, dilain sisi terdapat Global Internet Forum to Counter Terrorism (GIFCT) yang menjelaskan bagaimana kelompok ekstremis menyalahgunakan AI, seperti; (Red et al., 2023)
- Misinformation and propaganda production. Salah satu stratup yang memiliki produk andalan berupa generator teks menuju suara telah disalahgunakan, dimana pada saat itu Emma Watsor yang merupakan subjek popular dalam video dan gambar deepfake, ditiru ketika membaca risalah Nazi Mein Kampf. Kasus cloning suara semakin meningkat dan hal ini menjadi alat bagi para terorisme dan ekstremis untuk memperkuat propaganda mereka.
- Personalized recruitment methods. Bot dengan dukungan AI dapat digunakan untuk mendapatkan perhatian dari pengikut dan manusia dapat mengambil alih akun tersebut untuk dapat terlibat dalam sebuah percakapan individu. ChatGPT juga dilatih untuk dapat mengobrol dengan manusiawi, namun dapat terjadi kemungkinan bahwa kelompok terorisme atau ekstremis menggunakan LLM untuk meningkatkan kehadiran mereka dalam media sosial serta membangun hubungan dengan individu lainnya. Operasi ini tentunya memerlukan tingkat kecanggihan teknis tertentu.
- Malware and technical abuse. Salah satu aplikasi AI yang banyak digunakan untuk menulis kode adalah LLM. LLM mampu membuat model berbasil langganan yang dilatih secara khusus seperti asisten pengkodean, seperti Copilot Githup dan Codewhisperer Amazon, merupkan opsi ampuh yang bisa diakses siapa saja. Tidak hanya itu, ChatGPT juga mampu menghasilkan malware dengan beberapa dorongan dan beberapa versi intruksi yang berbeda namun juga mereka mengubah kode tersebut berdasarkan permintaan sehinga lebih sulit dideteksi oleh sistem keamanan dan pertahanan cyber. Tentunya dalam halini, LLM juga dapat digunakan untuk mengirimkan email yang berisikan penipuan dan rentan terhadap konten kampanye dari para kelompok eksremis.
Selain daripada itu, terdapat istilah Jailbreak yang merupakan upaya untuk menghilangankan batasan pada perangkat lunak yang sengaja dibuat oleh industri. Jailbreak juga dapat dikatakan sebagai upaya melewati perlindungan etis model AI dan memperoleh informasi terlarang, dimana Jailbreak akan menggunakan perintah kreatif dalam bahasa yang sederhana untuk dapat mengelabui sistem teknologi dan AI agar merilis informasi yang seharusnya diblokir oleh AI. Biasanya pernyataan tersebut berisi perintah terkait bagaimana model harus berprilaku atau tidak dan perintah tersebut menjadi perhatian besar karena potensi penyalahgunaannya oleh kelompok teroris atau ekstremis yang bertujuan untuk memanipulasi model AI yang merugikan seperti penyebaran ideologi yang radikal atau ekstremis dan perencanaan kegiatan terlarang. Terdapat beberapa kegiatan utama yang menjadi perhatian para pelaku terorisme atau ekstremis, yaitu polarisasi atau konten emosional yang dapat digunakan untuk menciptakan perpecahan atau membangkitkan respon emosional, disinformasi dan misinformasi yang digunakan untuk menyebarkan kebohongan atau memanipulasi presepsi masyarakat, rekrutmen yang dapat dimanfaatkan untuk memperluas jumlah anggota dan menggalang dukungan, pembelajaran taktis atau strategi, dan perencanaan serangan yang dapat digunakan untuk menyusun strategi atau mempersiapkan serangan tertentu.
.....................................................
Teknologi dan AI sebagai terorisme gelombang keenam memerlukan lebih banyak penemuan-penemuan baru terkait rentannya teknologi dan AI sebagai penyebab atau korban terorisme agar literatur yang didapat tidak hanya menitikberatkan pada keunggulan teknologi dan AI sebagai alat kontra-terorisme. AI mempunyai potensi besar sebagai alat maupun ancaman dalam konteks terorisme dan ekstrimisme. Pemerintah dan industri AI perlu menyadari pentingnya melakukan pemantauan terhadap AI dengan memasang pagar pembatas pada teknologi dan AI. Selanjutnya, jika gelombang keenam berkaitan dengan teknologi dan AI, penulis juga memikirkan prediksi gelombang terorisme ketujuh yang kemungkinan akan terjadi dan gelombang ini berkaitan dengan lingkungan atau ecological terrorism. Penulis berharap melalui gagasan ini, melahirkan teori baru dalam hal perkembangan gelombang terorisme sehingga menambah informasi guna deteksi terorisme dini.
REFERENSI
Gilroy, G. (2024). The Online Frontline: Decoding al-Shabaab’s Social Media Strategy. CTC Sentinel, 17(1), 25–30. https://ctc.westpoint.edu/the-online-frontline-decoding-al-shabaabs-social-media-strategy/
Rapoport, D. C. (2004). Rapoport-Four-Waves-of-Modern-Terrorism.pdf. In Attacking Terrorism: Elements of a Grand Strategy (pp. 46–73).
Red, G., Working, T., & Engler, M. (2023). Considerations of the Impacts of Generative AI on Online Terrorism and Extremism.
UNCCT, U. &. (2021). Countering Terrorism Online. 1–50. https://www.un.org/counterterrorism/sites/www.un.org.counterterrorism/files/countering-terrorism-online-with-ai-uncct-unicri-report-web.pdf
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI