Mohon tunggu...
Danang Risdiarto
Danang Risdiarto Mohon Tunggu... -

Abdi Negara, Mahasiswa Pascasarjana Kajian Stratejik Ketahanan Nasional Universitas Indonesia. Twitter: @Risdiarto. E-mail: risdiarto@gmail.com. Facebook & Path: Danang Risdiarto

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Bagaimana Membangun Indonesia Unggul?

27 Desember 2016   14:29 Diperbarui: 27 Desember 2016   14:34 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Untuk mewujudkan sebuah Indonesia yang unggul serta melepaskan mentalitas inferior yang selama ini terpatri dalam benak setiap manusia Indonesia, perlu adanya sebuah terobosan dalam berbagai hal. Indonesia tidak akan pernah bisa maju dan unggul seperti yang dicita - citakan para pendiri bangsa tanpa mempunyai sebuah pondasi ekonomi yang kuat. Kita memerlukan perekonomian yang tangguh untuk membiayai pembangunan, pendidikan, kesehatan dan segala macam urusan kesejahteraan kita berbangsa.

Presiden Joko Widodo mencanangkan program revolusi mental sebagai prioritas utama dalam program kerjanya. Hal ini kemudian diterjemahkan dalam wujud Nawa Cita dan keinginan untuk menjadikan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia (Global Maritime Fulcrum). Namun hal ini harus dilanjutkan dengan adanya suatu revolusi industri. Industri yang dimaksud disini adalah industri berbasiskan ekonomi kreatif karya anak bangsa. Ekonomi kreatif bagi bangsa Indonesia harus berlandaskan pada kebudayaan kita sendiri karena akan mengukuhkan identitas kita sebagai sebuah bangsa yang mandiri. 

Menurut John Howkins dalam The Creative Economy : How People Make Money From Ideas, ekonomi kreatif diartikan sebagai segala kegiatan ekonomi yang menjadikan kreativitas (kekayaan intelektual), budaya dan warisan budaya maupun lingkungan sebagai tumpuan masa depan. Ekonomi kreatif termasuk ekonomi gelombang keempat. Alvin Toffler menyebut, ekonomi gelombang pertama bertumpu pada sektor pertanian, ekonomi gelombang kedua pada sektor industri, dan ekonomi gelombang ketiga pada sektor informasi.

Indonesia saat ini sudah masuk ke industri (ekonomi) kreatif berbasis budaya. Di balik kebebasan berekspresi, nilai - nilai pendidikan, religiositas, nasionalisme, serta nilai - nilai budaya bangsa dalam pembangunan harus serius dipehatikan. Ada tanggung jawab moral dan tanggung jawab membangun karakter bangsa. Membangun karakter bangsa diperlukan kebudayaan yang kuat (Abdul Hadi WM, 2008).

Bangsa ini bercita - cita menjadi bangsa religius, humanis, bersatu, demokratis dan berkeadilan sosial dengan mengakui kenyataan antropologis bangsa yang multi etnik, multi budaya dan multi agama.

Tujuan kebudayaan untuk mengangkat martabat bangsa dengan meninggikan kecerdasan, kebajikan, dan kreativitas masyarakat untuk menciptakan masyarakat madani. Kebudayaan berkembang jika ada suasana komunikatif dalam masyarakat, suasana dialog yang bebas, yang hanya mungkin jika ada jaminan hukum dan politik dari negara.

Menumbuhkembangkan ekonomi kreatif tak bisa lepas dari budaya setempat. Budaya harus menjadi basis pengembangannya. Dalam kebudayaan lokal ada yang disebut dengan kearifan local (local genius)yang menjadi nilai-nilai bermakna, antara lain, diterjemahkan ke dalam bentuk fisik berupa produk kreatif daerah setempat. Revrisond Baswir, ekonom Universitas Gadjah Mada mengatakan bahwa ekonomi kreatif tidak bisa dilihat dalam konteks ekonomi saja, tetapi juga dimensi budaya. Ide-ide kreatif yang muncul adalah produk budaya. Karenanya, strategi kebudayaan sangat menentukan arah perkembangan ekonomi kreatif

Setiap daerah/wilayah pada umumnya memiliki potensi produk yang bisa diangkat dan dikembangkan. Keunikan atau kekhasan produk lokal itulah yang mesti menjadi intinya lalu ditambah unsur kreativitas dengan sentuhan teknologi. Silakan saja satu daerah dan daerah lain memiliki produk yang sejenis, namun setiap daerah mesti mempertahankan ciri khasnya.

Dalam hal ini mesti dihindari penyeragaman antardaerah/wilayah. Jika ini dilakukan juga, maka nilai keunikan dan kekhasan akan hilang. Berikan berkembang apa yang ada di daerah setempat, dan inilah yang dipadukan dengan kemampuan manusia yang inovasi-kreatif. Hanya dengan demikian keunggulan komparatif bisa terjaga dan daya saing produk bisa dipertahankan

Industri ekonomi kreatif terbukti memberikan kontribusi yang sangat besar bagi kesejahteraan rakyat. Menurut data Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) menunjukkan bahwa industri kreatif tahun 2015 telah menyumbang Rp 642 triliun atau 7,05 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia. Kontribusi terbesar berasal dari usaha kuliner sebanyak 32,4 persen, mode 27,9 persen, dan kerajinan 14,88 persen. Selain menyumbang PDB nasional, industri kreatif merupakan sektor keempat terbesar dalam penyerapan tenaga kerja dengan kontribusi secara nasional 10,7 persen atau 11,8 juta orang.

Saat ini, kata dia, ada 16 sub sektor yang akan terus berkembang selama 2015 - 2019, yakni seni pertunjukan, seni rupa, televisi dan radio, aplikasi game, arsitektur, desain interior, desain komunikasi visual, periklanan, musik, penerbitan, fotografi, desain produk, fashion, film animasi dan video, kriya, dan kuliner. Dari sub sektor yang ada, sedikitnya ada tiga bidang yang mengalami pertumbuhan cukup signifikan, yakni teknologi informasi sebesar 8,81 persen, periklanan 8,05 persen, dan arsitektur 7,53 persen. Kendati industri kreatif Indonesia diprediksikan akan semakin berkembang, masih ada hambatan yang perlu untuk diperhatikan, yakni minimnya sistem informasi dan database yang bisa membantu para pelaku ekonomi kreatif mengembangkan karyanya.

Karena itu, BEKRAF menjalin kerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), dan enam perguruan tinggi, yakni Universitas Gajah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Indonesia, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Institut Kesenian Jakarta, Institut Seni Indonesia. Kerja sama tersebut, dimaksudkan untuk membantu BEKRAF menjalankan berbagai riset terkait statistik ekonomi kreatif, perbaikan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI), survei dan informasi sub sektor, riset pasar dan produk, ramalan tren yang berkembang, dan lainnya. Tonggak kegiatan dan implementasi BEKRAF pada 2016 - 2019 adalah perbaikan iklim ekonomi kreatif, peningkatan sumberdaya dan investasi, peningkatan bisnis kreatif dan lapangan kerja, serta pemantapan citra industri kreatif Indonesia.

Akhirnya, kita menaruh harapan semoga ekonomi kreatif melalui industri-industri kreatif bisa berkembang dengan baik di negeri ini. Jika ini berkembang, maka tak hanya produk domestik bruto (PDB) yang meningkat, lapangan kerja juga kian terbuka sehingga pengangguran dan kemiskinan dapat diatasi secara bertahap.

Kini dihadapan kita tinggal dicanangkan mimpi besar bersama. Ke sanalah totalitas hubungan dan energi seluruh bangsa harus menuju. Jika generasi Bung Karno meletakkan "kemerdekaan" sebagai mimpi bersama, generasi muda yang berani dan cerdas saat ini bisa meletakkan mimpi apa saja sebagai maskot. Jika generasi baru China dan India mengukir mimpi bahwa pada tahun 2020 mereka masing - masing akan menguasai pasar produk hardware dan softwaredunia, kita bisa mengatakan "kami akan menguasai industri Maritim dunia." (Sukardi Rinakit, 2009)

Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, mimpi bersama itu bukan mustahil. Pergeseran orientasi pembangunan dari kalkulasi kontinental ke maritim diyakini akan menjadi katalisator terwujudnya mimpi besar itu, mengutip Francis Fukuyama (2004), tujuannya adalah penguatan negara dengan kehidupan rakyat yang sejahtera.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun