Seperti di dunia nyata, seseorang yang punya level yang lebih tinggi maka bisa mengatur orang dengan level dibawahnya. Hal ini harus dibuat kebijakan agar tindak kekerasan seksual tidak serta merta terjadi di dunia metaverse. Ingat, kekerasan seksual dapat memberikan traumatik yang berkepanjangan bagi korbannya.
5. Gangguan kesehatan dan mental
Sudah ditulis, bahwa metaverse itu fana. Di metaverse bisa saja kamu mendapatkan banyak teman, menjadi terkenal, dan mewujudkan apa yang kamu mau. Namun 1 hal, pada saat kembali ke dunia nyata maka kamu akan kesepian.Â
Kesepian karena sendirian itu dapat menyebabkan ketergantungan pada dunia metaverse. Dunia metaverse menyebabkan aktifitas menjadi pasif. Hal ini dapat memicu obesitas, diabetes, hingga insomnia. Adapula kemungkinan kerusakan sel saraf otak jika terus menerus bermain di metaverse. Walaupun ini harus dikaji lebih dalam.
Hadirnya metaverse, tidak bisa dielakkan. Mau menolak pun, ketika semua orang sudah menggunakannya, maka kita juga harus menerima metaverse. Terpenting adalah bijak dalam menggunakan metaverse dan tidak melupakan aktivitas dunia nyata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H