Kalau boleh dibilang, sesuatu yang diceritakan di film merupakan impian manusia. Sword Art Online (SAO) merupakan judul novel yang telah di animasikan tahun 2012.Â
SAO bercerita tentang seorang Kirito bersama banyak orang lainnya terjebak dalam dunia metaverse yang diciptakan manusia. Kirito tidak bisa log out dan harus menyelesaikan misi hingga level 100 agar bisa bebas. Kirito harus berperang melawan pemain lainnya, jika dia mati di SAO maka berakhir jugalah hidupnya di dunia sebenarnya.
Di ceritanya, SAO merupakan dunia metaverse itu sendiri yang rilis tahun 2022. Di tempat itu, suatu avatar dapat bersosialisasi dengan avatar lainnya, dapat melakukan transaksi jual beli, dapat mengadakan turnamen, dll.Â
Cara untuk masuk ke dunia SAO adalah dengan menggunakan Nerve gear, yaitu sejenis helm yang dapat merangsang panca indra pengguna dengan menggunakan otak pemain. Pemain dapat merasakan dan mengontrol game melalui pikiran sendiri.
SAO pun bukan satu-satunya dunia metaverse dalam cerita tersebut. Ada pula Alfheim Online (ALO) yang berkonsep dunia peri, Gun game online (GGO) berkonsep dunia peperangan dengan pistol. Hal ini ingin diwujudkan oleh manusia saat ini.Â
Proyek metaverse sedang dikembangkan oleh Facebook, Microsoft, Roblox, dll. Mereka mengembangkan konsep dunia metaversenya sendiri, dengan lingkungannya sendiri, dan mata uangnya sendiri. Betapa mahalnya pengembangan dunia metaverse, namun jika berhasil maka keuntungan yang didapat akan menjadi lebih besar.
Apa tujuan proyek ini? Tujuan utama sudah pasti uang (yang ini tidak perlu dibahas). Tujuan kedua menghubungkan orang diseluruh dunia untuk saling berinteraksi tanpa batas. Saya yang tinggal di Indonesia, bisa mengunjungi negara barat hanya dengan masuk ke dunia metaverse.
Tujuan ketiga menciptakan dunia yang ideal. Misalnya seseorang yang dengan berat badan berlebih dapat membuat avatar yang tinggi, berotot, dan tampan. Tanpa bersusah payah berolahraga. Dunia tersebut sebenarnya fana, namun manusia tetap mencoba menciptakan dunia idealnya.
Secanggihnya teknologi, pasti ada kelemahan. Seperti software virus komputer yang tidak pernah selesai masalahnya walaupun computer sudah ada dari beberapa tahun lalu. Adapun bahaya metaverse jika dilihat dari perspektif SAO yaitu:
1. Terjebak dalam dunia metaverse
Kirito tidak dapat log out / kembali ke dunia nyata setelah masuk ke metaverse SAO. Hal ini ada kemungkinan terjadi. Manusia harus bertahan hidup di dunia metaverse sampai dia berhasil menuntaskan misi dan kembali ke dunia nyata.Â
Tapi ada yang lebih dikhawatirkan daripada itu. Bagaimana jika ada seseorang yang nyaman dengan dunia metaverse dan tidak mau kembali ke dunia nyata. Sehingga keseimbangan dunia nyatanya terganggu? Itu yang lebih mengkhawatirkan.Â
Bagaimana mungkin manusia melupakan hal yang penting bagi dirinya dan memilih pergi ke dunia fana tersebut? Dampak terparah dengan kecanduan metaverse adalah menurunnya kesehatan yang menyebabkan kematian.
2. Penyerangan di dunia asli
Manusia yang kecanduan metaverse, pasti memiliki waktu-waktu tertentu untuk bermain di dunia metaverse. Para penjahat bisa saja mengakses informasi data pemain termasuk alamat rumah.Â
Jadi ketika seseorang sedang bermain di metaverse, bisa saja ada penjahat yang masuk kerumahmu tanpa kamu sadari. Di SAO sendiri hal ini diceritakan, ketika penjahat masuk kedalam rumah di dunia nyata yang bermaksud untuk membunuh orang yang sedang bermain di metaverse.
3. Serangan Hacker
Hacker adalah orang yang mengambil data orang lain untuk kegiatan yang tidak baik. Sebagai contoh, kamu adalah seorang pedagang baju (skin) avatar di metaverse.Â
Ketika bisnismu sedang menanjak, tetapi akunmu dibajak (hack) oleh orang lain. Sehingga uang hasil jualanmu diambil orang lain. Inilah salah satu yang masih dikhawatirkan.
4. Kekerasan Seksual
SAO pun pernah menyinggung hal ini. Ketika seseorang yang levelnya lebih tinggi (lebih kuat) berusaha melakukan hal yang tidak terpuji kepada seorang wanita.Â
Seperti di dunia nyata, seseorang yang punya level yang lebih tinggi maka bisa mengatur orang dengan level dibawahnya. Hal ini harus dibuat kebijakan agar tindak kekerasan seksual tidak serta merta terjadi di dunia metaverse. Ingat, kekerasan seksual dapat memberikan traumatik yang berkepanjangan bagi korbannya.
5. Gangguan kesehatan dan mental
Sudah ditulis, bahwa metaverse itu fana. Di metaverse bisa saja kamu mendapatkan banyak teman, menjadi terkenal, dan mewujudkan apa yang kamu mau. Namun 1 hal, pada saat kembali ke dunia nyata maka kamu akan kesepian.Â
Kesepian karena sendirian itu dapat menyebabkan ketergantungan pada dunia metaverse. Dunia metaverse menyebabkan aktifitas menjadi pasif. Hal ini dapat memicu obesitas, diabetes, hingga insomnia. Adapula kemungkinan kerusakan sel saraf otak jika terus menerus bermain di metaverse. Walaupun ini harus dikaji lebih dalam.
Hadirnya metaverse, tidak bisa dielakkan. Mau menolak pun, ketika semua orang sudah menggunakannya, maka kita juga harus menerima metaverse. Terpenting adalah bijak dalam menggunakan metaverse dan tidak melupakan aktivitas dunia nyata.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI