anak menunjukkan balas dendam, seperti : "aku akan membalasnya dengan Tindakan yang sama, meskipun hal itu akan menyakitiku juga"
4. Retreat
anak terlihat mundur/mengasingkan diri
Orang tua seyogyanya melihat perilaku anak, tidak hanya dari "luar" atau apa yang ditampilkan. Tapi sebaiknya melihat "belief" apa yang anak yakini sehingga ia menunjukkan perilaku tertentu yang orang tua nilai tidak sesuai. Tidak apa-apa jika orang tua tidak bisa menjadi teman anak (karena secara hirarki, orang tua kedudukan lebih tinggi), tapi orang tua bisa mencoba untuk menjadi shelter yang aman untuk anak. Aman untuk meluapkan emosinya, aman untuk meluapkan pemikiran-pemikirannya.Â
Beberapa tips untuk menjalin komunikasi dengan remaja :
1. Cobalah membangun koneksi, sebelum mengoreksi anak.
2. Berempati dan bayangkan kita berada di posisi remaja(orang tua boleh deep breathing dulu, mengingat kembali bahwa orang tua sangat menyayangi anak, gunakan suara perlahan).
3. Belajar menjadi pendengar yang aktif (dengarkan  dulu cerita, jauhkan dari gadget, hindari untuk langsung memberikan solusi, asah pengelolaan emosi anak dan kembangkan critical thinking anak).
4. Pastikan pesan cinta orang tua tersampaikan ke anak (fokus bangun koneksi, tidak serta merta langsung memberi hukuman, ciptakan lingkungan yang aman)
Memang suatu tantangan bagi orang tua untuk membersamai anak-anak remaja. Tapi dengan koneksi dan komunikasi yang terjalin dengan baik, semoga orang tua bisa selalu menjadi shelter yang aman buat anak-anak. aamiin.
Semangat mama papa semua