Mohon tunggu...
Risa Suryanti
Risa Suryanti Mohon Tunggu... Psikolog - Clinical Child Psychologist

konseling anak dan remaja

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berteman dengan Narsistik? Mari Kita Bikin Asik (Part 2)

20 September 2024   14:08 Diperbarui: 20 September 2024   14:13 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Apakah narsis selalu buruk?

Kita perlu telaah lebih dalam. Dalam keberlangsungan suatu organisasi, tentunya pemimpin yang menunjukkan karakteristik narsis sering kali diperlukan. Dengan karakter tersebut, seorang pemimpin lebih mudah untuk komunikasi, menjalin relasi yang lebih luas, bernegosiasi, dan tentunya mumpuni dalam branding perusahaan. Pemimpin akan menampilkan usaha terbaiknya demi berkembangnya perusahaan/organisasinya. Karakter narsis yang dimaksud seperti pembawaan yang penuh percaya diri, mampu mendominasi pembicaraan, dan mengendepankan kepentingan perusahaan/organisasi. Narsis seperti ini boleh kita sebut sebagai narsis yang sehat/ tidak sampai gangguan.

Narsis yang sehat ditandai dengan adanya kepedulian sosial dan empati interpersonal. Seseorang mampu fleksibel, mampu untuk merasakan dan memahami perasaan orang lain. Adanya minat yang tulus terhadap gagasan dan perasaan orang lain. Cenderung terbuka untuk berkomunikasi dan diskusi, bukan menggiring orang lain agar mengikuti point of view orang tersebut. Selain itu, narsis yang sehat mempunyai kesadaran untuk evaluasi diri. Mereka menyadari adanya peran dirinya (sebagai pemimpin) ketika terjadi suatu masalah.

Pemimpin dengan narsis yang "sehat" bergerak dengan tulus dan penuh keyakinan untuk mencapai tujuan perusahaan/organisasi. Memajukan dan mengenalkan ke khalayak luas, sesuai visi misi perusahaan/organisasi. Hal ini beda dengan gangguan narsistik (NPD) mereka bergerak dengan tujuan utama adalah untuk kepentingan dirinya sendiri. Seperti mendapatkan jabatan tertinggi, sebagai upaya untuk dekat dengan pemangku jabatan, dst. Tapi mereka pandai mengemas tujuan mereka seolah-olah untuk kebaikan perusahaan/organisasi.

Narsis seperti apa yang perlu waspadai? Perilaku apa saja yang merupakan tanda-tanda NPD?

Terdapat 4 area yang bisa kita amati

1. Kognitif

  • Fokus pada kesan dari fakta dan isu, memutar balikkan fakta untuk mempertahankan ilusi tentang diri mereka, tidak fleksibel, mementingkan diri secara berlebihan,berhak mendapatkan lebih baik atau lebih banyak.

2. Afektif

  • Sikap acuh tak acuh, marah jika dikritik, iri hari, tidak mampu berempati (hubungan dangkal, ikatan emotional/komitmen sangat minim)

3. Perilaku

  • Percaya diri, angkuh, sombong, arogan, egois, mendominasi pembicaraan, mencari kekaguman, cara berpakaian rapi, beda dengan lainnya, tidak peka atau hipersensitif

4. Interpersonal

  • Eksploitatif, menyenangkan, menawan, tidak mampu berempati sosial, meremehkan, menolak untuk bertanggung jawab (menyalahkan orang lain).

Bagimana cara NPD mulai bergerak dan menjalin "relasinya"?

Perlu kita ingat, bahwa orang dengan NPD biasanya menjalin relasi bukan untuk hubungan yang intim (seperti berteman dekat, melibatkan rasa tulus menjalin relasi, hubungan timbal balik). Mereka menjalin relasi seperti transaksi, melihat untung rugi dari relasi yang ia bina. NPD sering kali melakukan Tindakan manipulatif dalam menjalin relasi. Bentuk manipulasi mereka sangat "halus" sehingga sulit untuk dikenali. NPD berusaha menciptakan kesan pertama yang kuat dan menarik perhatian. Mereka membangun citra diri yang menarik, dan menciptakan pesona kharismatik. NPD akan memilih teman yang mengutungkan (seperti status sosial tinggi, koneksi luas, punya jabatan, dst) dan mengeksploitasi untuk mencapai tujuan mereka. Inidividu yang berinteraksi secara intens dan menjadi "korban" biasanya karena mereka mengikuti pola berulang dari orang dengan NPD.

Tahapan NPD dalam menjalin relasi

1. Idealization

  • Pada tahapan ini, NPD membangun relasi dengan "korban" mereka. NPD melakukan pendekatan dengan pujian secara berlebihan (seperti love bombing dsb), menunjukkan betapa berharganya orang lain, hebatnya orang lain bagi hidup si NPD. Ia berusaha mengensankan hubungan yang ideal, sehingga "korban" akan terus menerus mengikuti pola NPD.

2. Devaluation

  • Tahapan ini, NPD mulai merendahkan "korban" mereka. Dimulai dari hal kecil, sederhana, dari waktu ke waktu. NPD menunjukkan passive aggressive, kritik, menghina, dan tidak mengambil tanggung jawab atas perilaku mereka. Hal ini dilakukan oleh NPD, agar si "korban" merasa rendah, dan merasa bersalah atas problem yang terjadi. Kemudian si "korban" mengikuti kehendak dari NPD.

3. Repetition

  • Setelah atau selama fase devaluation, NPD berusaha kembali ke idealization untuk melindungi diri mereka. NPD Kembali melancarkan berbagai pujian (seperti love bombing dsb) agar "korban" tetap memusatkan perhatian pada NPD.

4. Discard

  • Pada tahapan ini, ada dua tipe. Yang pertama, NPD tiba-tiba mengakhiri relasi dengan "korban" tanpa ada alasan yang jelas atau sedikit penjelasan.

5. Hoovering

  • Tahapan ini merupakan tipe kedua dari  tahap discard. Tahapan ini biasanya terjadi Ketika "korban" memutuskan untuk selesai relasinya dengan NPD, si NPD berupaya dengan berbagai cara agar "korban" kembali. Tapi apabila tidak berhasil, mereka akan ke tahapan discard.

Apa tanda kita telah menjadi "korban" NPD ?

Berinteraksi dengan NPD bisa memperuhi berbagai aspek kehidupan dari si "korban". Tingkat keparahan tentunya tergantung dari berapa lama "korban" berinteraksi dengan NPD, tingkat keparahan NPD, dan sifat relasi yang terjalin. Berikut beberapa tanda seseorang menjadi "korban" NPD, antara lain :

1. Perasaan terisolasi

  • "Korban" mungkin merasa terisolasi setelah NPD memutus hubungan "korban" dengan lingkungan sosialnya. "Korban" merasa bahwa orang lain tidak bisa memahami pengalamannya. Perasaan terisolasi, kesepian akan semakin menguat apabila NPD juga merusak reputasi "korban" di lingkungannya.

2. Keraguan dalam diri dan perasaan bersalah

  • NPD sering berhasil mengubah mindset "korban" hingga si "korban" mempertanyakan validitas emosi yang mereka rasakan. Kondisi ini ditampilkan karena berbagai gaslighting dan berbagai teknik manipulasi dari NPD. Keraguan diri yang terus menerus dirasakan ini membuat si "korban" sulit untuk keluar dari lingkaran NPD.

3. Gejala fisik

  • Gejala fisik seperti sakit kepala, nyeri di badan, tekanan darah tinggi, perubahan nafsu makan, mual, rasa gelisah, insomnia dan masalah pencernaan merupakan gejala yang sering kali muncul. Ini merupakan kondisi alami dari tubuh apabila seseorang mengalami stress atau trauma

4. Kesulitan membuat Keputusan

  • NPD berusaha mengendalikan "korban" dengan merendahkan, mengkritik pilihan dan perilaku "korban". NPD juga meremehkan, mengecilkan pencapaian, pikiran , dan perasaan korban sehingga merusak kemampuan korban untuk membuat penilaian objektif dan mengambil keputusan yang bijak.

5. Perilaku merusak diri sendiri

  • Perilaku ini biasanya tampak pada "korban" yang merupakan bagian dari keluarga NPD. "korban" akan mengadopsi kebiasaan yang tidak "sehat" untuk berinteraksi  

6. Kehilangan identitas diri

  • Berinteraksi dengan NPD akan membuat "korban" kehilangan jati diri karena mereka hadir untuk memenuhi semua keinginan NPD.

7. Ketidakmampuan menetapkan batasan

  • Rata-rata "korban" sulit untuk menetapkan dan mempertahankan batasan. "Korban" akan cenderung tunduk dibawah tekanan NPD.

8. Kecemasan dan depresi

  • NPD membuat "korban" merasa sangat waspada. Ditambah dengan kritikan dan dirusaknya citra diri "korban" membuat "korban" merasa tertekan, putus asa, dan sedih yang berkepanjangan.

9. Respon freeze, flight, fight dan fawn

  • Psikoterapis Pete Walker mengidentifikasi ada 4 respon terhadap pengalaman traumatis. Fawn merupakan sebuah usaha menyenangkan orang lain untuk mengurangi ancaman bahaya. Reaksi ini umum ditunjukkan oleh "korban" NPD atau anak-anak yang tumbuh di lingkungan yang abusive.

10. Gelisah

  • Manipulasi emosi dan psikologis merupakan ciri dari relasi NPD. Sering kali "korban" menunjukkan kegelisahan, gugup, kewaspadaan yang berlebihan serta adanya gejala PTSD.

11. Disosiasi

  • Disosiasi merupakan perubahan kesadaran secara tiba-tiba yang menyugesti ingatan dan identitas. "Korban" yang mengalami disosiasi tidak dapat mengingat berbagai pengalaman pribadinya, selama beberapa saat lupa akan identitasnya atau bahkan membentuk identitas baru

12. Trauma bonding

  • "Korban" yang sudah terlalu tergantung dengan NPD terutama untuk mendapatkan validasi dan perhatian akan lebih menantang untuk mengakhiri relasi dengan NPD.

13. Masalah kepercayaan

  • Masalah kepercayaan ini umum terjadi pada "korban" NPD yang terus menerus dimanipulasi, dibohongi. Sehingga "korban" ini cenderung krisis kepercayaan dengan orang lain. Termasuk meragukan niat tulus orang lain. Si "korban" terus menerus mencari ketidakjujuran orang lain.

14. Perilaku menyakiti diri sendiri

  • Pola pikir menyakiti diri sendiri mungkin berasal dari keinginan mereka mengakhiri rasa sakit emosional dan gejala yang berlangsung lama.

15. Self gaslighting

  • "Korban" menunjukkan adanya penyangkalan terhadap realitas diri sendiri. Mereka menunjukkan adanya ketidakpercayaan terhadap diri mereka sendiri, dan berkata bahwa pengalaman yang mereka alami "tidak seburuk itu". Merasa bahwa mereka terlalu "melebih-lebihkan" pengalaman mereka.

16. Mengorbankan kebutuhan diri sendiri

  • Menjadi "korban" NPD membuat seseorang menjadi tidak mampu mengindentifikasi, memvalidasi, dan memenuhi kebutuhan mereka sendiri. Mereka cenderung menyenangkan dan memenuhi kebutuhan NPD untuk mencegah adanya bahaya atau kerugian di masa yang akan dating.

Ternyata cukup kompleks ya NPD ini. Pahami, amati, hayati dan lindungi lingkungan sekitar kita apabila menunjukkan tanda-tanda menjadi "korban" NPD ya.

Untuk tips berhadap dengan NPD, boleh buka artikel Berteman dengan Narsistik? Mari Kita Bikin Asik

Semoga artikel ini bisa menambah wawasan kita.

Aamiin

Daftar Pustaka

Kaytee Gillis, L.-B. (2024, Agustus 2). Choosing Therapy. Retrieved from https://www.choosingtherapy.com/narcissistic-abuse-syndrome/

Ni Made Ratna Paramita, M. P. (2024). The Psychology of Narcisstic Personality Disorder. Webinar IPK Indonesia Wilayah Jawa Tengah Narcisstic Personality Disorder : A Collaborative Perspective. Semarang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun