Mohon tunggu...
Risa Suryanti
Risa Suryanti Mohon Tunggu... Psikolog - Clinical Child Psychologist

konseling anak dan remaja

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Berteman dengan Narsistik? Mari Kita Bikin Asik (Part 2)

20 September 2024   14:08 Diperbarui: 20 September 2024   14:13 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perlu kita ingat, bahwa orang dengan NPD biasanya menjalin relasi bukan untuk hubungan yang intim (seperti berteman dekat, melibatkan rasa tulus menjalin relasi, hubungan timbal balik). Mereka menjalin relasi seperti transaksi, melihat untung rugi dari relasi yang ia bina. NPD sering kali melakukan Tindakan manipulatif dalam menjalin relasi. Bentuk manipulasi mereka sangat "halus" sehingga sulit untuk dikenali. NPD berusaha menciptakan kesan pertama yang kuat dan menarik perhatian. Mereka membangun citra diri yang menarik, dan menciptakan pesona kharismatik. NPD akan memilih teman yang mengutungkan (seperti status sosial tinggi, koneksi luas, punya jabatan, dst) dan mengeksploitasi untuk mencapai tujuan mereka. Inidividu yang berinteraksi secara intens dan menjadi "korban" biasanya karena mereka mengikuti pola berulang dari orang dengan NPD.

Tahapan NPD dalam menjalin relasi

1. Idealization

  • Pada tahapan ini, NPD membangun relasi dengan "korban" mereka. NPD melakukan pendekatan dengan pujian secara berlebihan (seperti love bombing dsb), menunjukkan betapa berharganya orang lain, hebatnya orang lain bagi hidup si NPD. Ia berusaha mengensankan hubungan yang ideal, sehingga "korban" akan terus menerus mengikuti pola NPD.

2. Devaluation

  • Tahapan ini, NPD mulai merendahkan "korban" mereka. Dimulai dari hal kecil, sederhana, dari waktu ke waktu. NPD menunjukkan passive aggressive, kritik, menghina, dan tidak mengambil tanggung jawab atas perilaku mereka. Hal ini dilakukan oleh NPD, agar si "korban" merasa rendah, dan merasa bersalah atas problem yang terjadi. Kemudian si "korban" mengikuti kehendak dari NPD.

3. Repetition

  • Setelah atau selama fase devaluation, NPD berusaha kembali ke idealization untuk melindungi diri mereka. NPD Kembali melancarkan berbagai pujian (seperti love bombing dsb) agar "korban" tetap memusatkan perhatian pada NPD.

4. Discard

  • Pada tahapan ini, ada dua tipe. Yang pertama, NPD tiba-tiba mengakhiri relasi dengan "korban" tanpa ada alasan yang jelas atau sedikit penjelasan.

5. Hoovering

  • Tahapan ini merupakan tipe kedua dari  tahap discard. Tahapan ini biasanya terjadi Ketika "korban" memutuskan untuk selesai relasinya dengan NPD, si NPD berupaya dengan berbagai cara agar "korban" kembali. Tapi apabila tidak berhasil, mereka akan ke tahapan discard.

Apa tanda kita telah menjadi "korban" NPD ?

Berinteraksi dengan NPD bisa memperuhi berbagai aspek kehidupan dari si "korban". Tingkat keparahan tentunya tergantung dari berapa lama "korban" berinteraksi dengan NPD, tingkat keparahan NPD, dan sifat relasi yang terjalin. Berikut beberapa tanda seseorang menjadi "korban" NPD, antara lain :

1. Perasaan terisolasi

  • "Korban" mungkin merasa terisolasi setelah NPD memutus hubungan "korban" dengan lingkungan sosialnya. "Korban" merasa bahwa orang lain tidak bisa memahami pengalamannya. Perasaan terisolasi, kesepian akan semakin menguat apabila NPD juga merusak reputasi "korban" di lingkungannya.

2. Keraguan dalam diri dan perasaan bersalah

  • NPD sering berhasil mengubah mindset "korban" hingga si "korban" mempertanyakan validitas emosi yang mereka rasakan. Kondisi ini ditampilkan karena berbagai gaslighting dan berbagai teknik manipulasi dari NPD. Keraguan diri yang terus menerus dirasakan ini membuat si "korban" sulit untuk keluar dari lingkaran NPD.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun