4. Batasi/kurangi akses game/tv/hp
5. Kembangkan komunikasi efektif, pahami tumbuh kembang anak dan fasilitasi kebutuhannya (kebutuhan rasa aman, dihargai, diterima, dan dianggap penting).
School refusal disampaikan oleh berbagai ahli bukan merupakan gangguan perkembangan namun bagian dari permasalahan emosi. Rata-rata anak school refusal mengalami cemas atau perasaan tidak nyaman lainnya dan belum mampu secara optimal mengelolanya.
Orang tua dapat mulai mengajarkan anak cara mengelola emosinya. Karena setiap anak mempunyai hak untuk mengekspresikan emosinya. Dengan catatan, ekspresi emosi ditampilkan dengan cara yang baik yaitu tidak menyakiti diri sendiri, tidak menyakiti orang lain, dan tidak merusak lingkungan/fasilitas di lingkungan.
Terkait dengan ketidaknyamanan yang dirasakan anak :
1. Memahamkan kepada anak bahwa apa yang ia takutkan belum terjadi atau hal yang tidak benar.
2. Mengajarkan anak untuk mengenali gejala fisik ketika anak merasa takut serta melatih anak untuk mampu mengelola kecemasannya.
3. Mengajarkan anak sering melakukan relaksasi (deep breathing, butterfly hug), atau metode lain yang bisa digunakan untuk ketidaknyamanan yang dirasakan.
4. Menggunakan media dalam membantu anak mengelola emosi
Media ini dibuat dengan tujuan Ananda mengetahui bahwa rasa cemas, takut adalah perasaan yang wajar, dan boleh untuk dirasakan. Meski demikian, rasa cemas/takut tersebut perlu dikelola agar tidak berkembang dan mengganggu Ananda. Dengan berdiskusi dalam pembuatan "Wheel of Choice", harapannya Ananda mengetahui berbagai alternative kegiatan yang bisa ia lakukan untuk mengurasi rasa cemas/takutnya.