Mohon tunggu...
Risa Suryanti
Risa Suryanti Mohon Tunggu... Psikolog - Clinical Child Psychologist

konseling anak dan remaja

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Anak Belum Bisa Membaca? Apakah Mengalami Disleksia?

10 Januari 2023   16:55 Diperbarui: 11 Januari 2023   05:08 216
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Disleksia merupakan istilah alternatif yang mengacu pada pola kesulitan belajar dengan karakteristik adanya permasalahan dalam mengenali kata secara jelas maupun akurat, buruknya kemampuan decoding  dan kemampuan mengeja.

Berdasarkan PPDGJ – III, penegakan diagnosis gangguan membaca khas (disleksia) adalah sebagai berikut :

  • Kemampuan membaca anak harus secara bermakna lebih rendah tingkatnya daripada kemampuan yang diharapkan berdasarkan pada usianya, inteligensia umum, dan tingkat sekolahnya.
  • Gangguan perkembangan membaca khas biasanya didahului oleh riwayat gangguan perkembangan bicara atau berbahasa.
  • Hakikat yang tepat dari masalah membaca tergantung pada taraf yang diharapkan dari kemampuan membaca, berbahasa, dan tulisan. Namun pada tahap awal dari belajar membaca tulisan abjad, dapat terjadi kesulitan mengucapkan huruf abjad, menyebutkan nama yang benar dari tulisan, memberi irama sederhana dari kata-kata yang diucapkan, dan dalam menganalisis atau mengelompokkan bunyi-bunyi (meskipun ketajaman pendengaran normal).

Kesalahan dalam kemampuan membaca lisan, seperti ditunjukkan berikut ini :

  • Ada kata-kata atau bagian-bagiannya yang mengalami penghilangan, penggantian, penyimpangan, atau penambahan.
  • Kecepatan membaca yang lambat.
  • Salah memulai, keraguan yang lama, atau kehilangan bagian dari teks dan tidak tepat dalam menyusun kalimat.
  • Susunan kata-kata yang terbalik, atau huruf-huruf yang terbalik dalam kata-kata.

Dari uraian PPDGJ- III tersebut menjelaskan bahwa diagnosa disleksia bisa ditegakkan apabila anak-anak menunjukkan kemampuan membaca yang lebih rendah dibandingkan kemampuan yang diharapkan berdasarkan pada usianya. Penegakan diagnosa disleksia tidak hanya berpatok pada tuntutan lingkungan (sekolah, teman sebaya) tapi beradasarkan tahapan perkembangannya.

 

Sebagai orang tua sudah sewajarkan menjadi “detektif” untuk melihat perkembangan anak-anaknya. Apabila anak kurang menunjukkan minat membaca, menghindar dalam menyelesaikan tugas yang kaitannya dengan membaca, terbalik-balik dalam mengenali huruf, terbata-bata saat membaca seyogyanya orang tua melakukan observasi dan interview lebih mendalam pada anak.

Bagaimana dengan anak-anak usia 4-6 tahun?

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, dijabarkan mengenai pencapaian perkembangan anak dari berbagai aspek. Salah satu aspek yang dibahas yaitu perkembangan keaksaraan. Berikut perkembangan keaksaraan anak berdasarkan usia :

Perkembangan keaksaraan anak usia 4-5 tahun:

1. Mengenal simbol-simbol

2. Mengenal suara–suara hewan/benda yang ada di sekitarnya

3. Membuat coretan yang bermakna

4. Meniru (menuliskan dan mengucapkan) huruf A-Z

Perkembangan keaksaraan anak usia 5-6 tahun:

1. Menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal

2. Mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya

3. Menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi/huruf awal yang sama.

4. Memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf

5. Membaca nama sendiri

6. Menuliskan nama sendiri

7. Memahami arti kata dalam cerita

Berdasarkan perkembangan keaksaraan yang telah dijelaskan dalam Permendikbud No. 137 Tahun 2014 maka anak usia 4-6 belum ada tuntutan yang spesifik terkait dengan kemampuan membaca. Mereka sudah mulai paham simbol (mengenal bentuk huruf), mengenali phonic (bunyi huruf) dan belum terlampau banyak tuntutan akademik. Oleh karena itu, apabila anak usia 4-6 tahun kurang menunjukkan minat membaca, menghindar dalam menyelesaikan tugas yang kaitannya dengan membaca, terbalik-balik dalam mengenali huruf, terbata-bata saat membaca maka orang tua tidak dapat self diagnose dengan mengatakan anaknya Disleksia.

Apabila mendapati anak-anak sudah menginjak kelas 1 SD atau usia lebih dari 6 tahun dan menunjukkan gejala-gejala disleksia, maka orang tua dapat berkonsultasi dengan profesional seperti dokter anak atau psikolog anak.

Semoga bermanfaat.

Sumber :

Maslim, Rusdi. (2013). Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III dan DSM-V. Cetakan 2 – Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Unika Atma Jaya. Jakarta: PT Nuh Jaya.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun