Makanya, kalau jumlah orang yang mesti dibereskan perilakunya terlalu banyak untuk diatur, maka yang mestinya dikedepankan lebih dahulu adalah E ketiga atau Education.
Bagaimana dengan Engineering? Mungkin membuat setiap angkot ada detektor asap yang bisa mematikan mesin dengan sendirinya?
Wow, pasti mahal sekali itu. Dan orang kita mah pintar mengoprek-oprek sehingga mudah di-disfungsikan.
Balik ke pilihan yang mungkin, edukasi.
Pengambil kebijakan mestinya mengalokasikan waktu dan sumber daya yang cukup untuk edukasi, baik edukasi yang menyasar pada perorangan (pengetahuan, persepsi, sikap, dan lain-lain) maupuan kelompok masyarakat (pengembangan kesepakatan, norma dan aksi bersama).
Setelah ada proporsi yang mesti diatur perilakunya mengecil dan norma terbangun, sehingga mereka yang melanggar bisa dibilang sebagai devian, maka silahkan terapkan enforcement. Pengawasan lebih mudah. Bukan karena jumlah pengawasnya ditambah tapi karena warga lain juga ikut mengawasi.
Tidak seperti sekarang yang orang cuek-cuek saja. Termasuk di kabin angkot yang sedang terpapar asap rokok. Atau saya yang cuma motret dan melewati angkot itu.
RR
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H