Kata para ahli, merokok mengundang virus corona. Kalau kena, sakitnya nanti bukan sakit versi ringan atau sakit tanpa gejala, tetapi benar-benar serius. Karena itu, kata mereka, ini adalah waktu terbaik berhenti merokok.
Easy to say. Bicara gampang amat.
Meminta orang berhenti merokok tidak seperti mengajak orang cuci tangan pakai sabun.
Saat berusaha menarik keluar, ada daya tarik kuat yang membuat orang susah melepaskan diri.
Sebagian bilang itu adiksi atau ketagihan. Saat berusaha berhenti, ada "guncangan" psikologis dan fisik yang dampaknya melabar ke mana-mana seperti kreativitas berkurang, bawaan tidak nyaman dll.
Jadi jangan asal nyuruh berhenti tanpa menawarkan cara yang efektif.
Saya bukan ahli untuk perubahan perilaku adiktif seperti merokok. Tetapi, dari sejumlah metode yang saya kuasai, mungkin terdengar menarik buat kawan-kawan perokok, yaitu menunda.
Menunda itu, kata dosen filsafat waktu kuliah di Fakultas Sastra, adalah kekuatan terbesar manusia. Saat itu senang banget saya mendengarnya (karena suka menunda-nunda pekerjaan he he he).
Katanya, kemampuan itulah yang membedakan kita manusia dari binatang. Wah, tambah senang saya.
Kalau binatang itu reaktif, alias bereaksi langsung saat menerima stimulus. Manusia tidak demikian. Manusia berpikir dulu. Buat analisis, hipotesis dll sebelum beraksi. Itu semua dilakukan untuk menunda reaksi (tidak reaktif). Di situlah kemudiann menunda menjadi kemampuan terbesar manusia (Hmm, ternyata beda dengan pikiran saya tentang menunda untuk leha-leha sejenak).
Tujuan menunda di sini pada akhirnya adalah untuk menahan nafsu atau dorongan kuat merokok. Prinsipnya, kemampuan menahan nafsu ini harus dilatih bertahap sampai kemudian orang bisa mengekang nafsu merokok.
Berikut contohnya aplikasinya.
Tunda, lakukan sesuatu untuk beri jeda
1. Jangan bawa korek. Dengan begitu, tidak langsung ikuti nafsu.
2. Bungkus rokok diselotip supaya tidak langsung pegang rokok.
3. Bungkus rokok ditaruh di bagian bawah tas yang sulit dijangkau.
Biasanya, di awal-awal pertahanan jebol oleh nafsu. Tidak apa-apa. Ada penundaan tahap berikutnya.
Tunda saat pegang rokok
1. Jangan langsung hisap, lihat dulu rokoknya
2. Kalau perlu, lihat sambil baca doa
3. Lalu sebelum merokok coba ketengahkan pikiran: saya harus bisa kontrol nafsu merokok
4. Rokok hampir masuk mulut, eh ntar dulu, jauhkan dulu rokok. Batalkan sejenak
Kalau pun akhirnya merokok juga, ya tidak apa-apa. Yang penting otot mentalnya sudah mulai dilatih. Nanti secara bertahap, semakin kuat kemampuan menahan nafsu atau dorongan kuat merokok. Bertahap ditunda agak lama, terus dijarangkan lalu tahu-tahu hilang perilaku merokok.
Cuma begitu saja caranya? Iya, too good to be true? Hmm, bisa saja. Tapi anda yang masih merokok yang harus menbuktikannya. Saya doakan sukses ya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI