Dalam dunia kebencanaan biasanya ada peta daerah rawan. Rasanya, hal yang sama perlu dibuat untuk perilaku. Apalagi untuk COVID-19 satu-satunya cara untuk menghentikan atau memperlambat penyebaran infeksi adalah perubahan perilaku. Berikut adalah perilaku rawan no 2.
Menghadapi virus corona, kita memiliki sejumlah lapis pertahanan yang tentu harus dimulai dari depan.
1) Jangan sampai terpapar virus langsung dari percikan batuk/ napas orang sakit:
- #dirumahaja
- jaga jarak (> 1 meter), dilarang berdekatan dan dilarang berkumpul
- pakai masker kalau keluar rumah
2) Virus di tangan jangan sampai masuk mulut/hidung/ mata (pintu masuk):
- sering cuci tangan pakai sabun minimal 20 detik atau bila tidak ada, gunakan cairan pembersih (alkohol minimal 60%)
- jangan usap wajah (mulut/hidung/ mata)
3) kalau terlanjur masuk tubuh, berharaplah imunitas mengalahkan virus:
- makan gizi seimbang
- cukup istirahat
- rutin olahraga
- stop rokok
- berdoa yang khusu’
- dll.
4) kalau sudah terinfeksi, jangan menulari orang lain:
- isolasi diri
- pakai masker
- jangan berbagi peralatan makan/ tidur, dll
Makan sayur buah adalah pertahanan ketiga dan posisinya saat ini terbilang rawan. Riset menunjukkan mayoritas atau hampir semua orang Indonesia kurang makan sayur buah. Informasi terakhir, hampir semua orang Indonesia atau 94% masuk dalam kategori kurang makan sayur buah. Yang makan cukup sayur buah hanya sekitar 6% saja.
Dalam keadaan normal, kalau kondisi ini berlangsung terus, risiko jangka panjangnya jelas mengerikan. Bom waktu PTM (Penyakit Tidak Menular seperti diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi sampai kanker) tinggal menunggu.
Dalam situasi wabah seperti sekarang, imunitas yang dipertaruhkan. Seperti disampaikan para ahli, saat ini kita wajib makan sayur dan buah yang kaya vitamin C dan E. Wajib dalam jumlah yang cukup dan tiap hari pula.
Perubahan perilaku harus mulai dari akar: cara pandang. Masih banyak orang yang melihat sayur sebagai makanan kelas dua. Di beberapa daerah makan sayur di warung bahkan tidak dihitung.
Gagasan “super food” juga perlu ditantang. Seperti empon-empon yang dianggap bisa mengatasi semua secara instan.
Hari ini makan sayur buah tidak berarti imunitas langsung naik di hari yang sama. Sayur buah bukan obat ajaib. Butuh waktu dan konsistensi.
Wabah ini mungkin mempermudah promosi makan sayur dan buah. Ketimbang pesan kompleks (semisal tentang manfaat sayur ini itu), bisa bilang: “Supaya virus bisa dikalahkan, makan sayur buah tiap hari!”; Atau, “Mau selamat? Makan sayur buah setiap hari.”; Atau, “Makan sayur supaya kekebalan naik dan bisa kalahkan virus corona.” Dan lainnya.
Dari sisi porsi, kalau merujuk ke Isi Piringku, menjelaskannya jadi:1) bagi piring jadi dua, kanan dan kiri, 2) yang kanan, 2/3 diisi dengan sayur dan 1/3 buah, 3) yanag kanan, 2/3 diisi nasi/ubi/singkong atau sumber tenaga lainnya dan 1/3 diisi lauk hewani (ikan, telur, ayam dll) dan lauk tumbuhan (tempe, tahu).
Ribet ya?
Saat mengumumkan via Mobil Keliling, jelas harus simpel. Bilang saja, (supaya selamat) pokoknya separuh piring Ibu/ Bapak harus diisi sayur dan buah! Titik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H