Mohon tunggu...
Risalah Karima Amirul Hayati
Risalah Karima Amirul Hayati Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Siswi Kelas XI SMAN 28 Jakarta Jurusan IPS

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cerpen Anak Sekolah: "Antara Sial dan Beruntung"

22 November 2020   15:12 Diperbarui: 22 November 2020   15:21 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini, aku bangun dengan malas. Rasanya untuk membuaka mata saja susah. Dari balik jendela, aku mendengar kicauan burung. Betapa senangnya kalau aku bisa hidup seperti burung, hidup tanpa beban. Bebas mencari hidupnya dimana saja. Namun, ada sesuatu yang mengganjal di hati dan pikiranku, sulit rasanya untuk melupakan kejadian yang membuat nafas sesak ini.

Biasanya, sebelum berangkat sekolah aku tidak lupa untuk sarapan. Tadi malam, aku tidak bisa tidur karena keasyikan bermain HP. Sebagai anak muda, tentunya aku tidak lupa membagi waktuku untuk bermain HP. Tapi sepertinya, tadi malam aku sudah kelewatan. Aku menghabiskan waktu di depan layar untuk melepas bosan di hari minggu ini.

.....

Seharusnya, setiap hari libur kami sekeluarga jalan-jalan keluar kota. Tapi, hari ini kami tidak melakukannya karena ayah ada pekerjaan penting di kantor. Siang tadi ibu dan aku pergi ke sekolah adikku untuk mendampinginya mengikuti perlombaan cabang basket di acara tahunan sekolahnya. 

Bisa dibilang, adikku adalah seorang atlet basket yang mahir. Dia sudah memenangkan banyak perlombaan basket selama dua tahun ini. Aku yakin, hari ini dia akan memenangkan basket di perlombaan di SMP Sosialis ini. Dan kenyataannya memang begitu, dia dan timnya memenangkan perlombaan ini dengan skor telak dari SMP Demokrasi.

Sebagai ucapan selamat, aku dan ibu berencana untuk memasak makanan kesukaannya, yaitu daging sapi panggang buatan ibu. Selain itu, aku juga ingin membeli buku novel yang baru terbit. Aku sangat suka dengan karya-karya penulis buku itu. Sudah banyak buku novel ciptaannya yang aku baca dan koleksi. 

Aku sudah menanti-nanti saat ini untuk membeli buku itu. Bahkan aku menabung untuk membeli buku itu. Aku sangat penasaran dengan isi buku itu, karena teman-teman di sekolah sudah membacanya dan mereka membicarakan cerita novel itu padaku. Ditambah lagi, aku adalah fans berat si penulis. Swalayan di samping sekolah adikku merupakan swalayan yang terbaik yang pernah ada. Mereka menjual barang dengan harga murah, namun dengan kualitas yang baik.

Tapi sebelum itu, kami akan pergi ke swalayan untuk membeli daging. Aku percaya hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan. Ketika kami akan pergi, hujan deras turun. Untungnya kami membawa mobil tadinya. Aku merasa tidak akan ada sesuatu yang buruk yang muncul. 

Namun ketika kami memasuki halaman depan swalayan, aku melihat tulisan "Tutup" di depan pintu swalayan. Pupus sudah harapan kami untuk memasak daging panggang, karena hanya di tempat ini daging dengan kualitas terbaik dijual. Juga harapan ku untuk membeli buku itu. Aku harus menabung bebarapa hari lagi jika aku membeli ditempat lain.

Kami pulang ke rumah dengan perasaan agak kecewa. Walaupun daging tidak terbeli, setidaknya masih ada kemenangan yang bisa dibawa pulang. Paling tidak, ada cerita bahagia yang bisa diceritakan kepada ayah setelah ia pulang. Aku pun membantu ibu memasak makanan seadanya untuk makan malam. Menu kami malam ini adalah sayur capcai dengan campuran bakso. Kami membeli bahan-bahannya di toko dekat rumah. Setidaknya ada makanan yang menyegarkan selama hujan berlangsung.

Malam pun tiba, ayah sudah pulang sejak tadi sore. Suasana makan malam benar-benar menyenangkan dan damai walaupun tanpa daging panggang istimewa di atas meja. Setelah makan, aku langsung masuk kamar. Tiba-tiba aku teringat tentang buku novel itu. Aku benar-benar kesal. Tapi aku mencari-cari sinopsis dan ulasan buku itu di situs internet.  

Aku jadi teringat, kenapa harus repot-repot membeli. Aku kan bisa mengakses novel itu secara online. "Betapa bodohnya aku!" kupikir. Aku pun membaca buku itu semalaman melalui HP-ku sampai tengah malam. Aku benar-benar merasa senang bisa membaca cerita ini. Sungguh cerita yang mengesankan. Akupun tertidur pulas ditengah-tengah membaca.

......

Pagi ini, aku berangkat ke sekolah dengan buru-buru. Aku bahkan lupa sarapan. Hanya mandi, bahkan aku lupa menyiapkan buku-buku pelajran hari ini. Untungnya ada sahabat karibku, Kelly yang selalu bisa kuandalkan. Aku berlari ke sekolah, untungnya sekolah ku ada di dekat rumah. Jadi tidak perlu kendaraan menuju kesana. Aku sangat senang karena ketika aku melihat tulisan papan "SMA Monarki", jam masih menunjukkan pukul 06.28 WIB. Dua menit lagi menuju jam masuk sekolah.

Ketika aku masuk kelas, Mina memanggilku. "Hei Corrin, kau sudah belajar untuk ulangan Matematika hari ini?". Tiba-tiba keringat ku terasa dingin. Aku menegang, karena kejadian tadi malam aku jadi lupa belajar. Aku bahkan lupa kalau hari ini akan ada ulangan. ` "Ooou..yaaa..tentuu..hehe..aku sudah belajar kok." hanya itu yang bisa kujawab, karena aku tidak tahan lagi berdiri. 

Aku langsung menghampiri tempat dudukku. Dengan wajah tersenyum palsu ke hadapan Mina. Aku juga baru sadar bahwa Kelly juga tidak masuk hari ini. Mina bukanlah orang yang mudah di ajak kerja sama, apalagi ketika ujian seperti ini. Aku benar-benar menyesal, seharusnya aku menunggu dengan sabar buku itu untuk terbeli dengan uang ku sendiri. Seharusnya aku memeriksa dahulu pelajaran yang akan diadakan hari ini. Begitu banyak hal yang ku sesali.

Ujian pun dimulai, aku benar-benar tidak bisa tenang. Bukan hanya peristiwa tadi, tapi juga guru yang mengawasi benar-benar galak dan bermata tajam seperti seekor serigala yang sedang mengitari ruang kelas. Aku pun berusaha menenangkan diri, dan melihat soal di depan mataku. Aku tau jenis soal ini, tapi sulit rasanya untuk mengenali rumus apa yang harus kupakai. Aku pun mencoba mengerjakan semampuku. Aku benar-benar berharap, setidaknya nilai ku berada di atas KKM.

Ujian pun selesai, dan aku bernapas lega. Namun keringat ini belum selesai mengucur karena aku masih menunggu hasil ujian tadi. Setelah dinilai, jantung ku benar-benar dibuat berdetak kencang dan kecewa bercampur dalam hati. Aku mendapat nilai 70 untuk ujian hari ini, karena nilai ini belum diatas KKM. Aku terbangun dari lamunan ku ketika bu guru memukul papan tulis. 

"Anak-anak, banyak dari kalian mendapatkan nilai yang menyedihkan. Tapi ada satu anak yang mendapat nilai terbaik di kelas ini, berikan tepuk tangan pada Corrin!" kata bu guru di depan kelas. Aku benar-benar kaget dan bingung, padahal nilai yang kudapatkan benar-benar rendah. Tidak kusangka teman-teman sekelas mendapat nilai lebih rendah dariku. Padahal Mina adalah anak yang pintar jika dibandingkan denganku, walaupun kami sering bersaing dikelas. Ada sedikit rasa puas dalam hatiku bercampur dengan kecewa.

Aku pun keluar kelas untuk membeli jajan, aku sudah kelaparan sejak tadi pagi karena tidak sarapan. Tiba-tiba aku dihadang oleh Fadhel. Pacar tampan ku yang sangat ku tunggu kedatangannya. Ingin aku segera memeluknya, tapi aku berhenti karena ucapannya. "Hai Rin, bagaimana nilai ujian matematika hari ini?"dia bertanya dengan wajah seriusnya, benar-benar menakutkan. Aku tidak berani menjawab jujur. "Ooo ya..benar-benar lancar...aku bahkan mendapat nilai tertinggi di kelas, aku dapat 95, hehe. Hebat kan pacar mu ini? Kataku dengan percaya diri.

Aku merasa tidak enak mengatakan itu setelah kulihat wajahnya yang berubah sedih. Aku bertanya-tanya pada diriku sendiri, ada apa dengan dia? "Iya, itu benar kau memang hebat. Pacarku yang bernama Corrin ini memang wanita yang paling hebat yang pernah aku temui. Tapi apalah aku ini jika dibandingkan denganmu? Maafkan aku Rin,  mungkin disini akhir hubungan kita."katanya dengan suara merasa bersalah. 

"Hei Fadhel, sadarlah. Ada apa dengan mu? Kenapa tiba-tiba kau bicara begitu?"tanyaku. 

"Aku mendapat nilai 30 untuk ulangan ini, aku benar-benar tidak pantas untukmu yang pintar dan selalu jadi juara kelas. Aku tidak mau lagi dibandingkan orang-orang dengan mu. Maafkan aku Rin, tapi sudah kuputuskan sampai sini sajalah hubungan kita. Maafkan aku, Rin. Kaulah yang terbaik." katanya lalu berlari meninggalkanku berdiri terpaku. Aku kebingungan, sungguh kenapa hari ini harus begini. Aku hanya bisa menerima kenyataan yang ada. Akupun berjalan ke kantin sambil memproses kejadian yang baru terjadi ke dalam pikiran ku.

TAMAT...:)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun