Bandingkan antara Tono, pedagang roti yang memiliki 4 orang anak (3 terakhir adalah balita), dengan keluarga balita penderita gizi buruk yang padahal hanya memiliki 1 balita saja. Menurut saya, jelas jumlah anak tidak menjadi landasan menyikapi kesejahteraan sebuah keluarga.
Selain memantau perkembangan balita serta keluarganya, saya dan kader lain juga melakukan penyuluhan. Biasanya penyuluhan yang diberikan adalah tentang program Keluarga Berencana (KB), penyuluhan soal tumbuh kembang balita dan juga memberikan bimbingan soal pengasuhan balita. Banyak yang merasa terbantu dengan program Bina Keluarga Balita. Â
Kader memantau tumbuh kembang balita di lingkungan posyandu. Satu bulan sekali Posyandu diadakan. Dan semua balita yang hadir di Posyandu memliki KMS yang harus dibawa ke Posyandu. Dalam KMS, kami—para kader—menuliskan pertumbuhan tiap balita. Dengan grafik, kami pun tahu apakah balita itu sehat atau sebaliknya.
Permasalahan yang biasanya muncul pada balita adalah berat badan yang kurang hingga di bawah garis merah. Garis merah adalah ‘warning’ untuk anak yang mengalami gizi buruk. Jika sudah begini, maka orangtua akan diberi pengetahuan soal meningkatkan pertumbuhan sang anak.
Program BKB yang dijalankan oleh kader-kader posyandu memiliki tujuan:
- Memantau pertumbuhan dan perkembangan balita
- Memberikan penyuluhan seputar tumbuh kembang balita
- Mengurangi angka balita penderita gizi buruk
- Meningkatkan ketahana keluarga balita
Sampai saat ini, program BKB masih terus berjalan dengan baik. Tiap satu bulan, kami membuat laporan yang nantinya diserahkan pada dinas terkait.
Bina Keluraga Remaja (BKR)
Program ini bertujuan untuk memberikan arahan bagi keluarga yang memiliki anak remaja. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa akhir-akhir ini pergaulan remaja sudah sangat mengkhawatirkan. Sex bebas sepertinya sudah bukan hal yang tabu bagi remaja kita saat ini. Padahal, perilaku sex bebas yang dilakukan terlalu dini akan menyebabkan remaja kehilangan masa depannya, terutama remaja perempuan.
Arus liar seperti itu memang tidak bisa hentikan lajunya. Yang bisa kita lakukan sebagai orangtua adalah memproteksi mereka dengan ilmu dan kasih sayang. Orangtua harus banyak belajar bagaimana cara menghadapi anak remaja. Remaja tidak sama dengan balita. Perlu cara khusus ketika kita ingin mendiskusikan sesuatu. Terlebih ketika tema diskusinya soal masa depan mereka.
Program yang mengiringi BKR adalah GenRe (Generasi Berencana). Jika BKR fokus pada keluarga (orantua) yang memiliki anak remaja, GenRe fokus pada remajanya itu sendiri. Kegiatan GenRe berfokus pada;
- Kampanye penundaan usia kawin. Disini remaja diajak untuk lebih mengutamakan sekolah dan berprestasi.
- Penyediaan informasi kesehatan reproduksi.
- Promosi perencanaan kehidupan berencana. Seperti: kapan akan menikah, kapan akan punya anak, berapa jumlahnya, dan lain sebagainya.
GenRe juga membantu para remaja dalam melewati periode transisi remaja, seperti:
- Melanjutkan sekolah
- Mencari pekerjaan
- Membentuk keluarga
- Menjadi anggota masyarakat
- Mempraktekan hidup sehat