perikanan Indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya laut yang berlimpah. Oleh karena itu, negara ini menjadi salah satu produsen ikan terbesar di dunia. Meskipun memiliki latar belakang tersebut, produk ikan Indonesia sampai saat ini masih mengalami kesulitan untuk bersaing di pasar Eropa. Padahal pasar Eropa termasuk salah satu tujuan ekspor terbesar bagi produkLantas , apa saja hambatannya? Berikut adalah ulasan singkatnya.
Regulasi Standar yang KetatÂ
Pasar Eropa memiliki standar kualitas yang ketat, sehingga menjadi salah satu kendala utama bagi Indonesia untuk mengekspor ikan yang dihasikan. Di negara-negara Eropa, keamanan pangan dan kelestarian lingkungan menjadi hal yang sangat diperhatikan terutama di Uni Eropa. Standar tersebut diantaranya produk perikanan yang diekspor harus mematuhi regulasi perdagangan sumber daya hewani berdasarkan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), kemudian harus disertai sertifikat kesehatan, dan yang terakhir tidak boleh berasal dari spesies ikan yang ditetapkan oleh CITES.
Mendapatkan persetujuan ekspor produk perikanan ke luar negeri atau disebut nomor registrasi  juga menjadi kendala bagi Indonesia. Saat ini nomor registrasi hanya ada di 176 fasilitas pengolahan ikan di Indonesia saja dan belum pernah naik sejak tahun 2017.
Standar dan Kualitas ProdukÂ
Produk perikanan Indonesia dianggap tidak memenuhi kriteria Uni Eropa dalam hal kualitas. Di antaranya adalah sistem ketertelusuran produk, yang harus menjamin bahwa setiap ikan yang diperdagangkan dapat dilacak kembali ke sumbernya, mulai dari titik penangkapan hingga titik distribusi. Hal ini dilakukan untuk menjamin bahwa ikan yang dikonsumsi aman, tidak terkontaminasi, dan diproduksi dengan metode yang ramah lingkungan. Untuk menjamin bahwa sistem jaminan mutu dari hulu ke hilir telah mapan, beberapa penyempurnaan perlu dilakukan, menurut Ishartini, Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (KKP).
Kekhawatiran Keberlanjutan dan Metode Penangkapan Ikan
Produk ikan yang diproduksi dengan cara yang tidak merusak ekosistem laut patuh pada peraturan yang lebih ketat di pasar Eropa. Mengenai apakah makanan laut yang mereka beli berasal dari perikanan yang berkelanjutan dan tidak mendukung penangkapan ikan yang berlebihan atau metode penangkapan ikan yang ilegal, negara-negara Uni Eropa sangat memperhatikan akan hal ini.
Persaingan dengan Negara Asing
Â
Selain Indonesia, ada negara lain yang berusaha memasok pasar ikan Eropa. Dengan produk makanan laut yang memenuhi semua persyaratan, negara-negara seperti Norwegia, Thailand, dan Vietnam telah memimpin pasar Eropa. Vietnam, negara penghasil ikan terbesar di Asia, sebenarnya sering memanfaatkan perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa (EVFTA) untuk mendapatkan akses yang lebih mudah ke pasar. Sementara itu, Indonesia terus berjuang untuk meningkatkan kerangka peraturan dan infrastruktur yang diperlukan untuk bersaing lebih baik di pasar Eropa.
Upaya yang Dilakukan untuk Mengatasi Hambatan
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) telah melakukan beberapa upaya agar hambatan yang ada dapat segera diatasi, diantaranya sebagai berikut:
1. Peningkatan Kualitas. KKP meningkatkan kualitas produk perikanan Indonesia dengan cara menjamin mutu dan keamanan melalui pengambilan sampel serta pengujian.
2. Membuka Peluang Pasar. Akses pasar tradisional seperti Uni Eropa dan Jepang diperluas oleh KKP agar dapat membuka pasar baru di wilayah non tradisional seperti Afrika Utara dan Asia Selatan.
3. Pendidikan dan Pelatihan. Pelatihan tentang standar internasional dan keuntungan dari sertifikasi keberlanjutan harus mulai diberikan kepada nelayan atau produsen ikan kecil. Dengan demikian, persiapan untuk bersaing di pasar global menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H