Mohon tunggu...
Riris Ronauli
Riris Ronauli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura

Saya adalah mahasiswa ilmu komunikasi yang gemar menyusun kata menjadi cerita. Melalui artikel menarik, saya mengeksplorasi ide, menyampaikan pesan, dan menginspirasi pembaca untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Respresentasi Perempuan Batak Dalam Film Ngeri - Ngeri Sedap : Analisis Peran, Konflik, Dan Tuntutan Sosial Berdasarkan Perspektif Gender Dan Budaya

19 Desember 2024   00:51 Diperbarui: 19 Desember 2024   00:51 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

film ngeri - ngeri sedap
film ngeri - ngeri sedap

Dalam adegan menit 09:16–12:12, pada   Scene 1 Perjalanan menuju rumah opung Domu, Mak DDomu bertemu pak pendeta. Mak Domu menghadapi tekanan sosial untuk menjaga citra keluarga sebagai keluarga yang harmonis dan terhormat di hadapan Amang Pendeta, meskipun tengah berdebat dengan Pak Domu. Sebagai perempuan, ia dituntut untuk menahan emosinya dan menyembunyikan konflik, mencerminkan bagaimana perempuan sering kali dibebani tanggung jawab untuk menjaga keharmonisan dan reputasi keluarga, bahkan dengan mengorbankan ekspresi dirinya.

Pada   Scene 2 dan 3, Mak Domu menunjukkan kekesalannya terhadap Pak Domu yang mengambil keputusan sepihak untuk menutup kekurangan biaya acara Sulang-Sulang Pahoppu tanpa melibatkan dirinya dalam proses tersebut. Adegan ini menyoroti perasaan Mak Domu yang tidak dihargai sebagai seorang istri dalam pengambilan keputusan keluarga. Situasi ini mencerminkan ketimpangan gender dalam hubungan suami istri, di mana perempuan sering kali diabaikan dalam urusan yang seharusnya melibatkan kedua belah pihak secara setara, meskipun mereka juga memiliki tanggung jawab yang sama besar dalam keluarga.

Lalu dalam Scene 4, Pak Domu dan Mak Domu sepakat membuat kebohongan terkait perceraian untuk memancing ketiga anak laki-lakinya pulang dari perantauan. Namun, saat menjalankan drama kebohongan tersebut, Pak Domu mengucapkan pernyataan bahwa seorang ibu seharusnya tidak boleh bangun kesiangan karena tugasnya mengurus rumah tangga, sementara seorang bapak tidak masalah jika bangun siang. Meski bagian dari sandiwara, pernyataan tersebut mencerminkan bias gender yang mengakar, di mana beban tanggung jawab domestik sepenuhnya dilimpahkan kepada perempuan. Hal ini tidak hanya mereproduksi stereotip tradisional, tetapi juga memperlihatkan ketimpangan persepsi mengenai peran laki-laki dan perempuan dalam keluarga, yang membuat Mak Domu merasa jengkel dan tidak dihargai. Perempuan sering kali ditempatkan di ranah domestik, sementara laki-laki lebih banyak berada di ranah publik, sebuah pembagian yang, baik disadari maupun tidak, sangat merugikan perempuan. Meskipun perempuan bekerja di luar rumah, mereka masih dibebani dengan tugas-tugas domestik dan sosial tanpa adanya pembagian kerja yang adil antara laki-laki dan perempuan (Syafe’i Imam, 2015).

Bagian 3 

 Scene 1

film ngeri - ngeri sedap
film ngeri - ngeri sedap

film ngeri - ngeri sedap
film ngeri - ngeri sedap

 Scene 2

film ngeri - ngeri sedap
film ngeri - ngeri sedap

 Scene 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun