Mohon tunggu...
Riris Ronauli
Riris Ronauli Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Trunojoyo Madura

Saya adalah mahasiswa ilmu komunikasi yang gemar menyusun kata menjadi cerita. Melalui artikel menarik, saya mengeksplorasi ide, menyampaikan pesan, dan menginspirasi pembaca untuk melihat dunia dari perspektif yang berbeda.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Respresentasi Perempuan Batak Dalam Film Ngeri - Ngeri Sedap : Analisis Peran, Konflik, Dan Tuntutan Sosial Berdasarkan Perspektif Gender Dan Budaya

19 Desember 2024   00:51 Diperbarui: 19 Desember 2024   00:51 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Subordinasi merujuk pada pandangan atau penilaian yang menganggap bahwa peran yang dijalankan oleh salah satu jenis kelamin dianggap lebih rendah dibandingkan dengan peran yang dijalankan oleh jenis kelamin lainnya. Nilai-nilai sosial dan budaya dalam masyarakat telah membagi peran antara laki-laki dan perempuan. Perempuan umumnya dianggap bertanggung jawab dalam urusan domestik atau reproduksi, sementara laki-laki lebih dominan dalam urusan publik atau produksi. (Afandi, 2019)

Sedangkan Sarma yang merupakan anak perempuan satu – satunya yang belum menikah mengalami konflik yang berfokus pada pertentangannya dengan ekspektasi masyarakat dan keluarganya yang ingin dia tetap tinggal dan mengurus orang tua, menjaga nama baik marga, dan menjalani hidup yang lebih terikat pada peran tradisional perempuan dalam keluarga Batak. Sarma juga memilih untuk tetap mengurus orang tuanya karena mengalah kepada semua saudara laki – lakinya yang memilih bekerja di luar kota, seperti tanggungan menjaga Pak Domu dan Mak Domu adalah sebenarnya menjadi tanggung jawab Sahat. Sahat adalah anak bungsu laki – laki tetapi, Sahat memilih bekerja di luar kota yang awalnya seingga membuat Sarma memutuskan untuk mengurus kedua orangtua nya.

Tujuan artikel ini adalah untuk menganalisis fenomena representasi perempuan dalam peran, konflik, dan tuntutan sosial, dengan fokus pada pembagian peran laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh konstruksi sosial, budaya, dan bahasa. Artikel ini mengeksplorasi bagaimana nilai-nilai budaya memperkuat peran gender tradisional, di mana perempuan cenderung terhubung dengan ruang domestik dan reproduksi, sementara laki-laki lebih dominan dalam ranah publik dan produksi. Selain itu, artikel ini juga menganalisis peran bahasa dalam memperkuat ketidaksetaraan gender,  baik dalam wacana sehari-hari maupun sistem komunikasi sosial, serta dampaknya terhadap identitas dan pengalaman gender dalam kehidupan sehari-hari.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis semiotika dan pendekatan kualitatif. Analisis semiotika dapat membantu mengidentifikasi bagaimana film Ngeri - Ngeri Sedap  merepresentasikan ketidaksetaraan gender atau bagaimana perempuan Batak dihadapkan pada peran domestik yang terbentuk dari budaya patriarkal. Semiotika akan mengungkapkan makna denotatif (literal) dan konotatif (sosial-budaya) dari representasi perempuan dalam film. Sebagai contoh, seorang perempuan dalam film yang digambarkan di (Saputri & Christina, 2022). rumah dengan tugas-tugas domestik bisa dianalisis tidak hanya sebagai realitas literal (denotasi), tetapi juga sebagai representasi dari konstruksi gender yang membatasi peran perempuan (konotasi).

 Pendekatan kualitatif memungkinkan untuk menggali lebih dalam tentang konteks sosial dan budaya Batak, serta bagaimana hal itu mempengaruhi representasi perempuan dalam film. Dengan pendekatan ini, peneliti dapat menelusuri tuntutan sosial, nilai-nilai budaya, dan struktur patriarkal yang melekat pada kehidupan perempuan Batak di film Ngeri - Ngeri Sedap  yang dialami Mak Domu dan Sarma  Serta mengeksplorasi bagaimana film ini menyampaikan pesan tentang peran dan posisi perempuan dalam masyarakat Batak, serta bagaimana film tersebut memperlihatkan konflik yang dihadapi perempuan dalam bernegosiasi dengan peran yang diharapkan oleh budaya. Ini sangat relevan untuk memahami bagaimana perempuan diposisikan dalam struktur sosial dan bagaimana mereka merespons tantangan tersebut.

Gabungan metode ini memungkinkan peneliti untuk melakukan penelitian yang mendalam dan komprehensif tentang bagaimana film Ngeri - Ngeri Sedap tidak hanya merepresentasikan perempuan, tetapi juga memperlihatkan konflik sosial dan budaya yang dihadapi perempuan Batak.  Lalu, teori yang digunakan dalam mengidentifikasi penelitian ini ada 2 teori yaitu teori konstruksi sosial milik Peter L. Berger dan Thomas Luckmann, dan teori feminisme milik Simone de Beauvoir.

Pada film Ngeri - Ngeri Sedap ,   Sceneyang menjadi penelitian 2 perempuan Batak yaitu Mak Domu dan Sarma masuk kedalam aliran Sosial-marxis. Dalam perspektif Sosialis-Marxis, terdapat fokus pada struktur kelas sosial, ketimpangan ekonomi, dan bagaimana sistem kapitalis dan patriarkal berinteraksi untuk menempatkan perempuan dalam posisi subordinasi. Mak Domu dan Sarma dapat dipandang sebagai representasi dari bagaimana perempuan dalam budaya Batak mengalami perjuangan internal untuk mendefinisikan diri mereka di tengah tuntutan sosial, konflik generasi, dan peran tradisional yang sudah ada. Mereka terjebak dalam konstruksi sosial yang mengharuskan mereka untuk memenuhi ekspektasi yang dibuat oleh masyarakat dan keluarga mereka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peter L. Berger dan Thomas Luckmann dalam The Social Construction of Reality menjelaskan bahwa kenyataan sosial dibangun melalui interaksi manusia dan melalui proses sosial yang membentuk norma, nilai, dan identitas. Dalam konteks analisis kualitatif, teori ini membantu menjelaskan bagaimana peran perempuan Batak dalam masyarakat dikonstruksi secara sosial dan budaya. (Lee, 2000)

Peran Mak Domu dalam film ngeri – ngeri sedap di representasikan sebagai seorang perempuan Batak yang matang dan kuat, serta menjadi representasi dari perempuan tradisional dalam keluarga Batak. Karakter ini mengemban peran yang sangat penting dalam menjaga nilai-nilai adat dan peran perempuan dalam keluarga. Dalam film, Mak Domu sering kali dihadapkan pada tuntutan keluarga dan tradisi, yang menempatkannya pada posisi yang terbatas dalam memilih jalan hidupnya. Sedangkan Sarma yang sebagai anak perempuan dari Mak Domu dan Pak Domu, merupakan representasi dari generasi muda yang lebih ingin menentukan nasib sendiri. Sarma lebih menurut. Karakter Sarma menggambarkan seorang perempuan yang berada dalam proses pencarian identitas, berusaha keluar dari bayang-bayang tradisi dan mengejar kebebasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun