Mohon tunggu...
Riris Rismawati
Riris Rismawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung Kelas BIB LPDP

IRT yang memiliki 5 org anak laki-laki (menuju 6 InsyaAlloh), bekerja, kuliah S2 MPI, suka membuat cerpen dan sudah membuat beberapa buku antologi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Rumah Senja

6 Juni 2024   11:35 Diperbarui: 6 Juni 2024   11:42 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ayah terdiam, terlihat wajahnya yang kusut, dia hanya mengangguk dan sedikit mengusap air matanya yang keluar begitu saja, lalu suara ayah terdengar parau, "Danti maafkan aku, kamu anak orang terpandang, keluargamu kaya raya, pendidikanmu juga tinggi, tetapi setelah menikah denganku kamu jadi seperti ini, maafkan aku yang belum bisa membahagiakanmu sampai saat ini" suara ayahku terhenti yang terdengar hanya suara ayah yang menahan tangis nya, seakan-akan mencekik lehernya.

Lalu terdengar suara ibu yang lembut, "Mas Rino, kamu sudah melakukan banyak hal untukku dan anak-anak kita, aku bangga padamu mas. Aku mohon jangan menyalahkan dirimu dengan keadaan kita saat ini, apa yang terjadi sudah menjadi qudrah dan IradahNYA, ingat mas kita menikah karena Alloh, kita menikah untuk menjalankan ketaatan kepadaNYA, aku memilihmu karena aku yakin kamu adalah jawaban dari do'aku dulu yang selalu aku panjatkan kepadaNYA, aku ingin memiliki seorang suami yang sholeh yang bisa membawaku dan anak-anak kelak menuju SurgaNYA"

Lalu ayah berkata, "MaasyaAlloh, Danti kamu memang istri yang sholehah, hampir aku melupakan hal itu, aku sering terbawa dengan situasi dan keadaan, terima kasih kamu sudah mengingatkanku Danti", lalu ayah memeluk ibu dengan erat dan mencium keningnya seraya mendo'akan semoga Alloh menjagamu, melindungimu dan memasukanmu ke dalam SurgaNya kelak"

Lalu ayah melanjutkan pembicaraanya,"Danti, bagaimana kabar ayah, ibu dan saudara-saudaramu?"

Terdengar suara ibu mendesah, lalu berkata, "Semoga Alloh memberi hidayah kepada mereka, semenjak aku memutuskan untuk menikah denganmu dan memakai hijab ini mereka tidak mau lagi berkomunikasi denganku mas, aku sering menghubungi ibu, tetapi beliau tidak mau berbicara banyak denganku, mungkin beliau sibuk dengan bisnis property nya, ah sudahlah mas jangan membicarakan mereka, aku sedih mengingatnya, aku hanya bisa mendo'akan semoga mereka mendapatkan hidayah"

Kemudian ayah berkata,"Danti, apa kamu tidak menyesal memutuskan menikah denganku dan memakai hijab? Karena dengan hal itu kamu ditinggalkan oleh keluargamu, mereka orang yang kaya raya, dan dulu kamu sering liburan keluar negeri bersama ayah ibu dan saudara-saudaramu"

Aku ingat waktu keluargamu pulang dari luar negeri dan memberi aku dan ibuku oleh-oleh dari sana berupa gantungan kunci saja, padahal aku lihat banyak makanan dan barang-barang bagus lainnya yang kalian bawa, aku bilang sama ibu, "Bu, tega banget ya mereka, rumahnya kita urus, segalanya kita bersihkan, tapi cuma ini yang mereka kasih buat kita", saat itu ibuku hanya bilang," hus, jangan begitu Rino, Alhamdulillah, bersyukur sama Alloh, dan jangan tergiur dengan apa yang dimiliki orang lain" kenang ayahku.

Ibu kemudian tersenyum, dan berkata," Mas, sebenarnya waktu itu aku juga merasa kok ayah dan ibuku seperti itu, lalu diam-diam aku membawa makanan dan aku masukan ke keranjang cucian yang dibawa bu isah. Ibumu kaget dan tersenyum melihatku melakukan hal itu"

Sejak saat itu aku sering ngobrol berdua saja dengan ibumu mas, tentu saja tanpa sepengetahuan orang tuaku, ketika mereka sibuk bekerja aku sering ngobrol dengan bu isah.

Banyak hal yang ibumu ajarkan kepadaku, ternyata banyak sekali hal yang belum aku tau tentang agamaku sendiri waktu itu, aku belajar sholat dan ngaji dengan bu isah, aku diajarkan tentang hal-hal yang prinsip dalam agama, bu isah juga menerangkan bahwa dalam Al-Qur'an  seorang muslimah itu diperintahkan untuk menutup auratnya ketika dia sudah baligh. Tapi saat itu aku belum berani memakai hijab.

Keluargaku memang beragama Islam, tetapi aku tidak pernah mendapatkan pengajaran agama dari mereka, bahkan mereka sendiri aku lihat jarang melakukan sholat, kakak-kakaku juga berprestasi dan mereka sampai kuliah keluar negeri, secara akademik membanggakan tapi aku lihat pemikiran mereka sangat matrealistis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun