Mohon tunggu...
Nurmarinda Dewi Hartono
Nurmarinda Dewi Hartono Mohon Tunggu... Freelancer - Ririn Marinda

Pendiam di dunia nyata, Menghanyutkan dalam tulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Lingkungan Hidup di Dompu: Perpaduan Krisis Moral dan Krisis Ekoliterasi

7 Januari 2024   12:35 Diperbarui: 7 Januari 2024   12:37 150
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Penurunan Moral

 Tidak terelakkan bahwa permasalahan lingkungan yang tengah dihadapi Dompu saat ini berawal dari ketidakpedulian, keserakahan, dan hilangnya rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa  permasalahan lingkungan merupakan implikasi dari penurunan nilai-nilai moral. Karena pada dasarnya moral mempengaruhi perilaku dan tindakan manusia tak terkecuali terhadap alam. Ketika manusia sudah tidak memiliki belas kasih terhadap alam, tentu perlu dipertanyakan moralitasnya. 

 Sebenarnya tidak ada yang salah dengan penanaman jagung dalam rangka peningkatan ekonomi daerah. Hanya saja, etika lingkungan hidup (environmental ethics) diabaikan dalam pelaksanaannya. Masyarakat harus disadarkan kembali bahwa perusakan lingkungan khususnya penggundulan hutan merupakan tindakan amoral. Kerusakan ini dapat berdampak hingga ke anak-cucu kita kelak, dan apakah kita ingin mewariskan alam yang rusak kepada generasi selanjutnya ? Untuk itu, menggunakan etika lingkungan dalam pembangunan daerah perlu dipertimbangkan. Hidup harmonis dan saling menguntungkan dengan alam tentu akan jauh lebih baik.

Sebagai orang yang beragama tentu kita harus menjunjung nilai-nilai agama yang sudah pasti melarang berbuat kerusakan. Oleh sebab itu, sebelum menghabisi pohon dan membuang sampah, kita perlu bermuhasabah bahwa tindakan tersebut termasuk dosa, apalagi dilakukan secara berlebihan dan penuh bangga. Setiap erbuatan kita akan menjadi tanggung jawab di akhirat kelak.

 

Rendahnya Ekoliterasi

Krisis moral terhadap lingkungan juga berhubungan dengan rendahnya ekoliterasi. Ekoliterasi atau melek lingkungan adalah kemampuan seseorang dalam memahami dan menyadari pentingnya lingkungan hidup. Ekoliterasi dapat mengembalikan fitrah manusia sebagai khalifah di planet bumi untuk menjaga ciptaan Tuhan yang telah dititipkan. Ekoliterasi memberi pengetahuan bahwa sejatinya manusia terkoneksi dengan alam semesta. 

Seseorang yang menyadari pentingnya hidup berdampingan dengan lingkungan tentu tidak akan merusak, justru menjaga. Namun saat ini masyarakat masih mengabaikan prinsip-prinsip ekologi dalam tindakan-tindakan yang dilakukan. Hal tersebut menjadi tanda bahwa ekoliterasi perlu digalakkan di samping literasi secara umumnya. Membangkitkan ekoliterasi dapat menjadi jalan awal bagi perbaikan lingkungan kita agar kesadaran untuk menjaga lingkungan hidup dapat tumbuh dengan sendirinya pada setiap individu. 

Solusi dan Harapan

Memberikan edukasi memang terdengar klise, namun merupakan upaya mulia yang dapat dilakukan. Peran dinas terkait, organisasi dan komunitas, hingga individu pemerhati lingkungan di Dompu harus terus menyuarakan isu lingkungan agar setara dengan isu lainnya. Kegiatan dan ekstrakurikuler bertema lingkungan hidup perlu diadakan di tiap jenjang sekolah untuk menanamkan ekoliterasi pada generasi penerus. Selain itu, kegiatan-kegiatan bertema lingkungan perlu diangkat secara terbuka dan menjangkau seluruh masyarakat, misalnya merayakan Hari Lingkungan Hidup Sedunia atau Hari Peduli Sampah Nasional sebagai bentuk edukasi sekaligus campaign tidak langsung pada masyarakat. 

Acara atau event hendaknya memasukkan tema eco-friendly dan sustainable, misalnya tidak menyediakan air minum kemasan dan mewajibkan peserta membawa tempat minum sendiri. Membawa reusable bag serta wadah makanan dan minuman sendiri saat belanja juga merupakan solusi yang dapat dilakukan masyarakat. Didukung dengan kebijakan toko dan pedagang untuk menerapkan plastik berbayar atau menghilangkan kantong plastik. Agar lebih menarik, pembeli yang membawa wadah sendiri berhak mendapatkan diskon. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun