Hingga hari ini wabah COVID-19 rupanya semakin menikmati karirnya di Indonesia. Bukannya menurun justru angka positif semakin meningkat. Hal ini tidak jauh dari  kebijakan dan keputusan yang diambil oleh pemerintah dan semua pihak. Semakin tepat kebijakan yang diterapkan maka kemungkinan untuk memenangkan peperangan dengan virus ini akan semakin baik.Â
Sebagaimana pengambilan keputusan akan berdampak besar terhadap kehidupan kita. Hasil yang akan dituai tentu merupakan konsekuensi dari keputusan yang diambil sebelumnya. Namun, dalam pengambilan keputusan apalagi  dalam situasi yang penuh kepanikan, maka musuhnya adalah keraguan. Keraguan selalu meliputi pikiran ketika kita tidak yakin untuk melakukan sesuatu.
Contoh gamblangnya ketika kita dihadapkan pilihan antara mudik atau tidak. Pemerintah sudah menerapkan pelarangan mudik pada tanggal tertentu lalu kita yang harus memutuskan untuk mengikuti keinginan hati atau aturan pemerintah tersebut. Jika kita tetap nekat mudik dengan cara apapun maka kita mempunyai kemungkinan terburuk, yaitu terpapar oleh COVID-19 selama perjalanan. Atau bahkan kita sebagai pembawa virus yang akan menulari orang banyak. Sedangkan, jika kita memutuskan untuk mengikuti anjuran pemerintah untuk tidak mudik, maka kita juga harus siap menerima risiko tidak dapat berkumpul dengan keluarga di hari spesial.Â
Mengapa pengambilan keputusan ini menjadi penting di tengah pandemi yang terjadi saat ini ? Karena keputusan lah yang berperan dalam perkembangan kondisi saat ini. Keputusan yang tepat akan menguntungkan diri kita dan orang lain. Sedangkan keputusan yang kurang tepat atau salah perhitungan justru akan menyebabkan hal yang buruk.Â
Keputusan bukan hanya harus diambil oleh pihak-pihak yang memiiki wewenang, tetapi yang jauh lebih penting keputusan itu ada di tangan kita bersama. Â Jika pemerintah memutuskan untuk melakukan pembatasan aktivitas secara besar-besaran untuk menurunkan tingkat penularan, maka selanjutnya keputusan kita sebagai masyarakat lah yang menentukan kapan pandemi ini akan berakhir.Â
Kita sama-sama yakin bahwa saudara-saudara kita yang saat ini memutuskan untuk tetap bekerja dan beraktivitas di luar rumah tentu memiliki alasannya tersendiri. Misalnya saja karena mempertimbangkan masalah keuangan atau kepentingan mendesak yang tidak bisa ditinggalkan. Namun, bagaimana dengan yang mengambil keputusan salah hanya karena ego dan kepuasan diri sendiri ?Â
Daripada kita terus menerus bingung dalam mengambil keputusan, maka tulisan ini hadir untuk membagikan beberapa informasi mengenai pengambilan keputusan yang bertanggung-jawab di tengah masa pandemi. Tentunya berasal dari CASEL yang telah mengembangkan kompetensi pembelajaran sosial emosional yang dapat digunakan dalam segala kondisi. Bagaimanapun juga pengambilan keputusan merupakan salah satu kemampuan dalam kehidupan  sosial dan emosional manusia. Yaitu Responsible Decision Making Skill.
DefinisiÂ
Kita awali dengan pengertiannya. Menurut CASEL  pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (Responsible Decision Making Skill) ialah kemampuan untuk membuat pilihan konstruktif tentang perilaku pribadi dan interaksi sosial berdasarkan standar etika, masalah keselamatan, dan norma sosial. Termasuk kemampuan mengevaluasi  dari konsekuensi berbagai tindakan dan pertimbangan untuk  kesejahteraan diri sendiri dan orang lain.Â
Dari pengertian tersebut maka sudah sangat jelas bahwa pengambilan keputusan sangat dipengaruhi bagaimana kemampuan kita dalam membuat pilihan yang tidak hanya bersandarkan pada diri sendiri namun juga lingkungan sekitar. keputusan juga harus memperhatikan standar etika, masalah keselamatan, dan norma sosial yang berlaku. Artinya bahwa keputusan yang baik tidak dapat diambil dengan mengabaikan ketiga aspek tersebut.Â
Adapun kompetensi yang harus dipenuhi dalam kemampuan pengambilan keputusan ini telah dijabarkan oleh CASEL dalam beberapa poin, yaitu: identifikasi masalah, menganalisis situasi, menyelesaikan masalah, mengevaluasi, merefleksikan, dan tanggung jawab yang etis
Identifying Problems ( Identifikasi Masalah )
Hal pertama yang harus kita lakukan dalam mengambil keputusan adalah mengidentifikasi masalah yang tengah dihadapi. Kita harus memahami terlebih dahulu tentang pandemi COVID-19 yang tengah terjadi di Indonesia. Dimulai dari mengetahui ciri-cirinya, gejalanya, cara penyebarannya dan cara pencegahannya. Kemudian kita mencari tahu perkembangan kasus COVID-19 dari sumber yang terpercaya. Misalnya dengan mengetahui jumlah pasien positif yang terus meningkat tentunya akan membuat kita mulai memahami langkah apa yang harus kita ambil.Â
Memahami konteks masalah akan memudahkan kita dalam mempertimbangkan segala hal. Karena kita telah mengetahui cara penyebaran virus melalui kontak fisik dan interaksi yang terjadi tanpa adnya jarak dan pelindung. Maka kita dapat mengambil keputusan untuk tetap berada di rumah dan menghindari aktivitas yang melibatkan banyak orang serta meningkatkan perhatian terhadap keselamatan diri. Kita dapat memilah dampak postif dan negatifnya sebelum mengambil tindakan.Â
Analyzing Situations ( Menganalisis Situasi )
Setelah mengidentifikasi masalah, selanjutnya kita perlu menganalisis masalah tersebut. Menganalisis tentu saja membutuhkan data dan informasi yang akurat. Kita tidak boleh gegabah dalam mengambil keputusan. Luangkan waktu untuk menganalisis sebuah informasi agar kita dapat mengambil langkah yang tepat.Â
Misalnya dalam menanggapi keputusan pemerintah untuk melarang mudik dan menerapkan PSBB. Kita perlu menganalisa kembali apakah keputusan pemerintah ini sudah tepat dan sesuai dengan fakta di lapangan atau tidak. Jika kita sudah mendapatkan data dan fakta yang sesuai maka kita pun dapat yakin bahwa pemerintah telah memutuskan yang terbaik untuk kita semua. Jika angka kasus positif terus meningkat di atas 10 ribu, maka keputusan pemerintah tersebut secara akal sehat memang perlu dilakukan.
Solving Problems ( Menyelesaikan Masalah )
Kemampuan yang harus dimiliki adalah menjadi pemecah masalah. Kita sebagai masyarakat adalah layaknya agen yang memiliki tugas untuk menurunkan angka positif COVID-19. Walaupun pemerintah dan tenaga medis telah melakukan banyak hal untuk kita, namun justru kita tidak menunjukan sikap kooperatif, maka semuanya akan sia-sia.
Lagi-lagi, permasalahan ini adalah milik bersama dan semua pihaklah yang berperan sebagai problem solving-nya. Oleh karena itu, setelah kita telah melakukan upaya mengidentifikasi dan menganalisis masalah, saatnya kita memutuskan sesuatu. Tentunya keputusannya ada dua, apakah kita akan menjadi orang yang menyelesaikan masalah, atau orang yang menambah masalah ?
Dalam menyelesaikan masalah, kita tidak boleh meragukan hal yang baik dengan menambah alasan pembanding. Jika keputusan untuk tidak mudik agar keluarga di kampung halaman dalam keadaan aman dari penularan, maka itu adalah keputusan yang dibutuhkan yang dibutuhkan saat ini. Namun jika kita tetap beralasan karena mudik merupakan tradisi wajib dan lebaran kurang lengkap bila tidak pulang kampung, maka apakah keputusan ini dapat menjamin semuanya baik-baik saja ?
Ya, kita harus membandingkan kedua keputusan dengan memperhatikan risiko yang paling rendah.Â
Evaluating ( Mengevaluasi )
Evaluasi biasanya ditempatkan di akhir keputusan. Setelah mengambil keputusan maka ada langkah yang sebaiknya kita lakukan sebelum menuju tindakan. Mempertimbangkan kembali keputusan kita atau mengevaluasi apa yang masih dirasa kurang. Â Kita bisa mencatat hal-hal yang kurang dan lebih dari keputusan yang kita ambil. Hal ini juga berlaku ketika kita sudah menindaklanjuti keputusan yang diambil. Evaluasi ini penting sebagai pembelajaran ke depannya.Â
Reflecting  ( Merefleksikan )
Refleksi merupakan proses pencerminan diri terhadap apa yang telah diperbuat. Refleksi erat kaitannya dengan evaluasi bahkan bisa menjadi satu kesatuan. Di dalam proses evaluasi tentu kita dapat merefleksikan kembali keputusan kita. Mulai dai merenungi dampak positif dan negatifnya, merenungi apakah keputusan kita sudah sesuai dengan standar etika, keselamatan, dan norma sosial yang berlaku atau tidak. Serta merenungi keadaan diri ketika mengambil keputusan, apakah dalam kondisi mental yang baik atau tidak.Â
Sebisa mungkin kita harus mengambil keputusan dengan pikiran yang jernih dan dingin.Â
Ethical responsibility  (Tanggung Jawab yang Etis )
Terakhir, dari keseluruhan proses pengambilan keputusan hingga merefleksikannya kita harus siap menanggung risikonya. Bertanggung  jawab atas apa yang telah diputuskan merupakan kemampuan yang harus kita miliki. Artinya, apabila keputusan kita ternyata berdampak negatif atau salah maka kita harus menerima konsekuensinya dengan tanggung jawab. Bertanggung jawab untuk memperbaiki keputusan itu tentunya. Dalam bertanggung jawab CASEL menambahkan kata etis yang berarti tetap pada jalur kelayakan. Dapat dikatakan tanggung jawab yang etis tersebut adalah perilaku tambahan yang merupakan ekspektasi dari masyarakat secara umum.Â
Bagaimana dengan pembaca ? apakah sampai pada akhir tulisan ini sudah dapat membuang rasa galau dalam membuat keputusan ? Semoga kita selalu dapat mengambil keputusan yang bertanggung-jawab dan bijak dalam kondisi sulit ini.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H